ALLAHÂ memulai kisah dengan menyebutkan diri-Nya sebagai “Rabbuka”, bukan “Rabbunnas”, bukan “Illah” bukan juga “Malik”. Kata “Ka” yang bermakna engkau atau kamu, menunjukkan sebuah keakraban yang menyentuh hati dan perasaan.
Menyebut diri-Nya “Rabbuka”, Allah hadir sebagai sosok guru, orangtua dan sahabat yang sangat akrab, yang senantiasa memuliakan, mendidik dan memelihara manusia. Oleh sebab itu, diawal kisah, Allah langsung memuliakan manusia sebagai khalifah karena Kehendak-Nya. Bukan karena asal usulnya.
Di fragmen berikutnya, Allah langsung hadir sebagai sosok pendidik, “Dan Dia ajarkan kepada Adam nama-nama (benda) semuanya.” Bila manusia memiliki hikmah, ilmu, mengembangkan teknologi dan berbagai keahlian hidup, maka Allah-lah yang telah mengajarkannya.
Allah memberikan kesempatan kepada manusia untuk menjelaskan apa yang diajarkan-Nya kepada malaikat, lalu memerintahkan mereka bersujud.
Allah menyediakan pasangan hidup dan surga sebagai tempat tinggal dan bersenang-senang sesukanya. Ketika Nabi Adam tergelincir, Allah telah menyediakan bumi sebagai tempat tinggal dan kesenangan sampai waktu yang ditentukan.
BACA JUGA:Â Mengapa Nabi Adam Dikisahkan di Surat Al-Hijr?
Setelah tergelincir, apakah Adam dikucilkan dan dihinakan? Allah memberitahukan beberapa kalimat-Nya, menerima taubatnya dan menegaskan Asmaulhusna-Nya yang Maha Penerima taubat dan Maha Penyayang.
Setelah tiba di bumi, apakah Nabi Adam ditinggalkan dalam kesendiria? Allah menurunkan petunjuk-Nya, bila mengikutinya maka tidak akan ada rasa takut dan bersedih hati dalam mengarungi kehidupan di bumi. []
Kirim tulisan Anda ke Islampos. Isi di luar tanggung jawab redaksi. Silakan kirim ke: islampos@gmail.com, dengan ketentuan tema Islami, pengetahuan umum, renungan dan gagasan atau ide, Times New Roman, 12 pt, maksimal 650 karakter. Redaksi berhak melakukan editing terhadap naskah tanpa mengubah maksud dan tujuan tulisan.