BANDUNG – 19 Juli 2024 – Dalam beberapa dekade terakhir, Indonesia mengalami perubahan signifikan dalam penggunaan bahasa di kalangan generasi muda. Pergeseran dari bahasa daerah ke bahasa asing, terutama bahasa Inggris, semakin nyata. Fenomena ini menimbulkan kekhawatiran akan hilangnya kekayaan budaya dan identitas lokal yang terbungkus dalam bahasa daerah.
Penelitian terbaru menunjukkan bahwa banyak anak-anak di perkotaan lebih fasih berbicara dalam bahasa asing dibandingkan bahasa daerah mereka sendiri. Hal ini tidak terlepas dari pengaruh globalisasi, kemajuan teknologi, dan sistem pendidikan yang lebih menekankan pentingnya penguasaan bahasa asing sebagai alat komunikasi internasional. Akibatnya, bahasa daerah mulai terpinggirkan dan kurang digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
BACA JUGA: Bahasa Melayu, Bahasa Dakwah Islam di Nusantara hingga Menjadi Bahasa Indonesia
Bahasa daerah adalah identitas budaya kita. Ketika bahasa daerah mulai dilupakan, kita kehilangan lebih dari sekadar alat komunikasi, tetapi juga tradisi, cerita rakyat, dan nilai-nilai yang telah diwariskan dari generasi ke generasi.
Tim PKM-RSH Memetrsi Bahasa yang beranggotakan Rama Mahesa, Tari Rahmawati, dan Haura Nurbani pun melakukan penelitian terkait pergeseran bahasa daerah tersebut. Dengan dibantu dan dibimbing oleh Bu Anindita selaku dosen pembimbing, mereka mewawancarai beberapa orang tua yang ada di kota Bandung.
Diketahui bahwa para orang tua tersebut rupanya khawatir apabila anaknya terkontaminasi oleh bahasa daerah yang kasar sehingga mereka memutuskan untuk mengajarkan anaknya bahasa Indonesia yang diselingi bahasa asing. Kikis Purwanti, seorang ibu rumah tangga menuturkan kekhawatirannya tersebut saat diwawancarai oleh tim Memetri bahasa.
“Kalau anak-anak biasanya pakai bahasa Indonesia, tapi kadang sering pakai bahasa inggris ya, kadang kan ada bahasa Jawa dis ini kan ada bahasa yang benar-benar ngoko ya, kayak bahasa sunda kan ada bahasa kasarnya,” ujar Kikis.
Di sisi lain, beberapa orang tua juga menuturkan bahwa mereka merasa bahasa Inggris akan jauh lebih berguna karena mengikuti perkembangan zaman. Namun, 6 Narasumber tersebut mengatakan bahwa saat berbicara dengan pasangan, mereka lebih nyaman menggunakan bahasa daerah.
Hal tersebut memancing rasa penasaran sang anak sehingga akhirnya, anak jadi menyerap dan mencari tahu bahasa daerah itu secara mandiri.
Tim Memetri-Bahasa merasa bahwa masih ada harapan untuk mengatasi pergeseran ini. Solusi yang diusulkan adalah meningkatkan kesadaran orang tua akan pentingnya bahasa daerah dan mendorong mereka untuk lebih aktif dalam pewarisan budaya bahasa ini kepada anak-anak mereka, entah itu secara langsung ataupun melalui pengamatan sang anak.
Kekhawatiran orang tua terhadap bahasa kasar memang tak dapat dihindarkan sehingga orang tua memiliki tugas untuk mengawasi kebahasaan anak . Orang tua memiliki peran sentral dalam menanamkan nilai-nilai budaya dan bahasa kepada anak-anak sejak usia dini.
BACA JUGA: Kenapa Kamu Musti Menguasai Bahasa Inggris
Selain itu, tim memetri-bahasa berencana untuk mengajukan sebuah solusi baru dengan membuat rancangan buku cerita bergambar anak berbasis bahasa Indonesia, bahasa Sunda, dan Bahasa Asing. Hal itu diharap menjadi suatu upaya yang dapat membantu pewarisan bahasa daerah pada anak-anak.
Mengajarkan bahasa daerah tidak harus selalu formal. Orang tua dapat memulai dengan hal-hal sederhana seperti berbicara dalam bahasa daerah di rumah, menceritakan dongeng atau cerita rakyat, dan melibatkan anak-anak dalam acara-acara kebudayaan lokal.
Kita semua memiliki tanggung jawab untuk menjaga agar bahasa dan budaya kita tetap hidup. Mari kita mulai dari keluarga kita sendiri, dengan lebih sering menggunakan bahasa daerah dan mengajarkan nilai-nilai budaya kepada anak-anak kita. Dengan begitu, kita tidak hanya melestarikan warisan leluhur, tetapi juga memperkaya identitas bangsa Indonesia. []