ADA tiga pertanyaan mendasar yang tak pernah lekang dari perenungan manusia, disebut sebagai Uqdatul Qubra. Pertanyaan itu tampak sederhana, namun jawabannya begitu mendalam: Dari mana kita berasal? Untuk apa kita hidup? Dan ke mana kita akan pergi setelah hidup ini berakhir? Kita semua perlu peta hidup.
Jika kita mencoba menjawabnya tanpa pedoman yang jelas, hasilnya bisa saja simpang siur. Bayangkan jika seseorang membuat replika pesawat kertas, lalu bertanya kepada orang-orang, “Menurutmu, mengapa aku membuat ini?” Jawaban yang muncul pasti beragam: “Mungkin untuk iseng,” atau, “Supaya terlihat keren,” atau bahkan, “Latihan melipat kertas.” Semua hanya dugaan. Tidak ada jawaban yang benar-benar pasti kecuali berasal dari pembuatnya sendiri.
Begitu pula dengan kehidupan kita. Jika manusia hanya mengandalkan perasaan dan asumsi untuk menjawab tujuan hidupnya, ia akan tersesat dalam tebak-tebakan yang tak pernah usai. Jawaban sejati hanya bisa kita peroleh dengan bertanya kepada Pencipta kehidupan, Allah Swt.
Dalam pandangan Islam, kehidupan kita ini bukanlah sekadar keberadaan tanpa arti. Allah menciptakan manusia dengan tujuan yang jelas, dan hanya dengan memahami tujuan tersebut, hidup kita dapat dijalani dengan arah yang lurus. Firman-Nya dalam Al-Qur’an, surah Adz-Dzariyat ayat 56:
وَمَا خَلَقْتُ ٱلْجِنَّ وَٱلْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.”
Ibadah kepada Allah, sebagaimana dijelaskan dalam At-Taghyir karya Syaikh Mahmud Abdul Karim Hasan, bukan hanya sekadar ritual seperti shalat atau puasa, tetapi mencakup seluruh aspek kehidupan. Baik dalam ibadah, akhlak maupun muamalah
Dengan memahami bahwa hidup kita ini semata-mata untuk mengabdi kepada Allah, kita mendapatkan peta yang jelas dalam menjalani kehidupan. Tanpa ini, kita hanya akan berputar-putar tanpa arah, mengejar kebahagiaan semu yang tak pernah benar-benar memuaskan.
Coba bayangkan jika manusia dibiarkan mencari jawaban tentang tujuan hidupnya sendiri. Sebagian mungkin mengatakan hidup ini untuk mencari kebahagiaan, uang, seperti air mengalir saja, dan seterusnya.
Banyak orang yang merasa hampa setelah meraih semua impian duniawinya. Hal ini terjadi karena mereka tidak memahami tujuan penciptaan mereka. Sebaliknya, mereka yang hidup dengan mengikuti panduan Allah Swt selalu memiliki arah dan makna dalam setiap langkah mereka.
Mengikuti “Instruksi Manual” Kehidupan
Kehidupan ini, layaknya sebuah perjalanan, membutuhkan petunjuk agar kita tidak tersesat. Seperti GPS yang menunjukkan jalan terbaik kepada penggunanya, Allah telah memberikan kita panduan melalui Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah Saw. Dengan mengikuti petunjuk ini, kita akan sampai pada tujuan akhir yang sejati: ridha Allah dan surga-Nya.
Allah telah menetapkan bahwa hidup ini adalah untuk beribadah kepada-Nya. Ibadah di sini berarti melibatkan Allah dalam seluruh aspek kehidupan kita. Segala sesuatu, dari pekerjaan, belajar, hingga pergaulan, dapat menjadi ibadah jika dilakukan sesuai dengan rambu-rambu syariat-Nya.
Bayangkan hidup ini seperti sebuah permainan. Setiap permainan memiliki misi dan aturan yang dibuat oleh pengembangnya. Kita tidak bisa bermain sembarangan tanpa membaca instruksinya. Begitu pula kehidupan ini. Allah, Sang Pencipta, telah memberikan “instruksi manual” agar kita memahami misi utama hidup kita.
BACA JUGA: 6 Bukti Kenabian Muhammad ﷺ
Khatimah
Hidup bukanlah sekadar keberadaan tanpa arah. Kita diciptakan untuk sebuah tujuan mulia: beribadah kepada Allah, Sang Pencipta. Dengan memahami tujuan ini, hidup kita menjadi lebih bermakna dan terarah. Kita tak lagi mengejar hal-hal yang kosong, melainkan menjadikan seluruh aktivitas kita sebagai wujud pengabdian kepada-Nya.
Dengan begitu, kita tidak hanya hidup, “sing penting Urip” dalam bahasa Jawa. Tetapi juga benar-benar memahami mengapa kita hidup dan ke mana kita akan pergi. Ridha Allah dan surga-Nya menanti mereka yang menjalani hidup dengan panduan dari-Nya. Semoga Allah selalu membimbing kita untuk selalu berada di jalan-Nya. Aamiin. []