IMAM Ibnu Qayyim al-Jauziyyah menceritakan kisah semut dari seorang kawannya yang tepercaya sebuah kejadian yang penuh ibrah. Dia berkata:
“Aku pernah melihat seekor semut datang menuju bangkai belalang, ia ingin mencoba menariknya tetapi tidak kuat mengerjakannya sendiri. Lalu ia pergi tak jauh dari situ, kemudian datang dengan beberapa rombongan semut. Aku angkat belalang tersebut dari bumi (tanah). Tatkala si semut datang ke tempat ditemukannya belalang, ia dan rombongan semut lainnya berputar-putar mencari belalang. Tatkala tidak mendapatinya maka mereka kembali ke sarangnya masing-masing.
Setelah itu aku taruh kembali bangkai belalangnya. Semut itu datang lagi dan mendapatinya lalu berusaha untuk menariknya tetapi tak kuat, maka ia pergi tak jauh untuk memanggil teman-temannya sehingga mereka berdatangan tetapi aku angkat lagi belalangnya. Tatkala mereka berputar-putar tidak mendapatinya maka mereka pulang lagi.
Aku pun kembali menaruh belalang lagi dan ternyata semut itu kembali lagi dan memanggil teman-temannya lalu aku angkat lagi. Tatkala mereka sudah berputar-putar di sekitar area tetapi tak mendapatinya, maka mereka pun membuat suatu lingkaran dan menjadikan semut itu di tengah-tengah mereka kemudian mereka mengeroyoknya dan memotongnya anggota tubuhnya satu per satu.” (Miftah Dar Sa’adah 21150-151 oleh Ibnul Qayyim)
Di antara faedah kisah ini, kekompakan hewan dan gotong-royongnya mereka dalam meringankan beban. Faedah lainnya, bahwa binatang pun membenci dan mengutuk para pembohong. Perhatikanlah tatkala para semut tadi sudah merasa dibohongi sebanyak tiga kali, maka mereka menghukum pembohong tersebut dan mengeroyoknya beramai-ramai.
Sumber: Majalah al Furqon, Edisi 3, Tahun Keduabelas, Syawwal 1433, Penulis: Ustadz Abu Ubaidah Yusuf as Sidawi via: kisahislam.net