Orang yang berpikir dengan saksama tentang akhir kehidupan dunia alias kematian, ia akan senantiasa waspada.
Siapa yang yakin betapa panjangnya jalan yang akan ditempuh, maka akan menyiapkan bekas sebaik-baiknya. Alangkah anehnya manusia yang yakin akan sesuatu, namun justru merupakannya.
Betapa aneh mereka yang mengetahui bahaya sesuatu, namun juga menutup mata.
BACA JUGA: Manusia dan Kematian
Allah ta’ala berfirman: “Engkau takut kepada manusia, padahal Allah lebih berhak untuk engkau takuti.” (QS Ahzab ayat 37)
Anda tahu saat itu telah dikalahkan hawa nafsu. Dan Anda tak sanggup menaklukannya. Alangkah anehnya jika Anda merasa gembira dengan ketertipuandan larut dalam keadaan terhadap kealpaan yang tersembunyi di dalam diri.
Anda terperdaya kesehatan, namun lupa betapa dekat penyakit dengan diri Anda. Telah Anda saksikan dengan mata kepala sendiri tempat pembaringan akhir Anda. Telah ditampakkan orang-orang yang ada di sekitar Anda ranjang-ranjang kematian. Sungguh Anda telah tenggelam dan hanyut dalam kelezatan-kegiatan dunia sehingga melupakan kehancuran diri Anda sendiri.
Anda laksana tiada mendengar kabar mereka yang telah lalu. Tiada pula Anda melihat waktu memperlakukan teman-temanmu. Jika Anda tak sadar bahwa itulah rumah-rumah mereka yang abadi. Kubur-kubur mereka lenyap diterpa angin yang menderu.
Betapa banyaknya para penghuni yang tak pernah memasukki rumahnya sendiri, sebelum mereka dipaksa memasukinya.
BACA JUGA: 4 Jenis Manusia Mengingat Kematian
Betapa banyak pemilik singgasana yang terusir musuh yang kemudian menguasai istananya.
Wahai siapa saja yang detik-detik kehidupannya terus melaju, betapa anehnya kelakuan mereka, seperti manusia yang tak tahu dan tak mengerti apa-apa.
Bagaimanakah bisa matanya lelap terpejam, padahal dia tak kemana akan kembali? []
Sumber: Shaidul Khatir, Cara Manusia Cerdas Menang dalam Hidup, karya Imam Ibnu Al Jauzi, Penerbit Maghfirah Pustaka, Cetakan Juni 2022