TENTANG Umar bin Khattab, Imam Al-Muzani rahimahullah berkata,
وَيُقَالُ بِفَضْلِ خَلِيْفَةِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَبِيْ بَكْرٍ الصِّدِّيْقِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ فَهُوَ أَفْضَلُ الخَلْقِ وَأَخْيَرُهُمْ بَعْدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
وَنُثَنِّي بَعْدَهُ بِالفَارُوْقِ وَهُوَ عُمَرُ بْنُ الخَطَّابِ فَهُمَا وَزِيْرَا رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَضَجِيْعَاهُ فِي قَبْرِهِ وَنُثَلِّثُ بِذِي النُّوْرَيْنِ عُثْمَانَ بْنِ عَفَّانَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ ثُمَّ بِذِي الفَضْلِ وَالتُّقَى عَلٍّي بْنِ أَبِي طَالِبٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمْ أَجْمَعِيْنَ
“Dan dikatakan tentang keutamaan Khalifah (pengganti) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam: Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu adalah manusia terbaik dan terpilih sepeninggal Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kita sebutkan di urutan kedua setelahnya adalah Al-Faruq Umar bin Al-Khaththab radhiyallahu ‘anhu. Keduanya adalah orang dekat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan yang bersebelahan kuburnya. Kemudian kita sebutkan yang ketiga adalah Dzun Nuurain (pemilik dua cahaya) ‘Utsman bin Affan radhiyallahu ‘anhu, kemudian (setelahnya) adalah pemilik kemuliaan dan ketaqwaan Ali bin Abi Thalib radhiyallahu anhum ‘ajma’iin (semoga Allah meridhai mereka berempat).
BACA JUGA: Seberapa Dekat Umar bin Khattab dan Rasulullah?
Ia adalah Umar bin Al-Khatthab bin Nufail bin Adi bin ‘Abdul Uzza bin Riyah bin ‘Abdullah bin Qurth bin Razah bin Adi bin Ka’ab bin Luai, Abu Hafsh Al-‘Adawi. Ia dijuluki Al-Faruq.
Ibunya bernama Hantamah binti Hisyam bin al-Mughirah. Ibunya adalah saudari tua dari Abu Jahal bin Hisyam.
Ia adalah seseorang yang berperawakan tinggi, kepala bagian depannya botak, mampu bekerja dengan kedua tangannya secara seimbang, matanya hitam, dan berkulit kuning. Ada pula yang mengatakan kulitnya putih hingga kemerah-merahan. Giginya putih bersih dan mengkilat. Selalu mewarnai janggutnya dan merapikan rambutnya dengan inai (daun pacar) (Thabaqat Ibnu Saad, 3:324).
Amirul mukminin Umar bin Khatthab adalah seorang yang sangat rendah hati dan sederhana, tetapi ketegasannya dalam permasalahan agama adalah ciri khas yang kental melekat padanya.
Ia suka menambal bajunya dengan kulit, dan terkadang membawa ember di pundaknya, tetapi sama sekali tak menghilangkan ketinggian wibawanya.
Kendaraannya adalah keledai tak berpelana, hingga membuat heran pastur Jerusalem saat berjumpa dengannya. Umar jarang tertawa dan bercanda, di cincinnya terdapat tulisan “Cukuplah kematian menjadi peringatan bagimu hai Umar (kafaa bil mauti waa’izhon yaa ‘Umar).”
Umar bin Khattab masuk Islam ketika berusia dua puluh tujuh tahun.
Pernah Menolak Rasulullah, Ini Sejarahnya
Dalam Perjanjian Hudaibiyah, ketika hendak mengirim seorang utusan khusus kepada kaum Quraisy untuk menyeru perdamaian dan membuang jauh-jauh pikiran berperang, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam, memanggil Umar bin Khattab r.a. Beliau menyampaikan keinginannya agar ‘Umar bersedia menjadi utusan beliau kepada kaum Quraisy.
Nabi ﷺ meminta ‘Umar untuk menyampaikan penawaran perdamaian yang sama yang sebelumnya hendak disampaikan oleh Khurasy ibn Umayyah r.a. Saat itu, Khurasy tidak dapat menyampaikan penawaran tersebut karena orang-orang Quraisy hendak membunuhnya.
Namun, Umar bin Khattab yang dikenal sebagai tangan kanan Rasulullah juga sebagai al-Faruq atau sang pembela yang haq dan yang bathil kali ini memohon maaf kepada Nabi karena tidak dapat melaksanakan tugas itu.
Umar menolak bukan tanpa alasan. Apalagi yang memberikan perintah adalah Nabi. Permohonan maafnya ini disertai berbagai alasan yang sangat masuk akal, yaitu kerasnya permusuhan yang terjadi antara ‘Umar ibn AI-Khaththab dengan orang-orang musyrik dan Iemahnya perlindungan kabilah yang dia miliki di tengah-tengah kaum Quraisy.
BACA JUGA: Nasihat Umar bin Khattab yang Menggetarkan Jiwa
Umar bin Khattab berkata, “Wahai Rasulullah sungguh aku khawatir mereka akan mencelakaiku. Dari kalangan Bani ‘Adi ibn Ka’ab, aku tidak mempunyai seseorang yang dapat melindungiku. Sebab, orang-orang Quraisy telah mengetahui permusuhanku dan kekasaranku kepada Bani ‘Adi.” Kemudian, ‘Umar melanjutkan, “Aku menyarankan kepada engkau seorang lelaki yang lebih terhormat daripada aku. Dia adalah ‘Utsman ibn ‘Affan.”
Nabi ﷺ pun menerima permohonan maaf ‘Umar ibn AI-Khaththab dan menganggap tepat sarannya tentang mengirimkan ‘Utsman ibn ‘Affan sebagai utusan khusus kepada kaum Quraisy. []
SUMBER: PUSAT STUDI ISLAM | RUMAYSHO