MINAL ‘Aidin Walfaizin. Itulah yang sering diungkapkan oleh orang di Indonesia ketika hari raya Idul Fitri. Ucapan hari raya itu bertebaran di mana-mana. Tidak hanya ketika bertatap muka, tapi merambah ke pesan singkat dan sosial media. Tidak sedikit orang di Indonesia menuliskan Minal ‘Aidin Walfaizin dalam status Facebook atau Twitter-nya. Apa sih sebenarnya arti Minal Aidin Walfaizin? Apakah ucapan itu syar’i sesuai tuntunan Nabi SAW?
Entah darimana asal ungkapan ini, namun yang jelas ini sudah disebut-sebut dalam syair lagu Ismail Marzuki (w. 1958)
Minal Aidin Wal Faizin
Maafkan lahir dan batin
Selamat para pemimpin
Rakyatnya makmur terjamin
Sekarang coba kita perhatikan. Minal ‘aidin wal faizin bila ditulis dengan tulisan bahasa Arab menjadi,
من العائدين والفائزين
“Termasuk orang yang kembali (merayakan hari raya Ied) dan orang-orang yang menang.”.
Mungkin yang diinginkan adalah sebuah doa bagi yang mendapat ucapan selamat, “Semoga Anda termasuk orang yang kembali (merayakan hari raya i’ed) dan orang-orang yang menang.” Jadi, jangan salah mengartikan dengan “Mohon maaf lahir dan batin” lagi.
Nah sekarang dari sisi syar’i-nya, apakah ucapan ini diajarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam? Kalau tidak, bagaimanakah cara mengucapkan selamat Idul Fitri yang benar?
Pada zaman Khilafiah Rasyidin, ucapan Minal ‘Aidin wal Faizin, digunakan sebagai ungkapan bangga atas kemenangan perang yang sebenarnya, semisal Perang Badar.
“Semoga termasuk dari orang-orang yang Kembali (dari perang) dan sebagai orang yang menang (dalam setiap perjuangan Islam).”
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah salah seorang ulama besar Islam ditanya tentang ucapan selamat pada hari raya maka beliau menjawab: “Ucapan pada hari raya, di mana sebagian orang mengatakan kepada yang lain jika bertemu setelah shalat Ied : Taqabbalallahu minnaa wa minkum (تقبل الله منا ومنكم). (yang artinya) : Semoga Allah menerima (ibadah) dari kami dan dari kalian,” (Majmu Al-Fatawa 24/253).
Al Hafizh Ibnu Hajar, salah seorang ulama mazhab Asy Syafi’i juga pernah menyampaikan bahwa para sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bila bertemu pada hari raya, maka berkata sebagian mereka kepada yang lainnya : “Taqabbalallahu minnaa wa minkum (تقبل الله منا ومنكم) (Semoga Allah menerima dari kami dan darimu)”. Dan didapati pula bahwa mereka membalasnya dengan ucapan yang serupa.
Dari Riwayat tersebut dan seperti keterangan keterangan yang dipaparkan, yang benar adalah dari “Taqabbalallahu… sampai … shiyamakum”. Tidak satupun menyatakan ada istilah Minal ‘Aizin wal Faizin. Atau tanpa Minal ‘Aidin wal Faizin.
Jadi mengucapkan Minal ‘Aidin Wal Faizin, jika kita mengucapkannya dengan niat ingin mencontoh kebiasaan Rosulullah/Ittiba’qaulyah, jatuhnya bisa menjadi bid’ah, tapi kalau niatnya hanya untuk “ingin mendoakan sesama Saudara seiman”, insyaAllah, tidak salah dan bahkan hal yang baik.
Adapun jika ingin menambahkan bisa saja ditambahkan di akhir kalimat, agar secara harfiyah aja serasi menjadi : ”Taqabbalallahu minna wa minkum, Shiyamana wa Shiyamakum. Ja’alanallaahu Minal ‘Aidin wal Faizin”
Artinya, “Semoga Allah menerima amal-amal kami dan kamu, Puasa kami dan kamu. Dan semoga Allah menjadikan kami dan kamu termasuk dari orang-orang yang kembali (dari perjuangan Ramadhan) sebagai orang yang menang.”
Inilah yang dicontohkan oleh generasi Islam yang tentunya lebih untuk kita ikuti.
Wallahu a’lam bis shawab. []