APA saja perkara yang bisa menggugurkan keikhlasan?
Di antaranya riya, sum’ah, ujub dan sombong.
Pertama Riya.
Riya berasal dari kata ra’a-yara-ruyan-wa ru’yatan yang artinya melihat. Secara istilah artinya memperlihatkan amal kepada orang lain. Disebut syirik samar.
Sebagian ulama mengatakan Riya itu lebih buruk daripada fitnah. Mengapa? Karena fitnah Dajjal hanya muncul pada akhir zaman sementara Riya bisa muncul setiap saat. Selain itu fitnah Dajjal hanya menimpa orang tidak beriman sementara riya menimpa orang yang beriman.
Saat kita mencari wajah manusia sebenarnya yang akan terjadi adalah justru manusia akan menguasai kita.
Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda,
مَنِ الْتَمَسَ رِضَاءَ اللَّهِ بِسَخَطِ النَّاسِ كَفَاهُ اللَّهُ مُؤْنَةَ النَّاسِ وَمَنِ الْتَمَسَ رِضَاءَ النَّاسِ بِسَخَطِ اللَّهِ وَكَلَهُ اللَّهُ إِلَى النَّاسِ
“Barang siapa yang mencari ridha Allah saat manusia tidak suka, maka Allah akan cukupkan dia dari beban manusia. Barang siapa yang mencari ridha manusia namun Allah itu murka, maka Allah akan biarkan dia bergantung pada manusia.” (HR. Tirmidzi No. 2414 dan Ibnu Hibban No. 276.
Kedua adalah sum’ah.
Berasal dari kata sama’a berarti memperdengarkan amalan. Menyebut-nyebut amalannya di hadapan orang, dia tidak senang bila amalannya belum diketahui orang lain.
Karena tak aneh bahwa betapa menyembunyikan amal itu sulit sekali, apalagi di zaman digital hal apapun dengan mudahnya di-upload ke media sosial hingga secara tidak langsung akan mengikis keikhlasan itu sendiri.
BACA JUGA: Zona Keikhlasan
Ketiga adalah ujub.
Sikap merasa lebih baik daripada orang lain. Memiliki kelebihan yang banyak, rajin, pintar, dan kelebihan lainnya tapi sayang justru menjadi kehinaan untuknya di sisi Allah.
Keempat adalah takabur atau menyombongkan diri dan merendahkan orang lain.
Senang mengangkat dirinya dan juga merendahkan orang lain. Perkara ini tidak akan pernah bisa bersatu dengan sikap tawadhu’yang hanya dimiliki orang beriman.
Dalam surah Az-Zumar ayat 3 Allah Ta’ala berfirman,
اَلَا لِلّٰهِ الدِّيْنُ الْخَالِصُ…
Ingatlah! Hanya milik Allah agama yang murni (dari syirik).
Di atas dijelaskan ada kata khalishu artinya murni. Murni itu tidak bercampur dengan apapun. Ibarat susu murni yang tidak tercampur dengan darah ataupun kotoran. Demikian pula ikhlas, niatnya 100% untuk Allah.
BACA JUGA: Shalat pun Membutuhkan Keikhlasan
Tidak ada unsur selain mengharapkan wajah Allah saja. Sebagaimana tauhid yang menjadi modal besar seseorang untuk mendapatkan surga Allah. Tidak ada zat apapun yang disembah, diminta pertolongan, tempat berharap melainkan Allah. Karena sejatinya Allah tidak mau diduakan dengan apapun.
Maka saat beramal yang bukan untukNya maka Allah tidak butuh dengan amalan tersebut. Bahkan saat bertemu dengan Allah dengan membawa amalan yang banyak, Allah akan campakkan amalan tersebut. (Hadits 3 orang yang dianggap sholih, tapi di akhirat menjadi orang pertama masuk neraka: mujahid, qori’ dan dermawan karena ria) []