PENJAGAAN Allah terhadap Nabi dilakukan dengan beberapa cara, di antaranya adalah memerintah dan menegur beliau.
Allah berfirman dalam Surah Al-Ma’idah (5) ayat 67
يٰٓاَيُّهَا الرَّسُوْلُ بَلِّغْ مَآ اُنْزِلَ اِلَيْكَ مِنْ رَّبِّكَ ۗوَاِنْ لَّمْ تَفْعَلْ فَمَا بَلَّغْتَ رِسٰلَتَهٗ ۗوَاللّٰهُ يَعْصِمُكَ مِنَ النَّاسِۗ اِنَّ اللّٰهَ لَا يَهْدِى الْقَوْمَ الْكٰفِرِيْنَ
“Wahai Rasul! Sampaikanlah apa yang diturunkan Tuhanmu kepadamu. Jika tidak engkau lakukan (apa yang diperintahkan itu) berarti engkau tidak menyampaikan amanat-Nya. Dan Allah memelihara engkau dari (gangguan) manusia. Sungguh, Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang kafir.”
BACA JUGA: Kelapangan Dada Nabi Muhammad
Ayat ini diawali dengan perintah Allah kepada Nabi ﷺ untuk menyampaikan semua yang Allah turunkan. Demikianlah kita dapati bahwa, di antara ayat-ayat Al-Quran, terdapat ayat-ayat yang berisi perintah dan juga teguran kepada Nabi ﷺ.
Penjagaan Allah terhadap Nabi:
Dari Aisyah, beliau berkata, “Siapa yang mengatakan kepadamu bahwa Muhammad menyembunyikan sedikit saja dari wahyu yang telah diturunkan kepadanya maka sungguh ia telah berdusta!” Kemudian, Aisyah membaca (ayat ini), “Wahai Rasul! Sampaikanlah apa yang diturunkan Tuhanmu kepadamu. Jika tidak engkau lakukan (apa yang diperintahkan itu) berarti engkau tidak menyampaikan amanat-Nya.”
Begitu pula ketika Nabi ﷺ mendoakan kebinasaan kepada orang-orang musyrik, maka turunlah teguran dari Allah, sebagaimana tercantum dalam Surah Ali-Imran (3) ayat 128:
لَيْسَ لَكَ مِنَ الْاَمْرِ شَيْءٌ اَوْ يَتُوْبَ عَلَيْهِمْ اَوْ يُعَذِّبَهُمْ فَاِنَّهُمْ ظٰلِمُوْنَ
“itu bukan menjadi urusanmu (Muhammad) apakah Allah menerima tobat mereka, atau mengazabnya, karena sesungguhnya mereka orang-orang yang zalim.”
Demikian pula saat Rasulullah ﷺ ditegur oleh Allah ketika beliau sempat bermuka masam kepada Ibnu Umi Maktum yang meminta ilmu kepada beliau, pada saat beliau sedang tersibukkan dengan para pembesar Quraisy. Padahal, Ibnu Umi Maktum adalah seorang buta yang tidak mampu melihat Nabi ketika bermuka masam, tetapi Allah tetap menegurnya melalui firman-Nya dalam Surah Abasa (80) ayat 1:
عَبَسَ وَتَوَلّٰىٓۙ
“Dia (Muhammad) berwajah masam dan berpaling.”
Aisyah juga pernah berkata, “Sekiranya Muhammad itu menyembunyikan sesuatu dari Al-Quran, misalnya dia akan menyembunyikan ayat ini, yakni Surah Al-Ahzab (33) ayat 37: ‘Sedang kamu menyembunyikan di dalam hatimu apa yang Allah akan menyatakannya, dan kamu takut kepada manusia, sedangkan Allah-lah yang lebih berhak untuk kamu takuti.’”
Pada saat Haji Wada, Rasulullah ﷺ bersabda kepada para sahabat, “Sungguh telah aku tinggalkan bagi kalian sesuatu yang kalian tidak akan tersesat selama kalian berpegang teguh kepadanya; yaitu kitab Allah (Al-Quran), dan sesungguhnya kalian akan ditanya tentang diriku, lantas jawaban apa yang akan kalian berikan?” Mereka menjawab, “Kami bersaksi bahwa engkau telah menyampaikan risalah Allah dan melaksanakannya dan memberi nasihat kepada kami.” Lalu, beliau mengacungkan dan mengangkat jari telunjuknya ke arah langit, kemudian mengarahkannya kepada para sahabat seraya berkata, “Ya Allah, persaksikanlah,” sebanyak tiga kali.
Penjagaan Allah terhadap Nabi:
Ini adalah dalil bahwa Nabi ﷺ telah menyampaikan seluruh amanat yang diberikan kepada beliau. Tidak ada satu ayat, bahkan tidak ada satu huruf pun yang disembunyikan oleh Nabi ﷺ.
Ketika disebutkan ayat ini, Al-Qurthubi menyebutkan bantahan kepada sekte Rafidhah (Syiah) yang mengatakan bahwa Nabi menyembunyikan sebagian ayat, atau terdapat ayat khusus yang hanya disampaikan oleh Nabi kepada Ali bin Abi Thalib, atau kepada Ahli Bait, tentang kekhalifahan Ali, misalnya. Al-Qurthubi menegaskan bahwa ayat-ayat Al-Quran harus tersampaikan seluruhnya kepada kaum Muslimin dan tidak mungkin Rasulullah ﷺ menyembunyikan perkara penting seperti kekhalifahan dengan memberitahukan kepada kalangan tertentu saja, padahal kaum Muslimin sangat membutuhkan penjelasan tersebut.
Firman Allah,
ۗوَاللّٰهُ يَعْصِمُكَ مِنَ النَّاسِۗ
“Dan Allah memelihara engkau dari (gangguan) manusia.”
BACA JUGA: Fatimah az-Zahra, Wanita Padang Pasir yang Disayangi Nabi?
Ayat ini menunjukkan bahwa Nabi yang biasa dijaga oleh Allah dan tidak akan terbunuh oleh para musuhnya. Beliau diperintahkan fokus menyampaikan dakwah karena Allah menjaga beliau dari segala ancaman. Terdapat dalil-dalil lainnya yang menunjukkan hal ini, di antaranya:
Dahulu, Rasulullah ﷺ berjalan tanpa ada pengawal karena Allah senantiasa menjaga beliau. Termasuk Allah menjaga beliau ketika memasuki negara-negara para musuh. Beliau bahkan pernah memasuki Kota Mekkah ketika melaksanakan umrah Qadha’ pada tahun ke-7 H dalam keadaan selamat.
Penjagaan Allah terhadap Nabi: Saat Sedang Tidur
Allah bahkan menjaga saat Nabi-Nya sedang tidur. Hal ini sebagaimana yang diriwayatkan oleh Jabir bin Abdullah: “Jabir bin Abdullah mengabarkan bahwa dia berangkat berperang bersama Rasulullah ﷺ melewati Najd. Ketika Rasulullah ﷺ kembali dan Jabir pun ikut kembali mereka menjumpai sungai di bawah lembah yang banyak pepohonannya.
Maka, Rasulullah ﷺ turun dan orang-orang pun berpencar mencari tempat berteduh di bawah pohon. Rasulullah ﷺ singgah berteduh di bawah suatu pohon. Beliau lalu menggantungkan pedang beliau pada pohon tersebut dan kemudian tidur sejenak. Ketika Rasulullah ﷺ memanggil kami, di hadapan beliau ada seseorang Badui. Beliau berkata: ‘Orang ini telah mengambil pedangku saat aku tidur, lalu aku bangun sedang tangannya sudah memegang pedang yang terhunus, lalu dia berkata: ‘Siapa yang dapat melindungimu dariku?’ Aku jawab, ‘Allah’ sebanyak tiga kali. Maka, orang itu tidak dapat berbuat apa-apa dan tertunduk lemas.”
Ali bin Abi Thalib mengisahkan bahwa ketika peperangan semakin berkecamuk, para sahabat berlindung di balik Nabi. Meskipun demikian, dengan izin Allah, Nabi ﷺ tidak terbunuh dalam peperangan.
Dari Ali, beliau berkata, “Pada saat Perang Badar dan kami mendapat kesulitan, maka kami berlindung dengan Rasulullah ﷺ. Beliau adalah orang yang paling menghadapi kesulitan itu. Tidak ada orang selain beliau yang lebih dekat ke kubu musuh dari orang-orang musyrik.”
Penjagaan Allah terhadap Nabi: Dalam Perang Hunain
Begitu juga penjagaan Allah kepada Nabi pada saat peperangan Hunain, yang beliau terus maju ke arah musuh, meskipun anak panah mengarah dan menghujani kaum Muslimin.
Seorang pria bertanya kepada Al-Bara’ bin Azib, “Apakah kalian kabur dari Rasulullah ﷺ saat peperangan Hunain?” Dia berkata, “Tetapi Rasulullah tidaklah kabur. Sesungguhnya Hawazin adalah suatu kaum yang ahli memanah. Ketika kami menghadapi mereka, kami mampu mengalahkan mereka. Sayangnya, kaum Muslimin mulai teralihkan dengan ghanimah sehingga mereka kemudian bisa menghujani kami dengan anak panah, sementara Rasulullah ﷺ tidaklah kabur. Sungguh, aku melihat beliau tetap di atas bagal beliau yang berwarna putih, sementara Abu Sufyan menuntun bagal tersebut. Nabi ﷺ bersabda, ‘Aku adalah seorang Nabi yang tidak berdusta dan aku adalah anak dari Abdul Muthalib.’”
Ini adalah dalil-dalil bahwa Nabi ﷺ dijaga oleh Allah. Meskipun pada Perang Uhud beliau sempat terluka, namun atas izin Allah beliau tidak sampai terbunuh.
BACA JUGA: Nasab dan Keluarga Inti Nabi Muhammad ﷺ
Penjagaan Allah terhadap Nabi: Di Khaibar
Begitu juga ketika di Khaibar beliau diberi daging kambing beracun. Namun, daging tersebut dengan izin Allah berbicara dan mengabarkan kepada Rasulullah ﷺ bahwa ia telah diberi racun. Sebagian sahabat meninggal di tempat setelah memakan daging tersebut. Adapun Nabi, dengan izin Allah beliau hanya sakit saja.
Namun, racun tersebut masih terus berdampak hingga beliau wafat tiga tahun setelah peristiwa itu. Para ulama menjelaskan bahwa yang dinafikan oleh ayat di atas adalah penyebab kematian oleh musuh secara langsung.
Adapun tentang racun tersebut maka ulama, seperti Al-Hafidz Ibnu Hajar, menjelaskan bahwa kematian Nabi sebagai dampak racun itu adalah atas izin Allah, meskipun peristiwanya telah berlalu sekian tahun lamanya, yang hikmahnya adalah agar Nabi mendapatkan bagian dari mati syahid dalam rangka semakin meninggikan derajat beliau.[]
SUMBER: PUSAT STUDI QURAN