DI antara persoalan yang dianggap aneh dan diragukan orang-orang kafir adalah kebangkitan (setelah mati) dan perhitungan amal (hisab) pada Hari Kiamat atau Hari Kebangkitan.
Bagaimana mungkin ruh-ruh mereka Kembali lagi pada jasad setelah jasad-jasad itu hancur menjadi tanah? Al-Quran telah merekam—dalam banyak ayat—lontaran-lontaran keraguan mereka.
Kemudian, Al-Quran menjawab keragu-raguan itu dan mencelanya. Allah berfirman dalam Surah Saba (34) ayat 7-8:
وَقَالَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا هَلْ نَدُلُّكُمْ عَلٰى رَجُلٍ يُّنَبِّئُكُمْ اِذَا مُزِّقْتُمْ كُلَّ مُمَزَّقٍۙ اِنَّكُمْ لَفِيْ خَلْقٍ جَدِيْدٍۚ (7) اَفْتَرٰى عَلَى اللّٰهِ كَذِبًا اَمْ بِهٖ جِنَّةٌ ۗبَلِ الَّذِيْنَ لَا يُؤْمِنُوْنَ بِالْاٰخِرَةِ فِى الْعَذَابِ وَالضَّلٰلِ الْبَعِيْدِ (8)
Orang-orang yang kufur berkata (kepada teman-temannya), “Maukah kami tunjukkan kepadamu seorang laki-laki (Nabi Muhammad) yang memberitakan kepadamu bahwa apabila badanmu telah dihancurkan sehancur-hancurnya, sesungguhnya kamu pasti (akan dibangkitkan kembali) dalam ciptaan yang baru. (7) Apakah dia mengada-adakan kebohongan besar terhadap Allah atau gila?” (Tidak), tetapi orang-orang yang tidak beriman kepada akhirat itu dalam siksaan dan kesesatan yang jauh. (8)
BACA JUGA: Iman pada Hari Kebangkitan
Al-Quran juga telah mengemukakan sejumlah dalil tentang kebangkitan untuk menguatkan akidah dalam jiwa manusia. Semua itu adalah dalil-dalil yang kuat dan benar yang diambil dari realitas kehidupan serta dari segala yang dapat dilihat manusia dalam kehidupan mereka sehingga mereka tidak berkesempatan untuk meragukannya walaupun sekejap. Di antara dalil-dalil yang masyhur itu adalah sebagai berikut.
Pertama, penciptaan langit yang terbentang luas dan bumi yang terhampar. Allah Yang Mahakuat dan Mahakuasa menciptakan langit pasti berkuasa pula membangkitkan manusia yang kecil dan lemah.
Allah berfirman dalam Surah Al-Ahqf (46) ayat 33:
اَوَلَمْ يَرَوْا اَنَّ اللّٰهَ الَّذِيْ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ وَلَمْ يَعْيَ بِخَلْقِهِنَّ بِقٰدِرٍ عَلٰٓى اَنْ يُّحْيِ َۧ الْمَوْتٰى ۗبَلٰٓى اِنَّهٗ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
Tidakkah mereka memperhatikan bahwa sesungguhnya Allah yang menciptakan langit dan bumi serta tidak merasa lelah karena menciptakannya, Dia kuasa untuk menghidupkan yang mati? Tentu demikian. Sesungguhnya Dia Mahakuasa atas segala sesuatu.
Kedua, keadaan bumi sebelum diturunkan air di atasnya, yakni bagaimana air itu mati membeku ketika itu dan bagaimana akhirnya kehidupan mengalir di atasnya setelah air itu turun dan mengeluarkan bermacam tumbuhan. Dzat yang menghidupkannya setelah kematiannya tentulah berkuasa pula untuk menghidupkan orang-orang yang mati dari kubur-kubur mereka. Allah berfirman dalam Surah Fushshilat (41) ayat 39:
وَمِنْ اٰيٰتِهٖٓ اَنَّكَ تَرَى الْاَرْضَ خَاشِعَةً فَاِذَآ اَنْزَلْنَا عَلَيْهَا الْمَاۤءَ اهْتَزَّتْ وَرَبَتْۗ اِنَّ الَّذِيْٓ اَحْيَاهَا لَمُحْيِ الْمَوْتٰى ۗاِنَّهٗ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
Sebagian dari tanda-tanda (kebesaran)-Nya adalah bahwa engkau melihat bumi kering dan tandus, kemudian apabila Kami menurunkan air (hujan) padanya, ia pun hidup dan menjadi subur. Sesungguhnya Zat yang menghidupkannya pasti dapat menghidupkan yang mati. Sesungguhnya Dia Mahakuasa atas segala sesuatu.
BACA JUGA: 3 Macam Hisab pada Hari Kiamat
Ketiga, penciptaan manusia, yakni bagaimana Allah menjadikannya dari ketiadaan. Begitu pula halnya, fase-fase kehidupan sejak mulai diciptakan, berupa air mani, lalu kehidupannya dalam rahim ibunya. Kemudian, fase berikutnya adalah dalam kehidupan dunianya, lalu kematiannya dan kuburannya di dalam tanah. Allah yang menciptakan dan memeliharanya dalam fase-fase kehidupan tentu berkuasa pula membangkitkannya pada Hari Kiamat kelak. Allah berfirman dalam Surah AL-Hajj (22) ayat 5-7:
يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنْ كُنْتُمْ فِيْ رَيْبٍ مِّنَ الْبَعْثِ فَاِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ تُرَابٍ ثُمَّ مِنْ نُّطْفَةٍ ثُمَّ مِنْ عَلَقَةٍ ثُمَّ مِنْ مُّضْغَةٍ مُّخَلَّقَةٍ وَّغَيْرِ مُخَلَّقَةٍ لِّنُبَيِّنَ لَكُمْۗ وَنُقِرُّ فِى الْاَرْحَامِ مَا نَشَاۤءُ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى ثُمَّ نُخْرِجُكُمْ طِفْلًا ثُمَّ لِتَبْلُغُوْٓا اَشُدَّكُمْۚ وَمِنْكُمْ مَّنْ يُّتَوَفّٰى وَمِنْكُمْ مَّنْ يُّرَدُّ اِلٰٓى اَرْذَلِ الْعُمُرِ لِكَيْلَا يَعْلَمَ مِنْۢ بَعْدِ عِلْمٍ شَيْـًٔاۗ وَتَرَى الْاَرْضَ هَامِدَةً فَاِذَآ اَنْزَلْنَا عَلَيْهَا الْمَاۤءَ اهْتَزَّتْ وَرَبَتْ وَاَنْۢبَتَتْ مِنْ كُلِّ زَوْجٍۢ بَهِيْجٍ (5) ذٰلِكَ بِاَنَّ اللّٰهَ هُوَ الْحَقُّ وَاَنَّهٗ يُحْيِ الْمَوْتٰى وَاَنَّهٗ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ ۙ (6) وَّاَنَّ السَّاعَةَ اٰتِيَةٌ لَّا رَيْبَ فِيْهَاۙ وَاَنَّ اللّٰهَ يَبْعَثُ مَنْ فِى الْقُبُوْرِ (7)
Wahai manusia, jika kamu meragukan (hari) kebangkitan, sesungguhnya Kami telah menciptakan (orang tua) kamu (Nabi Adam) dari tanah, kemudian (kamu sebagai keturunannya Kami ciptakan) dari setetes mani, lalu segumpal darah, lalu segumpal daging, baik kejadiannya sempurna maupun tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepadamu (tanda kekuasaan Kami dalam penciptaan). Kami tetapkan dalam rahim apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan. Kemudian, Kami mengeluarkanmu sebagai bayi, lalu (Kami memeliharamu) hingga kamu mencapai usia dewasa. Di antara kamu ada yang diwafatkan dan (ada pula) yang dikembalikan ke umur yang sangat tua sehingga dia tidak mengetahui lagi sesuatu yang pernah diketahuinya (pikun). Kamu lihat bumi itu kering. Jika Kami turunkan air (hujan) di atasnya, ia pun hidup dan menjadi subur serta menumbuhkan berbagai jenis (tetumbuhan) yang indah. (5) Demikianlah (penciptaan manusia) itu karena sesungguhnya Allah, Dia-lah yang Mahabenar dan sesungguhnya Dia menghidupkan orang-orang yang mati dan sesungguhnya Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. (6) Sesungguhnya kiamat itu pasti datang, tidak ada keraguan padanya dan sesungguhnya Allah akan membangkitkan siapa pun yang di dalam kubur. (7)
Keempat, kekuasaan Allah menciptakan sesuatu secara berpasang-pasangan. Dia menciptakan malam dan siang, kegelapan dan cahaya, kesegaran dan kekeringan, serta kehidupan dan kematian. Dia pun berkuasa menghidupkan kembali orang-orang yang telah mati. Allah berfirman dalam Surah Yasin (36) ayat 78-82:
وَضَرَبَ لَنَا مَثَلًا وَّنَسِيَ خَلْقَهٗۗ قَالَ مَنْ يُّحْيِ الْعِظَامَ وَهِيَ رَمِيْمٌ (78) قُلْ يُحْيِيْهَا الَّذِيْٓ اَنْشَاَهَآ اَوَّلَ مَرَّةٍ ۗوَهُوَ بِكُلِّ خَلْقٍ عَلِيْمٌ ۙ (79) ۨالَّذِيْ جَعَلَ لَكُمْ مِّنَ الشَّجَرِ الْاَخْضَرِ نَارًاۙ فَاِذَآ اَنْتُمْ مِّنْهُ تُوْقِدُوْنَ (80) اَوَلَيْسَ الَّذِيْ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ بِقٰدِرٍ عَلٰٓى اَنْ يَّخْلُقَ مِثْلَهُمْ ۗبَلٰى وَهُوَ الْخَلّٰقُ الْعَلِيْمُ (81) اِنَّمَآ اَمْرُهٗٓ اِذَآ اَرَادَ شَيْـًٔاۖ اَنْ يَّقُوْلَ لَهٗ كُنْ فَيَكُوْنُ (82)
Dia membuat perumpamaan bagi Kami dan melupakan asal penciptaannya. Dia berkata, “Siapakah yang bisa menghidupkan tulang-belulang yang telah hancur luluh?” (78) Katakanlah (Nabi Muhammad), “Yang akan menghidupkannya adalah Zat yang menciptakannya pertama kali. Dia Maha Mengetahui setiap makhluk. (79) (Dia-lah) yang menjadikan api untukmu dari kayu yang hijau. Kemudian, seketika itu kamu menyalakan (api) darinya.” (80) Bukankah Zat yang menciptakan langit dan bumi mampu menciptakan manusia yang serupa mereka itu (di akhirat kelak)? Benar. Dialah yang Maha Banyak Mencipta lagi Maha Mengetahui. (81) Sesungguhnya ketetapan-Nya, jika Dia menghendaki sesuatu, Dia hanya berkata kepadanya, “Jadilah!” Maka, jadilah (sesuatu) itu. (82)
Kelima, seperti yang telah disepakati secara umum bahwa membuat sesuatu untuk kedua kalinya lebih mudah bagi manusia daripada membuatnya untuk pertama kali. Al-Quran menggunakan logika ini sebagai argumentasi akan adanya Hari Kebangkitan.
Allah yang menciptakan manusia pertama kalinya, dan menjadikannya ada dari ketiadaan, tentu berkuasa pula mengembalikannya pada kehidupannya untuk kedua kalinya karena pengulangan penciptaan yang kedua kalinya lebih mudah daripada permulaan penciptaan.
Hukum logika ini berlaku di kalangan manusia. Apalagi, bagi Allah yang tidak pernah mengenal kata sulit. Segala sesuatu mudah saja bagi-Nya karena Dia Mahakuasa untuk memenuhi apa pun yang Dia kehendaki, Tidak satu pun yang membuat-Nya lemah, baik di bumi maupun di langit.
Jika menghendaki sesuatu, Dia berkata padanya, “Jadilah,” jadilah ia. Allah berfirman dalam Surah Ar-Rum (30) ayat 27:
وَهُوَ الَّذِيْ يَبْدَؤُا الْخَلْقَ ثُمَّ يُعِيْدُهٗ وَهُوَ اَهْوَنُ عَلَيْهِۗ وَلَهُ الْمَثَلُ الْاَعْلٰى فِى السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۚ وَهُوَ الْعَزِيْزُ الْحَكِيْمُ ࣖ
Dia-lah yang memulai penciptaan, kemudian mengembalikannya (menghidupkannya) lagi (setelah kehancurannya). (Hal) Itu lebih mudah bagi-Nya. Milik-Nyalah sifat yang tertinggi di langit dan di bumi. Dia-lah Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.
BACA JUGA: Di Hari Kebangkitan, Orang-orang Ini Alami Kebingungan
Keenam, isyarat Al-Quran tentang aktivitas manusia dalam kehidupan sehari-hari, yakni saat tertidur dan terjaga. Setiap orang bekerja pada siang hari lalu pada malam harinya diserang rasa kantuk. Dimudahkanlah baginya untuk tidur sehingga tidurlah dia. Sesungguhnya, tidurnya itu merupakan kematian baginya, ruhnya keluar dari jasadnya. Ketika terbangun, Allah mengembalikan ruh itu kepadanya lalu dia bangkit dari “kematiannya”. Sesungguhnya, tidur itu “kematian” dan bangunnya seseorang dari tidurnya adalah “kebangkitan”, Jika Allah berkuasa memberlakukan ini pada manusia setiap harinya, tentu Dia berkuasa pula membangkitkan orang-orang yang sudah mati pada Hari Kiamat kelak. Allah berfirman dalam Surah Al-An’am (6) ayat 60:
وَهُوَ الَّذِيْ يَتَوَفّٰىكُمْ بِالَّيْلِ وَيَعْلَمُ مَا جَرَحْتُمْ بِالنَّهَارِ ثُمَّ يَبْعَثُكُمْ فِيْهِ لِيُقْضٰٓى اَجَلٌ مُّسَمًّىۚ ثُمَّ اِلَيْهِ مَرْجِعُكُمْ ثُمَّ يُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَ ࣖ
Dia-lah yang menidurkan kamu pada malam hari dan Dia mengetahui apa yang kamu kerjakan pada siang hari. Kemudian, Dia membangunkan kamu padanya (siang hari) untuk disempurnakan umurmu yang telah ditetapkan. Kemudian kepada-Nya tempat kamu kembali, lalu Dia memberitahukan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.
Kemudian, Allah juga berfirman dalam Surah Az-Zumar (44) ayat 42:
اَللّٰهُ يَتَوَفَّى الْاَنْفُسَ حِيْنَ مَوْتِهَا وَالَّتِيْ لَمْ تَمُتْ فِيْ مَنَامِهَا ۚ فَيُمْسِكُ الَّتِيْ قَضٰى عَلَيْهَا الْمَوْتَ وَيُرْسِلُ الْاُخْرٰىٓ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّىۗ اِنَّ فِيْ ذٰلِكَ لَاٰيٰتٍ لِّقَوْمٍ يَّتَفَكَّرُوْنَ
Allah menggenggam nyawa (manusia) pada saat kematiannya dan yang belum mati ketika dia tidur. Dia menahan nyawa yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan nyawa yang lain sampai waktu yang ditentukan. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat bukti-bukti (kekuasaan) Allah bagi kaum yang berpikir.[]
SUMBER: PUSAT STUDI QURAN