TENTANG Kitab Taurat Allah berfirman dalam Surah Al-Ma’idah (5) ayat 44:
اِنَّآ اَنْزَلْنَا التَّوْرٰىةَ فِيْهَا هُدًى وَّنُوْرٌۚ يَحْكُمُ بِهَا النَّبِيُّوْنَ الَّذِيْنَ اَسْلَمُوْا لِلَّذِيْنَ هَادُوْا وَالرَّبّٰنِيُّوْنَ وَالْاَحْبَارُ بِمَا اسْتُحْفِظُوْا مِنْ كِتٰبِ اللّٰهِ وَكَانُوْا عَلَيْهِ شُهَدَاۤءَۚ فَلَا تَخْشَوُا النَّاسَ وَاخْشَوْنِ وَلَا تَشْتَرُوْا بِاٰيٰتِيْ ثَمَنًا قَلِيْلًا ۗوَمَنْ لَّمْ يَحْكُمْ بِمَآ اَنْزَلَ اللّٰهُ فَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْكٰفِرُوْنَ
“Sungguh, Kami yang menurunkan kitab Taurat; di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya. Yang dengan kitab itu para nabi yang berserah diri kepada Allah memberi putusan atas perkara orang Yahudi, demikian juga para ulama dan pendeta-pendeta mereka, sebab mereka diperintahkan memelihara kitab-kitab Allah dan mereka menjadi saksi terhadapnya. Karena itu janganlah kamu takut kepada manusia, (tetapi) takutlah kepada-Ku. Dan janganlah kamu jual Ayat-ayat-Ku dengan harga murah. Siapa tidak memutuskan dengan apa yang diturunkan Allah maka mereka itulah orang-orang kafir.”
BACA JUGA: Yahudi Taurat, Masih Adakah Saat Ini?
Di dalam ayat ini, Allah menyebutkan bahwa Allah telah menurunkan kitab Taurat, yang di dalamnya ada petunjuk dan cahaya. Namun sekarang, Taurat telah mengalami perubahan akibat tangan-tangan kotor yang mengubahnya. Allah telah menyebutkan tentang ini dalam banyak ayat, di antaranya adalah dalam Surah Al-Baqarah (2) ayat 79:
فَوَيْلٌ لِّلَّذِيْنَ يَكْتُبُوْنَ الْكِتٰبَ بِاَيْدِيْهِمْ ثُمَّ يَقُوْلُوْنَ هٰذَا مِنْ عِنْدِ اللّٰهِ لِيَشْتَرُوْا بِهٖ ثَمَنًا قَلِيْلًا ۗ
“Maka celakalah orang-orang yang menulis Kitab dengan tangan mereka (sendiri), kemudian berkata, ‘Ini dari Allah, (dengan maksud) untuk menjualnya dengan harga murah.”
Pada tulisan sebelumnya pernah dijelaskan bahwa kitab-kitab umat terdahulu telah mengalami perubahan, baik karena mereka mengabaikannya, atau karena menafsirkannya sesuai dengan hawa nafsu, atau bahkan mereka mengarangnya sendiri.
Bahkan, dalam Kitab Taurat ada kisah tentang wafatnya Nabi Musa, bahwa beliau wafat di lokasi yang tidak diketahui oleh seorang pun. Jadi, ada orang ketiga yang menulis tentang kisah Nabi Musa, lalu dimasukkan ke dalam Taurat. Ini di antara bukti bahwa sebagian Kitab Taurat bukanlah wahyu kepada Musa, dan telah diubah oleh mereka.
Firman Allah:
يَحْكُمُ بِهَا النَّبِيُّوْنَ الَّذِيْنَ اَسْلَمُوْا
“Yang dengan kitab itu para nabi yang berserah diri kepada Allah memberi putusan.”
Kitab Taurat adalah cahaya dan petunjuk yang dijadikan dasar hukum oleh para nabi. Bahkan, hukum Taurat berlanjut hingga Nabi Isa. Banyak nabi yang diutus oleh Allah di antara Nabi Musa dan Nabi Isa, yang mereka berhukum dengan hukum Taurat, tanpa membawa hukum yang baru. Ketika Nabi Isa diutus, maka ada hukum baru dari Allah berupa kitab Injil, yang me-mansukh-kan (menghapuskan) sebagian hukum Taurat.
Karena itu, orang-orang Yahudi tidak mau menerima Nabi Isa sebab, menurut mereka, Kitab Taurat tidak bisa di-mansukh.
Oleh karenanya, Allah berfirman:
الَّذِيْنَ اَسْلَمُوْا
“Yang para nabi berserah diri kepada Allah”.
Sejatinya, agama para Nabi adalah Islam. Para ulama menjelaskan bahwa Allah menyebutkan hal ini untuk membantah orang-orang Yahudi dan Nasrani yang mengklaim bahwa agama para Nabi adalah Yahudi atau Nasrani. Yang benar adalah agama seluruh para Nabi adalah Islam, yaitu berserah diri kepada Allah.
Firman Allah:
اَسْلَمُوْا لِلَّذِيْنَ هَادُوْا وَالرَّبّٰنِيُّوْنَ وَالْاَحْبَارُ بِمَا اسْتُحْفِظُوْا مِنْ كِتٰبِ اللّٰهِ وَكَانُوْا عَلَيْهِ شُهَدَاۤءَۚ فَلَا تَخْشَوُا النَّاسَ وَاخْشَوْنِ وَلَا تَشْتَرُوْا بِاٰيٰتِيْ ثَمَنًا قَلِيْلًا ۗوَمَنْ لَّمْ يَحْكُمْ بِمَآ اَنْزَلَ اللّٰهُ فَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْكٰفِرُوْنَ
“Yang dengan kitab itu para nabi yang berserah diri kepada Allah memberi putusan atas perkara orang Yahudi, demikian juga para ulama dan pendeta-pendeta mereka, sebab mereka diperintahkan memelihara kitab-kitab Allah dan mereka menjadi saksi terhadapnya. Karena itu janganlah kamu takut kepada manusia, (tetapi) takutlah kepada-Ku. Dan janganlah kamu jual Ayat-ayat-Ku dengan harga murah. Siapa tidak memutuskan dengan apa yang diturunkan Allah maka mereka itulah orang-orang kafir.”
الرَّبّٰنِيُّوْنَ adalah para pembesar Yahudi yang mereka adalah ahli ilmu sekaligus ahli siasat (politik), yang mengatur kehidupan mereka dengan Taurat. Menurut Imam Mujahid, الرَّبّٰنِيُّوْنَ itu posisinya di atas ulama.
BACA JUGA: Rasulullah Benar tentang Sebuah Ayat di Kitab Taurat
الْاَحْبَارُ “para ulama (Yahudi)”, lafal tersebut merupakan bentuk jamak dari al-habr (dengan fathah) yang bermakna “ilmuwan” pemuka agama Yahudi, atau al-hibr (dengan kasrah) yang bermakna “tinta”, yang merupakan sarana keilmuan.
Para ulama juga berhukum dengan hukum Taurat. Selain itu, tugas mereka adalah “mereka diperintahkan memelihara kitab-kitab Allah dan mereka menjadi saksi terhadapnya”.
Adapun perbedaan antara Al-Quran dengan kitab suci umat terdahulu adalah Al-Quran dipelihara oleh Allah, sebagaimana firman-Nya dalam Surah Al-Hijr (15) ayat 9:
اِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَاِنَّا لَهٗ لَحٰفِظُوْنَ
“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Quran dan pasti kami (pula) yang memeliharanya.”
Sedangkan, kitab-kitab suci umat terdahulu diamanahkan kepada para pembesar mereka untuk menjaganya. Mereka melakukan penjagaan tersebut hingga kemudian mereka tidak lagi berlaku amanah. Mereka mengubah-ubahnya, menutupinya, melupakannya, dan menambahkannya. Karena itulah Kitab Taurat yang sekarang tidak otentik sebagaimana Al-Quran.
Firman Allah:
فَلَا تَخْشَوُا النَّاسَ وَاخْشَوْنِ
“Karena itu janganlah kamu takut kepada manusia, (tetapi) takutlah kepada-Ku.”
Mitra bicara (khithab) dalam ayat ini sebenarnya ditujukan kepada para ulama Yahudi. Seolah-olah Allah berkata, “Janganlah mereka takut kepada manusia dalam menyampaikan kebenaran tetapi takut kepada-Ku”. Janganlah ketakutan kepada manusia menyebabkan penyembunyian terhadap hukum-hukum Taurat. Namun, Allah menggunakan kata ganti kalian, “Janganlah kalian takut kepada manusia” tetapi “takutlah kepada-Ku”.
Para ulama menjelaskan bahwa selain mencakup ulama Bani Israil, ayat ini juga mencakup ulama kaum Muslimin agar mereka jangan takut kepada manusia sehingga menyembunyikan ayat-ayat Allah serta tidak menyampaikan dalil dan sunnah karena ingin mencari pengikut yang banyak atau agar diterima oleh masyarakat. Jangan sampai mereka menyembunyikan kebenaran dan menyampaikan kebatilan, padahal mereka tahu kebenaran yang sebenarnya. Allah berfirman:
وَلَا تَشْتَرُوْا بِاٰيٰتِيْ ثَمَنًا قَلِيْلًا ۗوَمَنْ لَّمْ يَحْكُمْ بِمَآ اَنْزَلَ اللّٰهُ فَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْكٰفِرُوْنَ
“Dan janganlah kamu jual ayat-ayat-Ku dengan harga murah. Siapa tidak memutuskan dengan apa yang Allah turunkan maka mereka itulah orang-orang kafir”.
Penekanan ayat ini lebih ditujukan kepada orang-orang Yahudi pada zaman Nabi Muhammad ﷺ. Karena konteks ayat-ayat ini berkaitan tentang mereka yang enggan berhukum dengan hukum Taurat dan mencari hukum lain pada Nabi Muhammad ﷺ hingga akhirnya mereka terjerumus dalam kekufuran.
BACA JUGA: Ketika Taurat Kabarkan Kemunculan Rasulullah hingga Imam Mahdi
Apakah ayat ini juga ditujukan kepada kaum Muslimin?
Para ulama menjelaskan bahwa ayat ini juga berkaitan dengan kaum Muslimin. Siapa yang meniru kebiasaan orang-orang Yahudi sampai pada level yang disebutkan di dalam ayat ini maka ia terjerumus dalam kekufuran.
Ayat ini memang terkait dengan orang-orang Yahudi. Namun, hukum yang berlaku pada umat terdahulu juga berlaku pada kaum Muslimin selama hukum itu tidak dihapuskan (di-mansukh).
Oleh karenanya, setelah menyebutkan ayat ini, Allah menyebutkan ayat yang di dalamnya terdapat permasalahan qisas. Hukum qisas ada di dalam Taurat dan sampai sekarang kaum Muslimin juga berhukum dengan hukum qisas tersebut, meskipun dengan adanya sedikit perbedaan di dalamnya. []
SUMBER: PUSAT STUDI QURAN