TENTANG catatan hisab, dalam Surah Al-Insyiqaq (84) ayat 7 dan 8, Allah berfirman:
فَاَمَّا مَنْ اُوْتِيَ كِتٰبَهٗ بِيَمِيْنِهٖۙ فَسَوْفَ يُحَاسَبُ حِسَابًا يَّسِيْ
رًاۙ
Adapun orang yang diberikan kitabnya dari sebelah kanannya, maka dia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah
Penjelasan Ayat
Semakna dengan ayat tersebut, Allah berfirman dalam ayat yang lain, yakni dalam Surah Al-Haqqah (69) ayat 19 dan 20:
فَاَمَّا مَنْ اُوْتِيَ كِتٰبَهٗ بِيَمِيْنِهٖ فَيَقُوْلُ هَاۤؤُمُ اقْرَءُوْا كِتٰبِيَهْۚ اِنِّيْ ظَنَنْتُ اَنِّيْ مُلٰقٍ حِسَابِيَهْۚ
Adapun orang yang kitabnya diberikan di tangan kanannya, maka dia berkata, “Ambillah, bacalah kitabku (ini)! (19) Sesungguhnya aku yakin bahwa (suatu saat) aku akan menerima perhitungan terhadap diriku.” (20)
BACA JUGA: 5 Cara Masuk Surga Tanpa Hisab
Inilah kondisi orang yang beriman yang dimuliakan oleh Allah. Ia menerima catatan amalnya dengan tangan kanannya dan ia menyukai isi catatan itu. Selama di dunia, ia menyakini perjumpaannya dengan Allah sehingga ia selalu beramal saleh. Kelak, ia pun dihisab dengan hisab yang ringan.
Pelajaran Penting
Ada dua model hisab di akhirat kelak. Dalam suatu hadis, Rasulullah ﷺ pernah bersabda, “Barang siapa yang dihisab maka ia tersiksa.” Aisyah bertanya, “Bukankah Allah telah berfirman ‘maka ia akan dihisab dengan hisab yang mudah’” maka Rasulullah ﷺ menjawab, “Hal itu adalah Al-ardh (pemaparan). Namun, barang siapa yang diperinci dan detail saat dihisab, ia akan binasa.”
Para ulama menjelaskan bahwa kelak di Hari Kiamat akan ada pemaparan dan hisab.
Model pertama: pemaparan (al-aradh)
Pemaparan artinya Allah memaparkan seluruh amalannya di hadapannya dan hanya berdua antara dirinya dengan Allah. Nabi ﷺ bersabda, “Tidaklah ada seorang pun di antara kalian, kecuali ia akan diajak bicara oleh Rabb-nya. Tidak ada di antara keduanya penerjemah dan penghalang yang menghalanginya.”
Dari sanalah, Allah akan menampakan catatan amal.
Dalam hadis yang lain, Nabi ﷺ pernah berdoa,
Dari Aisyah ia berkata, saya telah mendengar Nabi ﷺ pada sebagian shalatnya membaca, “Ya Allah, hisablah aku dengan hisab yang mudah.” Ketika beliau berpaling, saya berkata, “Wahai, nabi Allah, apa yang dimaksud dengan hisab yang mudah?” Beliau bersabda, “Seseorang yang Allah lihat kitabnya lalu memaafkannya. Orang yang diperdebatkan hisabnya pada hari itu pasti celaka, wahai Aisyah. Dan, setiap musibah yang menimpa orang beriman, Allah akan menghapus (dosanya) karenanya, bahkan sampai duri yang menusuknya.”
BACA JUGA: Yaumul Hisab dan Dalilnya
Allah tidak menghisab kaum Mukminin secara detail namun cukup dengan al-aradh (pemaparan). Allah hanya memaparkan dan menjelaskan semua amalan tersebut di hadapan mereka. Demikian pula yang dijelaskan Rasulullah ﷺ dalam hadis Ibnu Umar. Beliau berkata,
Aku telah mendengar Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya, Allah mendekati seorang Mukmin lalu meletakkan padanya sitar dan menutupinya dari pandangan orang lain. Lalu, (Allah) berseru, ‘Tahukah Engkau dosa ini? Tahukah Engkau dosa itu?’ Mukmin tersebut menjawab, ‘Ya, wahai Rabb-ku’ hingga bila selesai menyampaikan semua dosa-dosanya dan Mukmin tersebut melihat dirinya telah binasa, Allah berfirman ‘Aku telah rahasiakan (menutupi) dosa itu di dunia dan Aku sekarang mengampunimu.’ Lalu, ia diberi kitab kebaikannya. Sementara itu, kepada orang kafir dan munafik, Allah berfirman, ‘Orang-orang inilah yang telah berdusta terhadap Rabb mereka.’ Ingatlah, kutukan Allah ditimpakan atas orang-orang yang zalim.”
Inilah karunia Allah sekaligus hal yang sangat memalukan bagi seorang Mukmin yang melakukan kemaksiatan. Tatkala tidak ada orang yang melihatnya, ia menutup rapat semua pintu dan jendelanya, lalu bermaksiat kepada Allah. Maka, perbuatan maksiat ini akan diingatkan Allah pada Hari Kiamat kelak, walaupun ia sudah bertobat.
Meskipun Allah tidak mempermalukan dia di hadapan banyak orang, tetapi hal tersebut sudah cukup memalukan di hadapan Allah. Bahkan, Nabi Adam a.s. yang sudah diterimanya tobatnya oleh Allah akibat pelanggarannya karena telah memakan buah yang dilarang, juga takut terhadap dosanya itu.
Lalu, ketika orang-orang datang kepada Nabi Adam dan meminta Nabi Adam untuk memberi mereka syafaat di sisi Allah, Nabi Adam tidak mau karena telah melanggar perintah Allah padahal Nabi Adam telah bertobat dan sudah diterima oleh Allah, namun Nabi Adam masih khawatir dengan dosanya.
Model kedua Hisab
Al Imam Ibnu Hajar Al-Asqalani menjelaskan makna dari hisab munaqasyah.
“Maksud munaqasyah ini adalah penghitungan secara detail dan penuntutan segala dosa, baik besar maupun kecil, tanpa adanya pemaafan.
BACA JUGA: 3 Macam Hisab pada Hari Kiamat
Dengan demikian, model kedua tersebut mengharuskan adanya penyiksaan. Rasulullah ﷺ bersabda, “Barang siapa yang disidang secara rinci tatkala hisab, maka ia disiksa.” Orang itu akan disiksa dari dua sisi, (1) ketika disidang, dan (2) setelah persidangan, yaitu ketika masuk neraka.
Bagi seorang yang menjalani hisab di hadapan semua orang, hal itu sendiri sudah merupakan siksaan contohnya, ketika kita melakukan perbuatan kriminal lalu kita dipanggil oleh hakim dan disidang di hadapan umum, hal itu merupakan siksaan bagi kita yang merasa malu karena disaksikan oleh banyak orang.[]
SUMBER: PUSAT STUDI QURAN