ULAMA -ulama terdahulu telah menyebutkan kata-kata indah, hikmah-hikmah mengagumkan, dan ungkapan-ungkapan penuh arti yang dinisbahkan kepada Luqman.
Kami akan menyebutkannya sebagian, yang dianggap paling penting, tetapi bukan karena ungkapan (hikmah) itu bersumber dari Luqman. Kami tidak berpendapat bahwa itu adalah perkataan Luqman walaupun tidak juga menafikannya.
Kami menyebutkannya karena perkataan-perkataan dan hikmah-hikmah itu begitu indah dan mengagumkan. Kita melihat isi kandungannya, tanpa melihat pada pembicara atau empunya kalimat (perkataan) itu. Kita mengambil kandungan (makna) dan ketetapannya.
BACA JUGA: Inilah Luqman Al-Hakim, Lelaki yang Diceritakan dalam Al-Quran
Hikmah merupakan petunjuk jalan bagi orang yang beriman, Kapan pun mendapatkannya (hikmah itu), dialah yang paling berhak untuk mengikutinya.
Ada sebuah pepatah (peribahasa) yang menyebutkan, “Lihatlah apa yang dikatakan (disampaikan), janganlah melihat siapa yang mengatakan”. Adapun hikmah yang dinisbahkan kepada Luqman adalah sebagai berikut:
Pertama, sesungguhnya jika dititipkan sesuatu, Allah pasti akan menjaganya dengan baik.
Kedua, Luqman berkata, “Wahai anakku, berharaplah engkau hanya kepada Allah, janganlah merasa tenteram ketika menipu-Nya, dan takutlah hanya kepada-Nya. Janganlah berputus asa untuk mendapatkan rahmat-Nya.” Dia (anak itu) berkata, “Bagaimana aku dapat berbuat seperti itu, padahal aku hanya mempunyai satu hati?” Luqman menjawab, “Seorang Mukmin mempunyai dua hati. Satu hati untuk berharap pada rahmat-Nya dan yang lain untuk takut pada siksaan-Nya.”
Ketiga, Luqman berkata, “Wahai anakku, perbanyaklah berdoa, Tuhanku, ampunilah aku, karena sesungguhnya Allah mempunyai satu waktu yang tidak ditolak doa dari orang yang meminta.”
Keempat, diceritakan bahwa ketika Luqman datang kepada Nabi Dawud, dia sedang membuat baju besi. Namun, Luqman tidak mengetahui apa yang sedang Nabi Dawud lakukan itu. Luqman pun terheran-heran dan ingin bertanya. Namun, hikmahnya melarang untuk bertanya. Setelah selesai, Nabi Dawud memakai baju besi tersebut, dia berkata, “Ini adalah sebaik-baik baju besi untuk berperang.” Kemudian, Luqman berkata, “Diam itu lebih baik daripada hikmah, tetapi sedikit orang yang melakukannya. Awalnya, aku ingin bertanya kepadamu, tetapi aku memilih untuk diam sampai aku sendiri mengetahui jawabannya.”
Kelima, diceritakan bahwa, suatu hari, tuannya (majikan dari Luqman) berkata kepadanya, “Tolong sembelihkan seekor kambing untukku dan bawakan dua potong daging yang paling baik darinya kepadaku.”
Kemudian, Luqman membawakannya daging, lidah, dan hati. Pada hari yang lain, tuannya memerintahkan Luqman lagi, “Sembelihkanlah seekor kambing untukku dan buanglah dua potong daging yang paling buruk darinya.”
Kemudian, Luqman membuang daging, lidah, dan hati. Akibatnya, tuannya merasa heran atas perbuatan Luqman itu.
Ketika ditanya mengapa berbuat demikian, Luqman menjawab, “Sesungguhnya, tidak ada sesuatu pun yang lebih baik daripada hati dan lisan ketika dipergunakan dengan baik, begitu pun tidak ada sesuatu yang lebih buruk daripada keduanya ketika dipergunakan dengan tidak baik.”
Keenam, Luqman berkata, “Wahai anakku, aku membawa batu, besi, dan barang-barang yang berat, tetapi aku merasa tidak pernah memikul sesuatu yang lebih berat daripada melakukan suatu kejahatan. Wahai anakku, aku telah merasakan semua kepahitan, tetapi belum pernah merasakan sesuatu pun yang lebih pahit daripada kefakiran.”
Ketujuh, Luqman berkata, “Wahai anakku, sesungguhnya suatu perbuatan tidak dapat dilakukan, kecuali dengan keyakinan. Barang siapa berlipat ganda keyakinannya maka berlipat ganda pula amal perbuatannya.”
Kedelapan, Luqman berkata, “Wahai anakku, jadikanlah takwa kepada Allah sebagai perdagangan yang akan mendatangkan keuntungan besar untukmu, tanpa membutuhkan barang dagangan sedikit pun.”
Kesembilan, Luqman berkata, “Wahai anakku, siapa berdusta maka dia telah kehilangan air muka (malunya). Siapa yang jelek akhlaknya maka dia akan banyak susahnya. Memindahkan batu yang besar dari tempatnya lebih mudah daripada memberi pemahaman kepada orang yang bodoh.”
Kesepuluh, Luqman berkata, “Wahai anakku, janganlah engkau sekali-kali menjadi orang yang lebih lemah daripada ayam jantan yang selalu berkokok pada waktu subuh, sedangkan engkau masih terlelap di atas kasurmu.”
Kesebelas, Luqman berkata, “Wahai anakku, sejelek-jelek manusia adalah orang yang tidak mau peduli tatkala melihat manusia dalam keburukan.”
Kedua belas, Luqman berkata, “Wahai anakku, janganlah memakan hidanganmu, kecuali bersama orang-orang yang bertakwa, dan bermusyawarahlah bersama para ulama dalam menyelesaikan masalahmu.”
BACA JUGA: 2 Permata Nasihat Luqman untuk Putranya di Surah Luqman
Ketiga belas, Luqman berkata, “Barang siapa menjadi penasihat bagi dirinya maka Allah akan menjadi pengawasnya. Barang siapa adil kepada dirinya maka Allah akan menambahkan kemuliaan kepadanya. Kehinaan (yang diterima) karena taat kepada Allah lebih baik daripada kemuliaan yang didapat karena bermaksiat kepada-Nya.”
Keempat belas, Luqman berkata, “Wahai anakku, sesungguhnya butiran-butiran hikmah dapat menjadikan orang-orang miskin mendapat kedudukan yang mulia seperti para raja.”
Kelima belas, Luqman berkata, “Wahai anakku, bergaullah dengan hamba-hamba Allah yang saleh karena kebaikan akan diperoleh dari mereka. Semoga akhir dari kebaikan tersebut adalah rahmat Allah yang akan engkau alami. Janganlah bergaul dengan orang-orang yang jahat karena tidak akan mendatangkan kebaikan, dan akhir dari semuanya adalah azab yang akan menimpamu.”
Keenam belas, diceritakan bahwa ketika kembali dari perjalanannya, Luqman bertemu dengan seseorang. Kemudian, Luqman bertanya kepadanya, “Apa yang telah terjadi pada ayahku?” Orang itu menjawab, “Ayahmu telah meninggal.” Luqman berkata, “Alhamdulillah, sekarang aku memiliki kekuasaan.”
Kemudian, Luqman bertanya lagi, “Apa yang terjadi pada ibuku?” Orang itu menjawab, “Ibumu pun telah meninggal.” Luqman berkata, “Telah hilang kekhawatiranku.” Kemudian, Luqman bertanya, “Apa yang terjadi pada istriku?” Orang itu menjawab, “Istrimu juga telah meninggal.”
Luqman berkata, “Aku akan memperbaiki pelaminanku.” Luqman bertanya lagi, “Apa yang terjadi pada saudariku?” Orang itu menjawab, “Saudarimu telah meninggal.” Luqman berkata, “Tertutuplah auratku (rahasia).”
Terakhir, Luqman bertanya tentang apa yang terjadi pada saudara laki-lakinya dan dijawab bahwa saudaranya itu telah meninggal. Luqman berkata, “Sekarang, patahlah punggungku.”
Ketujuh belas, Luqman berkata, “Wahai anakku, duduklah engkau bersama para ulama dan dekatkanlah lututmu dengan mereka karena Allah akan menghidupkan kembali hati yang keras dengan cahaya hikmah seperti tanah yang tandus akan kembali subur ketika disiram air hujan.”
Kedelapan belas, Luqman berkata, “Tiga perkara yang tidak disadari manusia ketika itu terjadi, kecuali pada tiga hal (orang atau objek), yakni orang yang sabar ketika sedang marah, orang yang pemberani ketika sedang berperang, dan saudaramu ketika engkau membutuhkan pertolongannya.”
BACA JUGA: Pesan Luqmanul Hakim: Jangan Pelajari Ilmu untuk Mendebat Orang-orang Bodoh
Kesembilan belas, Luqman berkata, “Wahai anakku, berhati-hatilah engkau terhadap utang karena ia membuat orang tampak hina pada siang hari dan susah pada malam hari.”
Kedua puluh, Luqman berkata, “Wahai anakku, berharaplah hanya kepada-Nya, janganlah berani berbuat maksiat kepada-Nya, dan takutlah hanya kepada-Nya. Namun, jangan berputus asa terhadap rahmat-Nya.”
Kami menganggap 20 hikmah tersebut cukup. Kami mengingatkan sekali lagi bahwa apa-apa yang telah dipaparkan bukanlah karena menisbahkannya kepada Luqman karena kami menangguhkan untuk menisbahkannya, melainkan ingin mengambil manfaat dan makna yang terkandung di dalamnya serta keindahan ungkapannya.[]
SUMBER: PUSAT STUDI QURAN