DOHA–Ketua Komite Hak Asasi Manusia Nasional (NHRC) Qatar Ali bin Smaikh al-Marri mengatakan, blokade terhadap Qatar telah mempersulit lebih dari 13 ribu orang yang ingin bertemu anggota keluarganya di negara-negara yang berseteru.
“Semua keputusan ini benar-benar merupakan pelanggaran terhadap hak-hak keluarga,” kata Marri, dilansir Al Jazeera, Sabtu (17/6/2017).
Selain itu, Marri juga memaparkan, pemutusan hubungan diplomatik yang berdampak pada penutupan jalur udara, darat dan laut serta pembatasan terhadap Qatar lebih buruk daripada Tembok Berlin karena telah memisahkan ibu dari anak-anak mereka dalam beberapa kasus.
Pernyataan itu didasarkan pada masuknya keluhan-keluhan dari anggota keluarga yang terkena dampak blokade Qatar. Jumlah keluhan yang diterima NHRC pun mencapai ratusan, disampaikan lewat email, telepon, hotline, hingga datang langsung ke kantor NHRC di Doha.
Marri mencontohkan satu kasus yang terjadi, ada seorang pria Arab Saudi meninggal di Qatar.
Pemerintah Saudi mencegah anak-anaknya untuk membawa mayat kembali ke rumah sehingga Qatar mengambil tanggung jawab untuk menguburkannya. “Ini hukuman kolektif dan blokade akan mempengaruhi ribuan orang,” ujar al-Marri.
Al-Marri pun melaporkan kasus blokade ini kepada kantor Dewan Hak Asasi Manusia PBB (UNHCR) di Jenewa, Swiss, pada Jumat (16/6/2017) kemarin.
Dalam pertemuannya itu, Marri meminta PBB memecahkan blokade Qatar. Jika blokade ini terus berlangsung, Marri akan meminta UNHCR membentuk tim pencarian fakta yang bertugas melihat dan menindaklanjuti pelanggaran tersebut.
Dia juga menyatakan blokade mempengaruhi pendidikan warga Qatar di negara-negara yang berselisih. Menurut dia, para siswa diminta pulang atau dipaksa meninggalkan sekolah tempatnya belajar di negara-negara yang memboikot Qatar. []