MERASA suka berada di atas orang lain adalah suatu penyakit kronis yang harus segera ditangani dengan penuh saksama dan terus-menerus. Setan akan senantiasa membisikkan kepada orang tersebut bahwa dialah orang alim, ahli ibadah, orang zuhud, qana’ah, dan orang dermawan. Coba lihat teman-temanmu, mereka tidak ada artinya di hadapanmu. Mereka jauh darimu dan mereka tidak akan menyamaimu walaupun seujung kuku kaki atau tanganmu.
Dengarkan bantahan iblis terhadap perintah Allah SWT:
قَالَ يَٰٓإِبۡلِيسُ مَا مَنَعَكَ أَن تَسۡجُدَ لِمَا خَلَقۡتُ بِيَدَيَّۖ أَسۡتَكۡبَرۡتَ أَمۡ كُنتَ مِنَ ٱلۡعَالِينَ ٧٥ قَالَ أَنَا۠ خَيۡرٞ مِّنۡهُ خَلَقۡتَنِي مِن نَّارٖ وَخَلَقۡتَهُۥ مِن طِينٖ ٧٦
“Apa yang menghalangimu untuk sujud kepada apa yang aku telah menciptakannya dengan kedua tangan-Ku, apakah kamu telah menyombongkan diri atau kamu termasuk orang-orang yang lebih tinggi?”
Iblis menjawab, “Aku lebih baik darinya, aku Engkau ciptakan dari api, sedangkan Adam Engkau ciptakan dari tanah.” (QS. Shad: 75—76)
BACA JUGA: Iblis selalu Bekerja untuk Menggoda Manusia
Iblis juga berkata,
قَالَ أَرَءَيۡتَكَ هَٰذَا ٱلَّذِي كَرَّمۡتَ عَلَيَّ
“Dia berkata, ‘Terangkanlah kepadaku, inikah orang yang engkau muliakan atas diriku?’.” (QS. al-Isra: 62)
Ibnul Jauzi rah mengatakan bahwa maknanya adalah, “Beritakanlah kepadaku apa alasannya Engkau memuliakan dia di atasku?” (al-Muntaqa, hlm. 53)
Cinta untuk selalu di atas akan menghalangi seseorang dari ilmu dan akan menggagalkan perjuangan. Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin rah mengatakan, “Seseorang yang takabur (sombong) tidak mungkin akan mendapatkan ilmu, karena ilmu itu memerangi kesombongan tersebut seperti mata air yang mengempaskan tempat yang tinggi. Karena tempat yang tinggi akan selalu digoyangkan oleh air ke kanan dan ke kiri sehingga air itu tidak diam. Begitu juga ilmu. Dia tidak akan tinggal bersama kesombongan dan sifat yang suka ketinggian, yang pada akhirnya ilmu tersebut dicabut darinya.” (al-’Ilmu, hlm. 80)
Cinta untuk selalu menjadi orang yang berada di atas adalah satu wujud kemaksiatan kepada Allah SWT. Bila demikian keadaannya maka akan melahirkan kemaksiatan yang baru. Ibnu Abil ‘Izzi al-Hanafi rahimahullah mengatakan, “Dosa akan menghasilkan dosa baru, karena balasan perbuatan jahat adalah kejelekan setelahnya.” (Syarah al-‘Aqidah ath-Thahawiyyah, hlm. 440)
Apabila seseorang memiliki penyakit yang demikian maka akan melahirkan penyakit yang lain. Di antaranya:
Pertama, apabila dia melihat orang lain lebih dari dirinya maka dia akan hasad kepada orang tersebut, sampai kelebihan/keutamaan itu hilang dari orang tersebut.
Kedua, apabila dia sampai kepada apa yang dicintainya (diinginkannya) maka dia akan meremehkan orang lain, bahkan meremehkan gurunya sendiri.
BACA JUGA: 9 Keturunan Iblis Beserta Tugas-tugasnya
Ketiga, apabila dia beramal satu amalan yang tidak bisa dilakukan oleh orang lain maka akan bermunculan penyakit-penyakit kronis lainnya:
- angkuh (ujub) terhadap dirinya, menganggap dirinyalah yang paling baik,
- muncul sifat riya’ (ingin pamer) dalam beramal supaya orang lain memujinya.
- muncul sifat sum’ah (ingin memperdengarkan amalannya) supaya orang lain memuji-mujinya.
Keempat, apabila datang cercaan kepadanya maka dia menganggap yang demikian itu adalah azab. []
SUMBER: ASYSYARIAH