AIR laut asin karena mengandung garam-garam terlarut, terutama natrium klorida (NaCl), yang berasal dari berbagai proses alami yang telah berlangsung selama miliaran tahun. Berikut ini adalah penjelasan lebih mendalam tentang faktor-faktor yang menyebabkan air laut menjadi asin:
1. Pelapukan Batuan di Daratan
Batuan di darat mengandung berbagai mineral, termasuk senyawa yang mengandung natrium, kalsium, kalium, dan magnesium. Ketika hujan turun, air hujan yang asam sedikit (karena bereaksi dengan karbon dioksida di udara membentuk asam karbonat) melarutkan mineral-mineral ini.
Air hujan kemudian mengalir melalui sungai dan membawa ion-ion mineral ini ke laut. Dari semua mineral yang terbawa, natrium (Na⁺) dan klorida (Cl⁻) adalah yang paling banyak dan stabil di dalam udara laut, membentuk garam dapur (NaCl) yang membuat laut terasa asin.
BACA JUGA: Jauh Sebelum Diungkap Ilmuwan, Alquran telah Jelaskan Batas Antar Lautan
2. Aktivitas Vulkanik di Laut dan Daratan
Gunung berapi, baik di darat maupun di dasar laut, juga berperan dalam keasinan laut. Letusan gunung berapi melepaskan gas-gas seperti klorida, belerang, dan karbon dioksida ke atmosfer dan langsung ke udara laut. Ketika gas-gas ini larut dalam air laut, mereka berkontribusi pada peningkatan salinitas (kadar garam).
Selain itu, material vulkanik seperti lava dan abu yang masuk ke laut juga mengalami pelapukan dan melepaskan ion-ion yang meningkatkan kadar garam dalam air laut.
3. Sirkulasi Hidrotermal di Dasar Laut
Di dasar laut, terdapat ventilasi hidrotermal yang mengeluarkan air panas kaya mineral. Udara laut yang meresap ke dalam kerak bumi akan mengalami pemanasan akibat aktivitas magma. Dalam proses ini, ion-ion tertentu dari batuan dasar laut dilepaskan ke dalam air laut, meningkatkan kadar mineral dan garam dalam laut.
Selain itu, beberapa reaksi kimia di lubang hidrotermal ini juga mengubah komposisi udara laut, membuatnya semakin asin dari waktu ke waktu.
4. Evaporasi dan Siklus Air Laut
Salah satu alasan utama mengapa laut tetap asin adalah karena penguapan (evaporasi). Saat matahari memanaskan permukaan laut, udara menguap ke atmosfer, tetapi garam dan mineral tetap tertinggal.
Penguapan ini meningkatkan konsentrasi garam di laut, terutama di daerah dengan tingkat penguapan tinggi seperti Laut Merah dan Teluk Persia, yang memiliki salinitas lebih tinggi dibandingkan samudra terbuka.
Sebaliknya, hujan, pencairan es, dan aliran air sungai bisa sedikit mengencerkan air laut, tetapi tidak cukup untuk menghilangkan keasinannya.
5. Akumulasi Garam Selama Miliaran Tahun
Lautan telah ada selama lebih dari 3,8 miliar tahun, dan proses pelapukan batuan, aktivitas vulkanik, dan sirkulasi hidrotermal telah berlangsung terus-menerus sepanjang waktu. Hal ini menyebabkan ion-ion garam terus menumpuk di lautan.
Meskipun air sungai mengandung garam dalam konsentrasi yang sangat rendah (sekitar 0,01% dibandingkan udara laut yang 3,5%), aliran air sungai yang terus-menerus selama miliaran tahun sudah cukup untuk menjadikan air laut asin seperti sekarang.
6. Peranan Organisme Laut
Beberapa organisme laut juga berperan dalam mengatur kadar garam di laut. Misalnya:
Karang dan plankton menggunakan ion kalsium untuk membentuk cangkang dan struktur tubuh mereka.
Mikroorganisme laut dapat menyerap atau mengubah beberapa jenis ion di udara laut.
Namun, jumlah garam yang dikeluarkan atau diserap oleh organisme ini relatif kecil dibandingkan dengan proses geologis yang terjadi.
BACA JUGA: Kisah Lautan dalam Al-Qur’an
7. Perbedaan Salinitas di Berbagai Bagian Lautan
Meskipun rata-rata salinitas udara laut sekitar 3,5% (35 gram garam per liter udara), beberapa bagian laut memiliki tingkat keasinan yang berbeda, tergantung pada faktor-faktor seperti:
Tingkat penguapan tinggi → Laut Merah dan Teluk Persia memiliki salinitas tinggi.
Masukan air tawar tinggi → Laut Baltik memiliki salinitas lebih rendah karena banyaknya sungai yang bermuara di sana.
Es laut mencair atau membeku → Laut Kutub bisa mengalami perubahan salinitas karena proses ini.
Kesimpulan
Air laut asin karena proses alami yang telah berlangsung selama miliaran tahun, termasuk pelapukan batuan, aktivitas vulkanik, sirkulasi hidrotermal, dan evaporasi. Salinitas air laut terus stabil karena adanya keseimbangan antara proses yang menambah garam dan yang mengeluarkannya dari laut.
Jadi, jika ada yang bertanya, “Kenapa air laut asin?” Penjelasannya bukan hanya karena garam dari daratan, tetapi juga karena banyak faktor geologi dan kimia yang saling berinteraksi dalam jangka waktu yang sangat panjang. []
REDAKTUR: DADANG