APA yang harus kita katakan jika ada yang bertanya “apa kabar?”
Senyum , sapa, salam merupakan sikap yang mencerminkan sopan santun dan keramah-tamahan bangsa kita, Indonesia. Hal ini sejalan dengan ajaran agama Islam yang menuntun untuk selalu berbuat baik dan menebarkan kebaikan melalui ucapan, “Assalamu’alaiakum”. Namun, kadang kala sapa dan salam hanya dilakukan sebagai basa-basi saja. Padahal, orang-orang shaleh sebelum kita tidak mencontohkan demikian.
Sapa dan salam seyogyanya berasal dari lubuk hati yang paling dalam sebagai cerminan keimanan dan bentuk kasih sayang terhadap sesama. Sebagaimana dilansir dari laman ngelmu.com, berikut ini ucapan sapa dan salam yang dicontohkan oleh orang-orang shaleh yang dapat kita teladani:
Ketika Jabir bin Muhammad bertanya: “Apa kabar pagi ini, ya Rasulullah?”
BACA JUGA: Umar bin Abdul Aziz Menikmati Jawaban Allah
Rasul menjawab, “Baik, dari semua yang tidak puasa dan tidak menjenguk orang sakit.”
Ketika Abu Bakar ditanya: “Apa kabarmu pagi ini?”
Beliau menjawab, “Pagi ini aku hamba yang rendah di hadapan Rabb yang agung, rendah dalam menjalankan perintah-Nya.”
Sedangkan jawaban Ali bin Abi Thalib atas pertanyaan serupa adalah, “Pagi ini aku lemah dan berdosa, memakan rizkiku dan menanti ajalku.”
Sementara Aisyah menjawab, “Sholehah, Alhamdulillah.”
Jawaban Hudzaifah ketika Umar bin Khattab menanyakan kabarnya adalah. “Pagi ini aku mencintai fitnah dan membenci kebenaran.”
Jawaban ini membuat Umar penasaran.
BACA JUGA: Benarkah Setan Bisa Mencuri Kabar Ghaib dari Langit?
Dan Hudzaifah menjelaskannya, “Aku mencintai anakku dan membenci kematian.”
Jawaban menarik juga diutarakan Salman Al Farizi ketika ditanya perihal kabarnya oleh Ali bin Abi Thalib. Salman menjawab, “Pagi ini aku dalam empat kegundahan. Kegundahan keluarga yang menuntut roti dan syahwat, Sang Pencipta yang menuntut ketaatan, syaitan yang memerintahkan maksiat dan malaikat maut yang meminta ruh.”
Begitulah jawaban-jawaban luar biasa dari salam dan sapa yang dalam percakapan orang-orang shalih teladan kita, yaitu Rasulullah dan para sahabat. Sapaan mereka bukan sekedar basa basi, melainkan kepedulian dari hati.
Dan, jawaban yang dilontarkannya pun bukan jawaban kosong tiada arti, melainkan kejujuran dan ketulusan dari dalam lubuk hati. Sehingga sapaan sederhana pun mengandung nilai mulia dan sarat makna dan hikmah. []