RIDHO adalah tingkat tertinggi dalam menghadapi ujian. Tingkatannya di atas sabar.
Perbedaannya menurut Ibnu Rajab adalah sesugguhnya sabar adalah menjauhkan, menjaga dan menahan diri dari merasa marah, murka (terhadap takdir –pen) namun masih ada perasaan pahit, sakit (di hati -pen) serta masih berharap sesuatu yang tidak mengenakkan di hati itu hilang.
Sabar juga mencakup menahan anggota badan dari perbuatan yang menunjukkan adanya perasaan keluh kesah.
Sedangkan ridho adalah lapangnya dada atas takdir, tidak berharap hilangnya kepedihan dari takdir Allah tersebut walaupun masih merasakan pahitnya. Namun keridhoannya mampu meringankan perasaan tersebut disebabkan dia telah mampu mengendalikan hatinya dengan ruh keyakinan dan dalamnya ilmunya (terhadap takdir -pen). Jika ridho semakin kuat maka rasa pahit di hati itu akan hilang hilang semuanya”
( Jami’ Al Ulum wal Hikam)
Jadi, ridho itu sabar plus hati yang lapang, sama saja baginya kepedihan yang Allah takdirkan padanya hilang atau tidak. Sementara sabar masih berharap bahwa ujian atau musibah akan berlalu darinya.
3 Tingkat Manusia dalam Menghadapi Cobaan
1. Marah dan tidak terima (Tingkat paling rendah)
2. Bersabar: Menerima dan menahan diri (Tingkat menengah)
3. Bersyukur: Menerima dengan senang hati (ridho terhadap qadha Allah) karena semua dianggap nikmat. (Tingkat tertinggi)
Makna syukur dalam menghadapi musibah adalah Ridho terhadap qadha Allah.
Musibah adalah penghapus dosa secara mutlak. Bahkan walaupun orang yang mendapat musibah tersebut tidak meniatkan mencari pahala dari musibahnya, selama ia bersabar dan tidak marah kepada takdir.
Jika ia meniatkan mencari pahala dari musibahnya maka selain mendapatkan penghapusan dosa, ia juga mendapatkan pahala.
BACA JUGA: Masih Ingin Mengubah Takdir?
Tingkatan yang paling tinggi dalam hal ini adalah ridha. Sebagian orang ketika mendapat musibah ia ridha (senang). la merasakan musibah sebagai nikmat dan ia bersyukur kepada Allah atasnya.
Adapun orang yang tidak bersabar ketika mendapat musibah, dan ia tidak bisa menahan hatinya untuk marah kepada takdir. dan tidak bisa menahan lisannya untuk mengeluh. maka tidak ada pahala baginya. Begitu menurut Syaikh Abdul Aziz Ar Rajihi.
Bentuk ridho terhadap qadha adalah menerima segala sesuatu dengan rasa syukur. Apapun dari Allah baginya adalah hal yang patut disyukuri dan ia ridho terhadapnya. Inilah maqam para wali Allah yang kedudukan keimanannya di atas rata-rata manusia lain.
Saat kepanasan tidak meminta dingin. Ketika dingin tidak minta panas. Saat hujan tidak minta cerah. Ketika cerah tidak minta hujan. Saat sakit tidak minta sehat. Ketika sehat tidak minta sakit. Saat miskin tidak minta kaya. Ketika kaya tidak minta miskin. Saat diberi pasangan tidak minta jadi jomblo. Ketika jomblo tidak memaksa bisa menikah. Saat punya anak tidak minta bebas dari anak. Ketika tak punya anak tidak memaksa bisa punya anak.
BACA JUGA: Adakah Qadha Shalat yang Ditinggalkan?
Namun apakah sikap ridho ini seperti tidak punya harapan? Ikhtiar, atau pun tidak berdoa?
Maka dalam hal ini perlu diketahui bahwa ridho adalah sikap/ amalan/ kondisi hati saat menerima segala ketentuan Allah. Sedangkan berharap, berdoa, dan ikhtiar adalah bentuk ibadah yang memang senantiasa dilakukan setiap saat. Baik sebelum menerima ketentuan Allah ataupun setelahnya. Karena ikhtiar, raja’ dan doa adalah bentuk ibadah.
Wallahu a’lam bi showab. []