ADA sebagian manusia yang sinis dengan hamba-hamba Allah ﷻ yang menekuni dan mendalami bacaan Al Quran saja. Saya katakan ‘saja’ dalam arti tanpa memahami arti, tafsir, makna, dan lainnya.
Muncul dibenak mereka pertanyaan-pernyataan dan ungkapan-ungkapan konyol dan kekanak-kanakan. Di antaranya:
Buat apa belajar ngaji kalau tak tahu maknanya?
Al Quran itu diturunkan tujuan utamanya untuk di diamalkan isinya bukan untuk dibaca saja.
BACA JUGA: 2 Bentuk Lafazh Syurokaa dalam Al Quran
Buat apa belajar ilmu Qiroat, sepi peminat, karena hanya sebatas bacaan saja. Tidak terasa aktualisasinya dalam kehidupan sehari-hari.
(Kadang mencela karena saking awamnya) “Ini ngaji model apa, wad duhee sajee, salah itu, salatnya gak sah”
Saya katakan, hendaklah menjaga lisannya dan bertanya kepada ahlinya. Supaya tidak hanya komentar ngawur, mencela dan merendahkan orang lain, terutama Ahlul Qur’an.
Hendaknya ia takut murka Allah ﷻ. Diam itu emas, adalah ungkapan yang cocok baginya.
Mungkin, mereka perlu menghayati hadits ini,
اقرؤوا القرءان، فإنه يأتى يوم القيامة شفيعا ﻷصحابه
Artinya: “Bacaan Al Quran, karena ia akan menjadi penolong bagi pembaca-pembacanya”. HR. Muslim
Mungkin muncul pertanyaan: “Loh, kata ‘ashab’ disini kan artinya yang ahli Qur’an baik bacaannya, tafsirnya, punya sanad, penerapannya, dll secara lengkap? “.
Pendapat yang tepat adalah bahwa arti ashab adalah pembacanya saja. Alasannya karena dalam hadis disebutkan perintah membaca, secara otomatis sebuah balasan amalan biasanya disertakan setelah ucapan perintah tersebut, supaya seseorang dapat termotivasi untuk bersegera melakukan perintah.
Kesimpulannya: Untuk mendapatkan syafaat Al Quran hari kiamat kelak cukup dengan membacanya saja secara rutin dan istiqamah. Tidak perlu sampai memahami tafsirnya, maknanya, gramatikalnya, dll. Karena masing-masing orang memiliki kemampuan dan waktu yang berbeda-beda dalam mempelajari Al Quran.
Nah, kalau membaca Al Quran saja balasannya syafaat, apalagi mendalaminya secara menyeluruh dalam setiap disiplin ilmunya.
Bukan hanya syafaat aja yang didapat, ampunan, rahmat, kasih-sayang, kebahagiaan dunia & akhirat, semuanya diberikan Allah ﷻ pada hamba tersebut. Kurang lebih, demikian pemahamannya.
Semoga dengan kupasan sederhana ini tidak ada lagi yang sinis dan memandang ‘sebelah mata’ kepada orang-orang yang tulus ikhlas mewaqafkan hidupnya untuk mempelajari BACAAN Al Quran saja. Baik itu tajwidnya atau belajar ilmu Qira’at.
BACA JUGA: Ibnul Jazari, Bapak Imu Tajwid
Biasanya orang yang dikarunia Allah ﷻ giat dan rutin membaca, niscaya hatinya akan tergerak untuk mengetahui dan mempelajari apa yang dibaca.
Belajar membaca Al- Qur’an adalah sebuah kunci yang digunakan membuka pintu gudang besar Al Quran yang didalamnya terdapat harta-karun di dalamnya. Tidak mungkin kita masuk gudang tanpa melalui pintu tersebut sebelum membukanya.
Bila ada kurang-salahnya mohon koreksi dan penyempurnaan. []
Oleh: Ustadz Mochamad Ihsan Ufiq | Marqaz Qiroat Indonesia