DALAM kehidupan pernikahan, hubungan intim atau jima merupakan salah satu aspek penting yang tidak hanya memperkuat ikatan emosional, tetapi juga berdampak pada kesehatan fisik dan mental. Namun, ketika hubungan suami istri jarang melakukan jima, beberapa gangguan kesehatan bisa muncul. Berikut adalah delapan gangguan kesehatan yang dapat dialami oleh pasangan suami istri yang jarang berjima.
1. Stres dan Kecemasan Meningkat
Jima membantu mengurangi stres dengan melepaskan hormon endorfin dan oksitosin yang memberikan efek relaksasi dan kebahagiaan. Ketika frekuensi jima berkurang, kadar hormon stres seperti kortisol dapat meningkat, menyebabkan perasaan cemas dan tegang.
BACA JUGA: Jika Istri Tidak Digauli (Tidak Diajak Jima) oleh Suaminya Selama Satu Tahun Setengah
2. Menurunnya Sistem Kekebalan Tubuh
Penelitian menunjukkan bahwa pasangan yang rutin berjima memiliki sistem imun yang lebih kuat. Ketika jarang berhubungan intim, tubuh kurang memproduksi antibodi yang berfungsi melawan penyakit, sehingga lebih rentan terhadap infeksi dan flu.
3. Gangguan Tidur
Jima membantu tubuh melepaskan hormon prolaktin yang berperan dalam meningkatkan rasa rileks dan kantuk. Jika frekuensi jima menurun, seseorang mungkin mengalami kesulitan tidur atau insomnia.
4. Meningkatnya Risiko Penyakit Kardiovaskular
Aktivitas jima memiliki manfaat yang serupa dengan olahraga ringan, seperti membantu meningkatkan sirkulasi darah dan menurunkan tekanan darah. Kurangnya aktivitas ini dapat meningkatkan risiko penyakit jantung dan tekanan darah tinggi.
5. Penurunan Kesehatan Mental
Jima secara alami meningkatkan produksi hormon bahagia seperti dopamin dan serotonin. Jika pasangan suami istri jarang berjima, risiko depresi dan suasana hati yang buruk bisa meningkat.
6. Disfungsi Seksual
Pada pria, jarang berjima dapat meningkatkan risiko disfungsi ereksi akibat menurunnya aliran darah ke organ reproduksi. Sedangkan pada wanita, kurangnya stimulasi seksual dapat menyebabkan berkurangnya pelumasan alami dan menurunkan gairah seksual.
7. Nyeri Otot dan Sendi
Jima dapat membantu meredakan nyeri karena tubuh melepaskan hormon endorfin yang berperan sebagai analgesik alami. Jika frekuensinya berkurang, seseorang mungkin lebih sering mengalami nyeri otot dan sendi.
BACA JUGA: 5 Adab Hubungan Suami-Istri atau Jima dalam Islam
8. Meningkatnya Risiko Penyakit Prostat pada Pria
Beberapa studi menunjukkan bahwa pria yang jarang ejakulasi berisiko lebih tinggi terkena penyakit prostat, termasuk kanker prostat. Aktivitas ejakulasi yang cukup membantu membersihkan racun dan mengurangi risiko inflamasi pada kelenjar prostat.
Frekuensi jima yang seimbang memiliki banyak manfaat bagi kesehatan fisik dan mental pasangan suami istri. Jika aktivitas ini jarang dilakukan, berbagai gangguan kesehatan bisa muncul. Oleh karena itu, menjaga hubungan yang harmonis dan komunikasi yang baik antar pasangan sangat penting untuk kesejahteraan bersama. Jika terdapat kendala dalam hubungan intim, konsultasi dengan ahli atau terapis seksual dapat membantu menemukan solusinya. []