IMAN dan takwa merupakan dua pilar utama dalam kehidupan spiritual seorang hamba. Iman adalah keyakinan mendalam dalam hati mengenai kebenaran ajaran Allah dan rasul-Nya, yang tercermin dalam sikap dan perilaku sehari-hari.
Sementara itu, takwa adalah kesadaran dan kepatuhan terhadap perintah Allah serta ketundukan untuk menjauhi larangan-Nya.
Dalam praktik amalan hamba, iman dan takwa berfungsi sebagai pedoman untuk mencapai kehidupan yang seimbang dan penuh berkah.
Iman yang kuat mendorong hamba untuk melaksanakan ibadah dengan penuh keikhlasan, sementara takwa memotivasi mereka untuk terus-menerus meningkatkan diri dan menjauhi segala bentuk kemaksiatan.
Keduanya saling melengkapi dan membentuk karakter seorang hamba yang bertakwa.
BACA JUGA: Kenapa Ada Doa Khusus untuk Mekah dan Madinah?
Iman dan Takwa Dalam Praktik Amalan Hamba
Kadangkala, kita hanya fokus dengan mengerjakan perintah Allah, kemudian merasa sudah istikamah dalam melaksanakannya.
Sementara kita lupa bahwa ada aspek lain yang juga kita diperintahkan untuk istikamah, yaitu meninggalkan segala larangan yang telah Allah SWTtetapkan. Itulah dua definisi takwa yang sering terabaikan.
عَنْ سُفْيَانَ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ الثَّقَفِيِّ قَالَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ قُلْ لِي فِي الْإِسْلَامِ قَوْلًا لَا أَسْأَلُ عَنْهُ أَحَدًا بَعْدَكَ قَالَ قُلْ آمَنْتُ بِاللَّهِ فَاسْتَقِمْ
“Dari Sufyan bin Abdullah Ats-Tsaqafi, ia berkata, “Aku berkata, ‘Wahai Rasûlullâh, katakanlah kepadaku di dalam Islam satu perkataan yang aku tidak akan bertanya kepada seorang pun setelah Anda!’ Beliau menjawab, ‘Katakanlah, ‘Aku beriman.’, lalu istikamahlah!’” (HR. Muslim no. 38; Ahmad 3: 413; Tirmidzi no. 2410; Ibnu Majah no. 3972)
Hadis di atas memberikan pelajaran kepada kita tentang keistikamahan yang didahului dengan ikrar keimanan.
Iman merupakan amalan hati di mana pembuktiannya tidak terlihat karena yang mengetahui isi hati seseorang hanyalah Allah SWT.
Kaitannya dengan definisi takwa di atas adalah bahwa pembeda antara ketaatan dan kemaksiatan adalah keimanan.
Ibnu Taimiyah rahimahullah dalam kitab Jami’ Al-Masail berkata,
الصحابة وجمهور السلف على أن الإيمان يزيد وينقص
“Para sahabat dan jumhur salaf berada di atas pendapat bahwa iman itu dapat bertambah dan berkurang.”
Dengan kata lain, keistikamahan itu sangat tergantung pada kualitas iman yang kadang bertambah dan berkurang.
Maka, apabila kita menginginkan keistikamahan dalam ketaatan, hendaklah kita perhatikan kondisi keimanan kita, lalu memohon kepada Allah SWTagar diberikan karunia iman yang kokoh.
Allah SWT berfirman,
هُوَ ٱلَّذِىٓ أَنزَلَ ٱلسَّكِينَةَ فِى قُلُوبِ ٱلْمُؤْمِنِينَ لِيَزْدَادُوٓا۟ إِيمَٰنًا مَّعَ إِيمَٰنِهِمْ
“Dialah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada).” (QS. Al-Fath: 4)
Dua Anugerah Agung dari Iman dan Takwa
Saudaraku, kesadaran bahwa kita sangat membutuhkan iman yang kokoh dan keistikamahan takwa adalah anugerah yang agung dari Allah SWT, syukurilah hal tersebut.
Karena betapa banyak orang yang terus-menerus dalam kemaksiatan tanpa mengetahui kesalahan yang sedang ia lakukan. Parahnya, ia menikmati kemaksiatan tersebut tanpa menyadari bahwa Allah SWTsedang memberikan ujian kepadanya hingga bertumpuklah dosanya.
Nabi shallallahu ‘alahi wasallam memberikan istilah bagi orang tersebut dengan sebutan “istidraj”. Wal-‘iyadzu billah
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
إِذَا رَأَيْتَ اللهَ تَعَالَى يُعْطِي الْعَبْدَ مِنَ الدُّنْيَا مَا يُحِبُّ وَهُوَ مُقِيمٌ عَلَى مَعَاصِيْهِ فَإِنَّمَا ذَلِكَ مِنهُ اسْتِدْرَاجٌ
“Bila kamu melihat Allah memberi pada hamba dari (perkara) dunia yang diinginkannya, padahal dia terus berada dalam kemaksiatan kepada-Nya, maka (ketahuilah) bahwa hal itu adalah istidraj (jebakan berupa nikmat yang disegerakan) dari Allah.” (HR. Ahmad)
Dari ‘Uqbah bin ‘Amir radhiyallahu ‘anhu, Syekh Syu’aib Al-Arnauth mengatakan bahwa hadis ini hasan dilihat dari jalur lain)
Allah SWTberfirman,
فَلَمَّا نَسُوا مَا ذُكِّرُوا بِهِ فَتَحْنَا عَلَيْهِمْ أَبْوَابَ كُلِّ شَيْءٍ حَتَّى إِذَا فَرِحُوا بِمَا أُوتُوا أَخَذْنَاهُمْ بَغْتَةً فَإِذَا هُمْ مُبْلِسُونَ
“Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami pun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa.” (QS. Al-An’am: 44)
Saudaraku, tidak ada yang menginginkan menjadi hamba yang terkena ujian istidraj.
Tetapi kenyataannya, banyak manusia yang terjerumus dalam ujian tersebut dan sulit untuk bangkit dari jurang kemaksiatan. Wal-‘iyadzu billah.
Oleh karenanya, iman dan takwa merupakan dua anugerah agung yang sangat berarti bagi kehidupan duniawi dan ukhrawi kita.
Pikirkanlah dua hal ini setiap saat, dan lakukanlah hal-hal untuk memperoleh iman yang kokoh dan keistikamahan takwa, serta jagalah dua anugerah agung ini dengan sebaik-baiknya sebagaimana Rasulullah shallalllahu ‘alaihi wasallam ajarkan dalam sunahnya.
Upaya Mendapatkan Iman da Takwa
Maka dari itu, sekali lagi. Mohonlah anugerah keimanan yang kokoh dan keistikamahan takwa kepada Allah SWT. Selain itu, dengan ikhlas dan mutaba’ah, lakukanlah sebab-sebab mendapatkan dua hal tersebut. Jadilah hamba Allah yang dicintai oleh-Nya.
Ber-taqarrub dengan Allah SWT dengan melakukan amalan-amalan sunah sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam merupakan bagian dari upaya mendapatkan dua anugerah agung tersebut.
Dalam hadis qudsi, Allah SWT berfirman,
وَمَا يَزَالُ عَبْدِي يَتَقَرَّبُ إِلَيَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ، فَإِذَا أَحْبَبْتُهُ: كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِي يَسْمَعُ بِهِ، وَبَصَرَهُ الَّذِي يُبْصِرُ بِهِ، وَيَدَهُ الَّتِي يَبْطِشُ بِهَا، وَرِجْلَهُ الَّتِي يَمْشِي بِهَا، وَإِنْ سَأَلَنِي لَأُعْطِيَنَّهُ، وَلَئِنِ اسْتَعَاذَنِي لَأُعِيذَنَّهُ
“Dan hamba-Ku terus-menerus mendekatkan diri kepada-Ku dengan amal-amal sunah, sampai Aku mencintainya. Jika Aku sudah mencintainya, Aku menjadi pendengaran yang dia gunakan untuk mendengar, menjadi penglihatan yang dia gunakan untuk melihat, menjadi tangan yang dia gunakan untuk memegang, dan menjadi kaki yang dia gunakan untuk berjalan. Jika dia meminta kepada-Ku, sungguh akan Aku beri. Jika dia meminta perlindungan kepada-Ku, sungguh akan Aku lindungi.“ (HR. Bukhari no. 6502 dari Abu Hurairah)
BACA JUGA: Iman dan Takwa, Kunci Semua Keadaan
Saudaraku, Allah SWT tidak akan memberikan cobaan di luar kemampuan hamba-Nya.
Maka yakinlah serumit apapun kehidupan yang engkau jalani saat ini di mana hal itu menjadi alasanmu untuk mempertahankan jarakmu dengan Rabbmu, sungguh jalan menuju kecintaan dan keridaan Allah SWT itu terbuka lebar.
Kesimpulan: Iman dan Takwa untuk Hidup yang Lebih bermakna
Iman dan takwa adalah dua konsep fundamental yang membentuk dasar praktik amalan seorang hamba.
Iman mengarahkan keyakinan dan pengabdian, sementara takwa mengarahkan tindakan dan kepatuhan.
Keduanya harus berjalan beriringan untuk mencapai kehidupan yang diridhai Allah.
Dengan mempraktikkan iman dan takwa, seorang hamba dapat menjalani hidup yang lebih bermakna, penuh dengan ketaatan, dan mendekatkan diri kepada Allah.[]
REEDAKTUR: NISSA RAHMATILLAH | SUMBER: MUSLIM.OR.ID