SEORANG muslim yang ingin selamat di dunia dan akhirat tidak cukup hanya melakukan ibadah ritual kepada Allah SWT. Kita pun harus berlaku baik dengan manusia. Hubungan antara manusia dan Allah ini disebut hablum minallah.
Hablum minallah membicarakan soal ketakwaan dan ibadah, sebagaimana yang disampaikan dalam surah Az-Zariyat ayat 56. Allah SWT berfirman,
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ ٥٦
Artinya: “Tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku.”
Arti dan Makna Hablum Minallah
Mengutip buku Studi Islam karya Dr. Ifham Choli, seorang muslim mesti memperhatikan dua hal, yakni hubungan dengan Allah SWT dan hubungan kepada sesama manusia.
BACA JUGA: Malaikat Penyelamat Manusia, Adakah?
Hubungan dengan Allah SWT dijelaskan dalam Al-Qur’an surah Ali ‘Imran ayat 112. Allah SWT berfirman,
ضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ الذِّلَّةُ اَيْنَ مَا ثُقِفُوْٓا اِلَّا بِحَبْلٍ مِّنَ اللّٰهِ وَحَبْلٍ مِّنَ النَّاسِ وَبَاۤءُوْ بِغَضَبٍ مِّنَ اللّٰهِ وَضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ الْمَسْكَنَةُ ۗ ذٰلِكَ بِاَنَّهُمْ كَانُوْا يَكْفُرُوْنَ بِاٰيٰتِ اللّٰهِ وَيَقْتُلُوْنَ الْاَنْبِۢيَاۤءَ بِغَيْرِ حَقٍّۗ ذٰلِكَ بِمَا عَصَوْا وَّكَانُوْا يَعْتَدُوْنَ ١١٢
Artinya: “Kehinaan ditimpakan kepada mereka di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka (berpegang) pada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia. Mereka pasti mendapat murka dari Allah dan kesengsaraan ditimpakan kepada mereka. Yang demikian itu karena mereka mengingkari ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi tanpa hak (alasan yang benar). Yang demikian itu karena mereka durhaka dan melampaui batas.”
Arti hablum minallah menurut ayat di atas adalah perjanjian dari Allah SWT, yaitu masuk Islam, atau beriman Islam, dan siap melaksanakan rukun iman dan Islam (orang-orang bertakwa).
Bentuk Hablum Minallah
Dijelaskan dalam buku Berbahagialah karya Didi Junaedi, hablum minallah ditunjukan dengan adanya perintah mendirikan salat bersegera memohon ampun, takut akan azab Allah SWT, beriman kepada Allah SWT dan hal ghaib, dan yakin akan adanya akhirat.
Allah SWT berfirman dalam surah Al-Baqarah ayat 2-5,
ذٰلِكَ الْكِتٰبُ لَا رَيْبَ ۛ فِيْهِ ۛ هُدًى لِّلْمُتَّقِيْنَۙ ٢ الَّذِيْنَ يُؤْمِنُوْنَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيْمُوْنَ الصَّلٰوةَ وَمِمَّا رَزَقْنٰهُمْ يُنْفِقُوْنَ ۙ ٣ وَالَّذِيْنَ يُؤْمِنُوْنَ بِمَآ اُنْزِلَ اِلَيْكَ وَمَآ اُنْزِلَ مِنْ قَبْلِكَ ۚ وَبِالْاٰخِرَةِ هُمْ يُوْقِنُوْنَۗ ٤ اُولٰۤىِٕكَ عَلٰى هُدًى مِّنْ رَّبِّهِمْ ۙ وَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ ٥
Artinya: “Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan di dalamnya; (ia merupakan) petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang beriman pada yang gaib, menegakkan salat, dan menginfakkan sebagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka, dan mereka yang beriman pada (Al-Qur’an) yang diturunkan kepadamu (Nabi Muhammad) dan (kitab-kitab suci) yang telah diturunkan sebelum engkau dan mereka yakin akan adanya akhirat. Merekalah yang mendapat petunjuk dari Tuhannya dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.”
Seorang muslim yang metaati semua aturan tersebut, melaksanakannya dengan sepenuh hati, ikhlas, maka dia mempunyai karakter seorang hablum minallah.
Hablum Minallah Harus Berjalan Seiring Hablum Minannas
Mengutip buku Makna Kematian Menuju Kehidupan Abadi karya KH Muhammad Sholikhin, hubungan dengan Allah SWT baru bisa digapai dengan sempurna, apabila seorang hamba melatih kemampuan interaksi sosial antara sesama manusia dengan baik. Hablum minanas menjadi landasan bagi hablum minallah.
Hablum minannas adalah interaksi sosial antara seseorang dengan orang lain melalui kehidupan bermasyarakat.
Sementara itu, Dr. Ifham Choli dalam buku Studi Islam, menjelaskan bahwa hablum minannas bisa berarti perjanjian dengan kaum mukminin dalam bentuk jaminan keamanan bagi orang kafir dzimmi dengan membayar upeti.
Tujuannya supaya tercipta masyarakat yang rukun dan tentram, saling menolong dalam kebaikan sebagai upaya taat kepada Allah SWT.
BACA JUGA: 3 Golongan Manusia yang Haram Masuk Surga
Perintah hablum minanas untuk tolong menolong sesama manusia melalui surah Al-Maidah ayat 2. Allah SWT berfirman,
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تُحِلُّوْا شَعَاۤىِٕرَ اللّٰهِ وَلَا الشَّهْرَ الْحَرَامَ وَلَا الْهَدْيَ وَلَا الْقَلَاۤىِٕدَ وَلَآ اٰۤمِّيْنَ الْبَيْتَ الْحَرَامَ يَبْتَغُوْنَ فَضْلًا مِّنْ رَّبِّهِمْ وَرِضْوَانًا ۗوَاِذَا حَلَلْتُمْ فَاصْطَادُوْا ۗوَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَاٰنُ قَوْمٍ اَنْ صَدُّوْكُمْ عَنِ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ اَنْ تَعْتَدُوْۘا وَتَعَاوَنُوْا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوٰىۖ وَلَا تَعَاوَنُوْا عَلَى الْاِثْمِ وَالْعُدْوَانِ ۖوَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ شَدِيْدُ الْعِقَابِ ٢
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syiar-syiar (kesucian) Allah, jangan (melanggar kehormatan) bulan-bulan haram, jangan (mengganggu) hadyu (hewan-hewan kurban) dan qalā’id (hewan-hewan kurban yang diberi tanda), dan jangan (pula mengganggu) para pengunjung Baitul Haram sedangkan mereka mencari karunia dan rida Tuhannya! Apabila kamu telah bertahalul (menyelesaikan ihram), berburulah (jika mau). Janganlah sekali-kali kebencian(-mu) kepada suatu kaum, karena mereka menghalang-halangimu dari Masjidil Haram, mendorongmu berbuat melampaui batas (kepada mereka). Tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan. Bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah sangat berat siksaan-Nya.” []
SUMBER: DETIK