Oleh: Mas Farma
ulviyeturk94@gmail.com
DI negeri mana pun, ternyata suara atau intonasi menangisnya anak kecil itu sama saja. Alunan irama yang mereka pakai tetap sama dengan suara menangisnya anak kecil di kampungku. Bahkan sebab dan musababnya juga sama.
Tingkah yang mereka lakukan saat menangis jugalah sama: menjoget-jogetkan badannya, berguling-guling di atas lantai maupun tanah, kalau tidak dituturi juga kemauannya maka mereka mulai menyerang ibunya dengan cara yang mereka mampu seperti: memukul-mukuli sang ibu dengen sekuat yang mereka mampu walaupun pukulan itu terlihat unyu dan lucu, tidak membuat si ibu merasa sakit tapi hanya merasa sedikit terganggu dengan tangisannya yang makin jadi-jadi itu.
Kalau belum dituruti juga kemauannya, maka mulailah si kecil menangis hingga meratapi (padahal hanya gara-gara memakai baju terbalik, tidak menemukan gambar Doraemon). Suaranya yang tadinya hanya dua harakat, kini sudah jadi maad thabi’i.
Terkadang si ibu bukan tidak mau menuruti kemauannya, sang ibu tidak menuruti kemauan anaknya adalah punya banyak pertimbangan. Bahkan tidak menuruti kemauan si kecil jugalah bagian dari rasa kasih sayangnya ibu. Sang ibu memikirkan masa mendatang. Seperti mempertimbangkan kemauan si kecil yang terusan minta asi, kalau dituruti terus maka ia akan menyusui hingga banyak usia.
Sang Ibu tidak menuruti kemauannya si kecil minta dibelikan es krim, selain membiasakannya boros, es krim itu juga dapat membuat giginya keropos. Si kecil menangis karena disuruh pulang saat bermain dengan teman-temannya, dia tidak tahu bahwa menyuruhnya pulang dari bermain adalah memang sudah waktunya mandi (Hehehe).
Begitulah si kecil, apalagi yang mampu dialakukan si kecil selain menangis? Menangis adalah senjatanya untuk menaklukkan hati kedua orangtuanya. Dan terkadang dia berhasil menaklukannya namun tidak jarang juga dia gagal. Ketika si kecil sudah mulai beranjak dewasa, ia akan tersenyum-senyum sendiri jika ia mengingat betapa cerdiknya ia waktu kecil.
Namun, hari ini si kecil menangisnya sudah berbeda sebab, bukan lagi menangisi jajanan dan dilarang bermain bersama teman-temannya, tapi hari ini si kecil menangis karena sang ibu tidak mendownload aplikasi Game di playstore. Maklum, zaman semakin maju dan si kecil juga pandai beradaptasi.
Jajanan si kecil bukan lagi membeli rentengan makanan ringan lalu dikalungkan, hari ini si kecil mulai minta dibelikan flashdisk lalu mengalungkannya sembari menuju warnet terdekat. Kecil-kecil sudah jadi gamer, besar-besar ya jadi hacker, sukur-sukur jadi apa ya? Ya semoga jadi ahli komputer.
Semoga si kecil yang ada di rumah ibu-ibu sekalian, mereka menangisi hal-hal yang sesuai pada usianya. []