MENGAPA Nabi Adam dikisahkan di Surat Al-Araf?
Surat Al-Araf diturunkan di tengah berlangsungnya pertentangan sengit antara Muslimin dengan orang-orang kafir. Tepatnya, pada waktu itu Rasulullah ﷺ diperintahkan untuk menyampaikan dakwah secara terang-terangan. Jadi arahan utama dari surat Al-Araf adalah pentingnya menentukan sikap di tengah pertentangan tersebut.
Oleh sebab itulah, surat Al-Araf dimulai dengan kisah persaingan antara Nabi Adam dan Syetan. Prilaku syetan menjadi tema utama pada surat Al-Araf ayat 11-25. Episode fragmennya sebagai berikut:
1. Syetan menolak bersujud kepada Adam
Dan sungguh, Kami telah menciptakan kamu, kemudian membentuk (tubuh)mu, kemudian Kami berfirman kepada para malaikat. “Bersujudlah kamu kepada Adam,” maka mereka pun sujud kecuali Iblis. Ia (Iblis) tidak termasuk mereka yang bersujud. (11)
2. Alasan Syetan tidak bersujud
(Allah) berfirman, “Apakah yang menghalangimu (sehingga) kamu tidak bersujud (kepada Adam) ketika Aku menyuruhmu?” (Iblis) menjawab, “Aku lebih baik daripada dia. Engkau ciptakan aku dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah.” (12)
3. Syetan diusir
(Allah) berfirman, “Maka turunlah kamu darinya (surga); karena kamu tidak sepatutnya menyombongkan diri di dalamnya. Keluarlah! Sesungguhnya kamu termasuk makhluk yang hina.” (13)
4. Permohonan penangguhan waktu
(Iblis) menjawab, “Berilah aku penangguhan waktu, sampai hari mereka dibangkitkan.” (14)
5. Dikabulkannya permohonan
(Allah) berfirman, “Benar, kamu termasuk yang diberi penangguhan waktu.” (15)
6. Misi syetan
(Iblis) menjawab, “Karena Engkau telah menyesatkan aku, pasti aku akan selalu menghalangi mereka dari jalan-Mu yang lurus (16)
BACA JUGA: Hikmah di Balik Kisah Nabi Adam dan Iblis
7. Strategi syetan
kemudian pasti aku akan mendatangi mereka dari depan, dari belakang, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur. (17)
8. Yang mengikuti syetan
(Allah) berfirman, “Keluarlah kamu dari sana (surga) dalam keadaan terhina dan terusir! Sesungguhnya barang siapa di antara mereka ada yang mengikutimu, pasti akan Aku isi neraka Jahanam dengan kamu semua.” (18)
9. Larangan bagi Nabi Adam
Dan (Allah berfirman), “Wahai Adam! Tinggallah engkau bersama istrimu dalam surga dan makanlah apa saja yang kamu berdua sukai. Tetapi janganlah kamu berdua dekati pohon yang satu ini. (Apabila didekati) kamu berdua akan termasuk orang-orang yang zalim.” (19)
10. Bisikan syetan berawal dengan mendekati larangan
Kemudian setan membisikkan pikiran jahat kepada mereka agar menampakkan aurat mereka (yang selama ini) tertutup. Dan (setan) berkata, “Tuhanmu hanya melarang kamu berdua mendekati pohon ini, agar kamu berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang yang kekal (dalam surga).” (20)
11. Syetan mengaku sebagai penasihat
Dan dia (setan) bersumpah kepada keduanya, “Sesungguhnya aku ini benar-benar termasuk para penasihatmu,” (21)
12. Aurat sebagai senjata syetan
dia (setan) membujuk mereka dengan tipu daya. Ketika mereka mencicipi (buah) pohon itu, tampaklah oleh mereka auratnya, maka mulailah mereka menutupinya dengan daun-daun surga. Tuhan menyeru mereka, “Bukankah Aku telah melarang kamu dari pohon itu dan Aku telah mengatakan bahwa sesungguhnya setan adalah musuh yang nyata bagi kamu berdua?” (22)
BACA JUGA: Mengapa Nabi Adam Dikisahkan di Surat Al-Baqarah?
13. Taubatnya Nabi Adam
Keduanya berkata, “Ya Tuhan kami, kami telah menzalimi diri kami sendiri. Jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya kami termasuk orang-orang yang rugi.” (23)
14. Syetan dan Manusia saling bermusuhan
(Allah) berfirman, “Turunlah kamu! Kamu akan saling bermusuhan satu sama lain. Bumi adalah tempat kediaman dan kesenanganmu sampai waktu yang telah ditentukan.” (24)
15. Filosofi melemahkan syetan
(Allah) berfirman, “Di sana kamu hidup, di sana kamu mati, dan dari sana (pula) kamu akan dibangkitkan.” (25)
Inilah bekal agar selalu waspada terhadap syetan dengan memahami ragam tipu dayanya sehingga tidak menjadi teman syetan. []
Kirim tulisan Anda ke Islampos. Isi di luar tanggung jawab redaksi. Silakan kirim ke: islampos@gmail.com, dengan ketentuan tema Islami, pengetahuan umum, renungan dan gagasan atau ide, Times New Roman, 12 pt, maksimal 650 karakter. Redaksi berhak melakukan editing terhadap naskah tanpa mengubah maksud dan tujuan tulisan.