KIAMAT atau hari akhir merupakan ketetapan Allah yang pasti akan terjadi. Muslim wajib meyakini bakwa kelak dunia dan seluruh kehidupan akan berakhir dalam sebuah peristiwa kiamat. Meyakininya merupakan bagian dari rukun iman dalam Islam.
Kendati demikian, pertanyaan tentang kapan terjadinya kiamat kerap mengusik keingintahuan. Beberapa tokoh dunia pernah memprediksi waktu kiamat tiba. Namun, semua meleset.
Sebagaimana diungkap dalam Hadis, waktu terjadinya kiamat itu merupakan hal gaib, rahasianya itu hanya Allah yang mengetahui.
Di dunia muslim sendiri, tidak sedikit tokoh yang berupaya memprediksi soal kiamat. Diantaranya ada dua intelektual yakni Dr Baha’i dan Edip Yukse yang berupaya memprediksi waktu tibanya Kiamat. Mereka berpendapat bahwa tahun 1710 H atau 2280 M dunia akan berakhir. Sementara sekarang adalah tahun 1442 H. Jika merujuk pada perhitungan mereka, maka kiamat tinggal 268 tahun lagi.
BACA JUGA: 5 Golongan yang Dinaungi Allah di Hari Kiamat
Pendapat mereka diungkap dalam buku Prediksi Akhir Zaman karya Muhammad Abduh Tuasikal. Dr Baha’i menemukan angka tersebut setelah melakukan perhitungan dari huruf-huruf muqatha’ah yang terdapat di awal-awal surat dalam Al-Qur’an sebagaimana yang dilakukan sebelumnya oleh As-Suhailiy.
Anehnya walaupun dari cara yang sama, hasil perhitungan Bahaiy dan As-Suhailiy berbeda jauh. Sebelumnya, As-Suhailiy memprediksi datangnya hari kiamat dengan menghitung-hitung huruf muqatha’ah (seperti alif laam miim dan haammiim) yang berada di awal-awal surat dalam Al-Quran.
Dia memprediksikan bahwa kiamat akan terjadi 703 tahun setelah diutusnya Nabi, atau setelah Nabi berhijrah atau dihitung setelah Nabi wafat. (‘Umdah Al-Qari Syarh Shahih Al-Bukhari, Badaruddin Al-‘Ainiy Al-Hanafiy, 7:424, Multaqa Ahli Al-Hadits, Asy-Syamilah).
Hasil prediksi As-Suhailiy meleset jauh. Sudah ratusan tahun berlalu sejak itu, kiamat belum terjadi.
Sementara itu, prediksi Dr Baha’i diperkuat oleh Edip Yuksel. Ia mengaku telah mengetahui rahasia hari kiamat yang didasarkan kepada sab’an min al-matsani (QS Taha) sebagai kode al-Qur’an yang merujuk kepada inisial terpisah dalam fawatih al-suwar, yang nilai numerik-nya (1709) menunjukkan pengetahuan terkait hari kiamat yang menurutnya akan terjadi pada tahun 1710 H/2280 M, bilangan setelah total nilai numerik tersebut.
Yüksel lahir di Turki pada 1957 dalam sebuah keluarga Kurdi, seorang intelektual Turki Amerika yang dianggap menjadi salah satu tokoh utama dalam reformasi Islam modern dan gerakan Quranisme. Melalui bukunya, Qur’an: A Reformist Translation, secara terang-terangan ia mengidentifikasi dirinya sebagai seorang “reformis”.
BACA JUGA: Golongan Manusia Seperti Apa yang akan Alami Hari Kiamat?
Lantas, bagaimana muslim menyikapi prediksi-prediksi kiamat yang terus bermunculan ini?
Prediksi kiamat memang sudah sejak dulu bermunculan. Beberapa ulama masa silam, juga ada yang sempat membicarakan waktu kapan terjadinya kiamat bahkan mereka memiliki kitab tersendiri yang membahas hal itu. Sampai-sampai ada di antara mereka mengatakan bahwa dunia ini akan fana (binasa) setelah lima ratus tahun dari masa diutusnya Nabi Muhammad. Hal itupun meleset.
Dr Umar Sulaiman al Asygar dalam Ensiklopedia Kiamat mengatakan Imam As-Suyuthi merupakan salah satu ulama besar yang memprediksi kiamat. Beliau bahkan membahas pada juz tersendiri yang dinamakan “Al-Kasyfu (Mengungkap Terjadinya Hari Kiamat)”.
As-Suyuthi menentukan tahun tertentu. Namun waktu yang ia perkirakan ternyata telah berlalu dan tidak terjadi kiamat sama sekali, bahkan belum juga muncul tanda-tandanya.
Menurut Dr Umar Sulaiman al Asygar, ini adalah suatu metode yang benar-benar keliru. Orang-orang sebelum dia ada yang menggunakan metode yang sama melalui hitungan huruf-huruf muqatha’ah. Namun hasil perhitungan orang-orang sebelum Dr Baha’i tidaklah sama dengannya.
“Mereka memiliki cara perhitungan yang sama, tetapi hasil perhitungannya jauh berbeda. Inilah yang menunjukkan kelirunya cara mereka dan menunjukkan pula tidak terbuktinya penelitian mereka,” tuturnya.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam Majmu’ah Al-Fatawa juga memiliki bantahan terhadap orang-orang semacam Dr Baha’i dan yang sepemikiran dengannya.
Beliau mengatakan, “Siapa saja yang menyibukkan diri memprediksi terjadinya kiamat pada tahun tertentu; di antaranya yang menulis kitab “Ad-Durra Al-Munazzam Fii Ma’rifah Al-A’zham” yang menyebutkan sepuluh dalil yang menunjukkan kapan terjadinya kiamat, begitu pula ada yang memprediksi dalam kitab “Huruful Mu’jam”, atau dalam kitab ‘Anqo’ Mughrib, atau orang-orang lain yang melakukan prediksi yang sama; walaupun itu dianggap suatu hal yang menakjubkan oleh pengikutnya, namun perlu diketahui bahwa mayoritas mereka adalah pendusta, yang telah tertipu, dan telah terbukti bahwa mereka hanya berbicara tanpa dasar ilmu.
BACA JUGA: Manusia Bertanya-Tanya Ketika Hari Kiamat
Sungguh mereka telah mengklaim dan mengungkap suatu yang gaib tanpa dasar ilmu sama sekali. Padahal Allah SWT berfirman:
قُلْ إنَّمَا حَرَّمَ رَبِّيَ الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ وَالْإِثْمَ وَالْبَغْيَ بِغَيْرِ الْحَقِّ وَأَنْ تُشْرِكُوا بِاللَّهِ مَا لَمْ يُنَزِّلْ بِهِ سُلْطَانًا وَأَنْ تَقُولُوا عَلَى اللَّهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ
“Katakanlah: “Rabbku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang nampak atau pun yang tersembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar, (mengharamkan) mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak menurunkan hujah untuk itu dan (mengharamkan) mengada-adakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui”.” (QS. Al-A’raf: 33)
Ibnul Qayyim dalam I’lamul Muwaqi’in ketika menjelaskan ayat di atas mengatakan, “Allah mengurutkan keharaman menjadi empat tingkatan. Allah memulai dengan menyebutkan tingkatan dosa yang lebih ringan yaitu al-fawaahisy (perbuatan keji, biasa merujuk pada zina). Kemudian Allah menyebutkan keharaman yang lebih dari itu, yaitu melanggar hak manusia tanpa jalan yang benar. Kemudian Allah beralih lagi menyebutkan dosa yang lebih besar lagi yaitu berbuat syirik kepada Allah. Lalu terakhir Allah menyebutkan dosa yang lebih besar dari itu semua yaitu berbicara tentang Allah tanpa ilmu. Larangan berbicara tentang Allah tanpa ilmu ini mencakup berbicara tentang nama dan shifat Allah, perbuatan-Nya, agama dan syari’at-Nya.”
Dalam bukunya, Ustaz Muhammad Abduh Tuasikal pun mengingatkan hati-hatilah berbicara tentang kapan terjadinya kiamat tanpa dasar ilmu. Yang mengetahui hal tersebut hanyalah Allah.
Prediksi apapun baik dengan penelitian ilmiah ataupun melalui perhitungan-perhitungan akurat, tidak bisa memastikan kapan terjadinya kiamat. Cukuplah kita menutup mulut dan menjaga lisan dari berbicara mengenai perkara gaib semacam ini. []