Ashabul Hijr sebuah peradaban manusia yang terletak antara Hijaz dan Syam, tepatnya di Wadi Qura. Tempat ini pernah dilalui oleh Rasulullah saw bersama Sahabatnya saat perang Tabuk. Perang yang terakhir. Perang yang terjauh yang dipimpin oleh Rasulullah saw. Rasulullah saw melarang para Sahabatnya untuk memasak air dan mengisi air dari tempat tersebut. Ada apa?
Hijr merupakan sebuah tempat yang dipenuhi dengan pegunungan batu. Di tempat inilah kaum Tsamud berdiam. Di tempat ini Nabi Shaleh diutus. Topografi Hijr berlembah, gunung dan berudara segar dan sejuk. Allah menganugerahkan kepandaian memahat gunung berbatu.
Dengan kemampuan ini, batu-batu granit yang keras dipahat dan dikeping-kepingkan menjadi rumah yang indah, tegak, kuat, megah dan tinggi. Dengan arsitektur seperti ini, merasa menjadi tempat tinggalnya aman dan nyaman dari segala bencana alam, baik banjir dan angin, juga benteng penyelamat dari serangan musuh.
Tingginya peradaban yang telah diraihnya, membuat mereka memalingkan diri dari peringatan Nabi mereka lantaran hidup yang mewah dan kepandaian yang tinggi, sehingga memandang enteng saja kepada seruan Nabi. Kebenaran tidak diingat lagi. Nasihat Nabi Shaleh diacuhkan.
Pembangunan dan pembinaan rumah-rumah yang indah dan mewah, bagaimanapun kokoh, dan megahnya, tidaklah berarti kalau sekiranya tidak disertai dengan pembangunan ruhani yaitu hubungan diri pribadi dengan Allah.
Azab Allah bisa saja datang dengan tiba-tiba, entah terjadi di waktu petang atau pagi. Kadang, dengan tanpa disadari, kesombongan manusia itu sendirilah yang meruntuhkan apa yang mereka bina. Kehendak Allah berlaku menurut apa yang telah digariskan-Nya.
BACA JUGA:Â Negri Saba Makmur karena Sukses Mengelola Air Hujan
Bangunan batu yang keras dan kokoh ternyata tak bisa menghalau dentuman atau ledakan suara keras di pagi hari. Bukankah pagi hari, saat yang paling nyaman? Bukankah tembok-tembok gunung batu, tempat yang paling aman? Ternyata yang paling aman dan nyaman adalah perlindungan Allah. []
Kirim tulisan Anda ke Islampos. Isi di luar tanggung jawab redaksi. Silakan kirim ke:Â islampos@gmail.com, dengan ketentuan tema Islami, pengetahuan umum, renungan dan gagasan atau ide, Times New Roman, 12 pt, maksimal 650 karakter. Redaksi berhak melakukan editing terhadap naskah tanpa mengubah maksud dan tujuan tulisan.