MOJOKERTO–Pemandangan berbeda terlihat di bekas kawasan lokalisasi Balong Cangkring (BC), Kelurahan Mentikan, Kecamatan Prajurit Kulon, Kota Mojokerto. Setiap sore selama Ramadan, anak-anak di bekas lokalisasi ini mengaji dan buka bersama di Masjid Ad-Daeojah.
Suasana ini tentu jauh berbeda jika dibandingkan tahun-tahun sebelumnya saat kawasan ini masih dikenal sebagai sarang prostitusi.
Sejak lokalisasi resmi ditutup pada 29 Mei 2016, kawasan ini tidak lagi ramai dikunjungi orang bermaksiat. Bahkan penghuni wisma yang ada di kawasan ini sudah kembali ke kampung halamannya masing masing. Hanya menyisakan warga lokal.
Sekitar pukul 15.00 WIB lantunan ayat Alquran mulai terdengar dari Masjid Ad-Daeojah. Anak-anak itu belajar mengaji dengan dibimbing warga dan beberapa relawan seperti aktivis mahasiswa dan juga relawan dari kalangan jurnalis.
“Saya tergerak membimbing dan mengajari anak anak di eks lokalisasi, supaya mereka bisa memperoleh pendidikan agama seperti anak anak pada umumnya,” kata Ustad Fuad Amanulloh di Mojokerto, Sabtu (3/6/2017).
Ada sekitar 180 anak yang tercatat di tempat pendidikan qur’an (TPQ) Ad-Darojah. Mayoritas anak-anak ini terbiasa di jalanan, karena selama ini menjadi peminta-minta di jalan.
“Dari sekitar 180 anak ini, hanya 90-an anak yang aktif setiap sore mengaji. Lainya kadang datang, kadang tidak datang,” ujar Fuad.
Bukan hal mudah mendampingi dan memberikan pelajaran menggaji pada anak-anak ini. Terkadang mereka kurang memperhatikan, ada juga yang berkelahi dengan temannya sendiri.
“Bahkan kebiasaan berkata kotor di jalanan juga masih terbawa saat belajar ngaji,” jelasnya.
Para ustaz dan ustazah lebih mengedepankan pendekatan emosional pada anak-anak ini supaya konsentrasi dan disiplin. Namun kadangkala mereka harus bersikap keras supaya mereka menurut.
“Tidak bisa dibiarkan dan tidak bisa selalu dikeras, karena mereka (anak anak) malah tidak mau belajar,” ungkap Fuad.
Anak-anak mengaku senang bisa belajar mengaji bersama. Bahkan sebagian mengaku dengan para pembimbing yang sabar lebih mudah mengerti.
“Diajari ngaji ustaz Fuad, mengajar enak dan saya mudah mengerti,” ungkap Kusnul Khotimah.
Para relawan pengajian ini berharap anak-anak yang tinggal di eks lokalisasi ini bisa menjadi anak yang berakhlak baik dan menjadi generasi yang lebih baik lagi.
“Mereka kan, generasi penerus kita, jadi dari manapun dan di tempat apapun, nantinya harus menjadi lebih baik,” harap ustaz Fuad Amanulloh. []
Sumber: Merdeka