SEPERTI biasa, selepas shalat Magrib Khansa mengambil Al-Qur’an dan hendak membacanya. Ia duduk di atas sofa ruang TV dan mulai melantunkan ayat suci Al-Qur’an.
Di ruang 3 x 3 meter itu, ada sang ibu yang tengah asik menyaksikan tayangan dangdut di televisi, sementara Khansa terus melantunkan bacaannya. Sang ibu pun sedikit mengecilkan volume TV yang tengah menyala. Kebiasaan ini selalu Khansa lakukan.
Hingga suatu hari, Rama, si bungsu, bertanya:
“Kakak, kenapa selalu baca Al-Al-Qur’an di depan TV?”
“Memang kenapa dek?”
“Aneh aja, kok, baca Al-Qur’an depan TV?”
Awalnya Khansa enggan menjawab pertanyaan ini. Tapi, ia lantas menjawabnya agar sang adik mengerti.
“Dik, kakak sayang sama ibu. Kakak tahu, dengan lelahnya ibu seharian bekerja di rumah ia membutuhkan hiburan. Lantas, ibu selalu melihat tayangan dangdut di TV setiap maghrib.”
“Terus apa salahnya?” tanya Rama.
“Artinya ibu butuh hiburan. Sedangkan tayangan dangdut tidak akan menghibur kelelahannya.” jawab Khansa.
“Oh..Kenapa kakak ngaji depan TV?”
“Kakak tahu, ibu tidak bisa baca Al-Qur’an dan ibu malu untuk belajar lagi. Tapi, ibu diam-diam menikmati bacaan Al-Qur’an yang kakak baca. Sebenarnya kakak ingin mengajak ibu belajar Al-Qur’an, dengan membiasakan ibu mendengar bacaan kakak terlebih dahulu setiap Maghrib. Selain ibu jadi tertarik, ibu juga mendapatkan pahala karena mendengarkan ayat suci Al-Qur’an.” pungkas Khansa.
Kini, anak kelas 2 SMA ini pun mengerti atas tindakan kakaknya.
“Kakak berharap, kebiasaan ibu setiap Maghrib nanti akan berubah. Dari nonton TV menjadi membaca Al-Qur’an. Selama cara yang kita lakukan baik.” []