NABI Muhammad ﷺ telah berpesan kepada umatnya supaya selalu berpegang teguh pada Alquran dan Sunnah beliau. Sepeninggalan Nabi ﷺ, orang-orang yang menjadi rujukan diberi gelar ulama.
Dalam pandangan Islam, ulama memiliki kedudukan yang tinggi. Allah berfirman,
يَرْفَعِ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ مِنكُمْ وَٱلَّذِينَ أُوتُوا۟ ٱلْعِلْمَ دَرَجَٰتٍ ۚ وَٱللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
Allah akan meninggikan (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Al Mujadalah 11)
BACA JUGA: Nasihat Ulama: Kunci Kebahagiaan menurut Syekh Ali At-Thanthawi
Ibnu Asakir, pernah memberi peringatan kepada orang-orang agar jangan sampai menghina, menjelek-jelekkan, atau menyakiti hati dan perasaan ulama. Sebab, kedudukan ulama berbeda daripada orang biasa, sekalipun penguasa. Ia mengatakan, “Ketahuilah bahwa daging para ulama itu beracun.”
Apa artinya ‘beracun’? Maksudnya, siapa pun yang telah memfitnah mereka, pasti akan terkena nasib buruk; bagaikan tubuh terkena racun.
Allah Ta’ala berfirman dalam surat al-Ahzab ayat 57, “Sesungguhnya orang-orang yang menyakiti Allah dan Rasul-Nya. Allah akan melaknatinya di dunia dan di akhirat, dan menyediakan baginya siksa yang menghinakan.”
BACA JUGA: Imam Malik: Teladan Ulama’ Tegas
Saat ini, ketika Rasulullah ﷺ sudah tidak ada lagi di tengah-tengah kita, maka “penyambung lidah” Beliau adalah Ulama’, yang menerima warisan dari Beliau berupa ilmu agama.
Menyakiti ahli waris sama saja dengan menyakiti orang atau pihak yang mewariskan. Maka sudah sepatutnya menjaga lisan dan tangan yakni dengan menghormati dan mencintai alim ulama. []
SUMBER: UZMA MEDIA ZULKIFLI MUHAMMAD ALI