MENGHISAB diri, itulah salah satu keseharian para ulama. Bagaimana menasihati diri? Bagaimana bermuhasabah diri? Bagaimana melakukan introspeksi diri terhadap kesalahan?
Allah memperlihatkan buku catatan amal manusia di hari Penghisaban. Itulah cara paling mudah menelisik kebejatan diri. Allah melihat prilaku raga, hati dan akal. Bagaimana melakukan penghisaban ini di dunia?
Seorang ulama, Abdullah asy-Syarqawi dalam kitabnya Rabi al-Fuad, menceritakan bagaimana para ulama mencatat semua perbuatannya pada siang hari dalam sebuah buku. Apabila sore hari telah tiba, ia letakkan buku itu di depannya dan mengoreksi kesalahannya.
Di antara ulama, ada juga yang mencatat bisikan-bisikan hatinya dalam sehari semalam dan mengoreksi dirinya atas bisikan-bisikan tersebut. Sesungguhnya, dalam introspeksi diri ini terdapat keberkahan yang sangat besar bagi siapa yang melakukannya.
Para ulama menjadikan setiap hembusan nafas merupakan permata yang tak ternilai harganya. Tak ada sesuatu pun yang dapat menggantikannya. Apabila nafas telah keluar, maka tidak pernah akan kembali. Jadi, tunjukkan adab kita kepada Allah. Selalu, merasa di bawah pengawasan Allah, sehingga setiap nafas adalah perjalanan menuju Allah.
Para ulama terdahulu, beristighfar dan bertaubat sambil melihat catatan prilaku dan bisikan hati yang telah ditulis pada buku hariannya. Sambil beristighfar, para ulama, mengoreksi catatan kesalahan di bukunya.
BACA JUGA: Mengapa Nabi Terakhir dari Bangsa Arab?
Seorang murid Syeikh Abu Hasan Syadzali, setelah berdagang seharian, dia menulis, mengingat dan menjumlah kesalahannya dalam transaksi perdagangannya. Setelah itu dia memohon ampun kepada Allah dan memperbaiki praktek-praktek bisnisnya. []
Kirim tulisan Anda ke Islampos. Isi di luar tanggung jawab redaksi. Silakan kirim ke: islampos@gmail.com, dengan ketentuan tema Islami, pengetahuan umum, renungan dan gagasan atau ide, Times New Roman, 12 pt, maksimal 650 karakter. Redaksi berhak melakukan editing terhadap naskah tanpa mengubah maksud dan tujuan tulisan.