DALAM kitab Nidzam Al-Islam dijelaskan bahwa kebangkitan (An-Nahdhah) adalah meningkatnya taraf berfikir (Al-Irtifa’u Al-Fikri), bukan dengan sebatas meningkatnya ekonomi (Al-Irtifa’u Al-Iqtishodi atau meningkatnya moral (Al-Irtifa’u Al-Akhlaqi).
Sebagai contoh, Kuwait secara ekonomi lebih maju dibandingkan beberapa negara Eropa seperti Swedia dan Belanda. Namun, Swedia, Belanda, dan Belgia dianggap sebagai negara yang bangkit, sedangkan Kuwait tidak dianggap demikian.
Demikian pula, peningkatan dalam moralitas bukanlah kebangkitan. Kota Madinah dalam beberapa dekade terakhir, misalnya, merupakan salah satu wilayah dengan tingkat moralitas tertinggi di dunia, tetapi tidak dianggap sebagai wilayah yang bangkit. Justru Saudi saat ini dalam bidang politik saat ini dipandang masih dalam kendali Amerika. Sementara Prancis dengan termasuk tingkat moral yang paling rendah di dunia tetap dianggap bangkit
Jenis Kebangkitan
Kebangkitan sendiri ada 2 macam; kebangkitan yang benar dan kebangkitan yang salah. Standar kebenaran suatu kebangkitan adalah dasar yang menjadi landasan (Al-Asas) kebangkitan tersebut. Kebangkitan yang benar jika berlandaskan akidah Islam, pijakan yang salah jika tidak berlandaskan akidah Islam, seperti sekulerisme di Barat, atau materialisme di Uni Soviet.
Umat Islam bangkit ketika menerapkan ideologi Islam yang berlandaskan akidah Islam dimulai pada masa Rasulullah Saw di Madinah. Sedangkan dunia Barat bangkit dengan kebangkitan semu ketika menerapkan sekulerisme-kapitalisme, dan Uni Soviet bangkit dengan menerapkan materialisme-sosialisme.
Meningkatnya pemikiran yang melahirkan kebangkitan adalah pemikiran yang berkaitan dengan pandangan hidup dan segala hal yang berkaitan dengannya. Sebab, peningkatan pemikiran yang keluar dari pemikiran aspek hewani (an-nahiyah al-hayawaniyah).
Sebagai contoh, pemikiran aspek hewani itu salah satu yang terpenting dalam hidupnya adalah yang penting makan. Hidupnya hanya diisi makan, tidur, cari makan lagi, tidur lagi, lau mati. Sudah begitu saja.
Maka, kata Syaikh Taqiyuddin An-Nabhani menjelaskan ada beberapa tingkatan berpikir; pemikiran tentang bagaimana mendapatkan makanan adalah pemikiran, tetapi ia bersifat naluriah dan rendah. Pemikiran tentang bagaimana mengatur cara mendapatkan makanan lebih tinggi dari itu. Sedangkan pemikiran tentang bagaimana mengatur urusan manusia termasuk terpenuhinya kebutuhan manusia seperti makan, dan menempatkan sebagai sekumpulan manusia, bukan sebagai individu, adalah pemikiran yang paling tinggi. Artinya bagaimana memikirkan terpenuhinya kebutuhan pokok masyarakat dengan diterapkannya Islam adalah tingkatan berfikir tertinggi.
BACA JUGA:Â Saat Xavi Bicara soal 4 Pemain Muslim di Barcelona
Gambaran Kebangkitan Barat
Menarik apabila mencermati petikan wawancara Najwa Syihad dengan pelatih Anyar Patrick Kluivert, setelah mantan juru gedor tim Oranye ini ditunjuk sebagai pelatih kepala timnas Indonesia. Berikut petikan wawancaranya:
Najwa Shihab: “Saya ingin mengklarifikasi terkait berita sebelumnya mengenai dugaan keterlibatan Anda dalam judi sepak bola pada 2011-2012. Selain itu, belakangan ini Anda juga menjadi Brand Ambassador untuk situs judi online”
“Beberapa penggemar sepak bola Indonesia sedang memperbincangkan isu ini. Apakah Anda ingin memberikan penjelasan?”
Patrick Kluivert: “Saya di sini untuk fokus pada sepak bola, tidak terlalu memperhatikan hal-hal seperti ini.”
Najwa Shihab: “Saya pikir Ini penting untuk dibahas mengingat sejarah buruk sepak bola Indonesia terkait match-fixing dan perjuangan yang masih berlangsung melawan judi online”
Patrick Kluivert: “Saya setuju dengan anda. Tidak ada jawaban yang perlu diberikan untuk pertanyaan seperti ini.”
“Tidak ada yang perlu diklarifikasi.” (YouTube Najwa Syihab, 13/01/25).
Jawaban Patrick ini sejatinya wajar sebab dalam pandangan sekulerisme Barat hal ini tidak bisa dipersoalkan sebab di banyak negara Eropa aktivitas judi itu legal. Inilah contoh ketika asas dari sebuah pemikiran yang dibangun dari sekulerisme.
Manusia bangkit dengan pemikiran yang dimilikinya tentang kehidupan, alam semesta, dan manusia, serta hubungan semua itu dengan apa yang ada sebelum kehidupan dunia dan sesudahnya. Maka, perubahan mendasar dan menyeluruh terhadap pemikiran manusia saat ini menjadi keharusan, serta mengganti pemikiran mereka dengan pemikiran lain agar mereka bangkit.
BACA JUGA:Â Â Kutukan Muntari terhadap Juventus di 2012, Adakah dan Bolehkah dalam Islam?
Sebab, pemikiranlah yang menciptakan pemahaman-pemahaman tentang berbagai hal, menguatkan pemahaman-pemahaman tersebut, dan manusia menyesuaikan perilakunya dalam kehidupan berdasarkan pemahamannya tentang kehidupan.
Karena itu ketika kita mau bangkit, maka harus berlandaskan akidah Islam dan menerapkan pancaran sistem kehidupannya secara menyeluruh dalam setiap aspek kehidupan. Itulah kebangkitan hakiki yang dicontohkan Nabi. Wallahu A’lam. []