PALESTINA—Pedagang di Yerusalem dikabarkan telah mengalami banyak kerugian akibat blokade Israel. Pedagang yang biasa meraup banyak keuntungan di bulan suci Ramadhan, kini harus bersabar dengan kurangnya penghasilan dan tindakan keras Israel yang terus mengganggu kehidupan warga sipil, tak terkecuali bagi pedagang.
Menurut pengakuan salah seorang pedagang kepada PIC pada Kamis (1/6/2017) , para pedagang di Yerusalem merasa tertekan atas kerugian besar yang ditimbulkan akibat denda yang tinggi. Selain itu otoritas pendudukan Israel juga kerap memaksa untuk menutup toko mereka secara sewenang-wenang dengan dalih keamanan.
“Dulu kami tinggal damai sampai Israel mendirikan pagar apartheidnya pada tahun 2000. Saudara-saudara kami di Tepi Barat yang diduduki tidak dapat lagi mencapai pasar Yerusalem,” ungkap Ahmed Dendis, pemilik sebuah toko di dekat pintu masuk utama Bab al -Ahoud.
Aturan pembatasan yang ketat juga mempersulit akses warga wilayah Palestina tahun 1948 yang menduduki Palestina (Green Line) ke pasar Yerusalem.
Menurut statistik terbaru, 75 persen warga Palestina yang tinggal di Yerusalem yang diduduki Israel hidup di bawah garis kemiskinan. Pengangguran juga telah terjadi terhadap 30 persen pemuda Palestina di kota tersebut.
Sesaat sebelum kemunculan bulan suci Ramadhan, otoritas pendudukan Israel membatasi akses kaum Muslim ke masjid suci Al-Aqsha di Yerusalem. []