AWALNYA Aziza datang ke Swiss hanya untuk belajar bahasa Jerman. Selama di Swiss ia hidup bertetangga dengan satu keluarga muslim. Ia pun mengamati bagaimana hubungan harmonis dalam keluarga tersebut.
Ya, Aziza seorang kristen asal Slovakia yang kala itu menyaksikan sendiri bagaimana sikap hormat dari anak-anak kepada orangtua mereka dan hal lainnya. Pengalaman tersebut menjadi awal bagi Aziza mengenal Islam.
Setelah kembali ke Slovakia dua bulan kemudian, Aziza meminjam sebuah Al-Quran dengan terjemahan Bahasa Inggris. Namun, dia masih belum memahami apa yang dibacanya.
Aziza kemudian bertemu mahasiswa muslim asal Libya. Mereka berbincang-bincang masalah agama Islam dan muslim.
Aziza semakin banyak mendapat informasi soal Islam. Dia mulai mendapat jawaban logis atas pertanyaan di hatinya selama ini.
Setelah beberapa lama, Aziza merasa ada dorongan di hatinya yang mengatakan bahwa inilah waktu yang tepat untuk memeluk Islam sebagai agama dan jalan hidup. Aziza tahu dia akan belajar banyak hal baru.
“Saya bersyukur dituntun Tuhan menuju puncak perjalanan spiritual ini,” tutur Aziza
Ia pun tidak punya masalah dengan puasa, salat dan memakai hijab. Sekali Aziza mencoba hijab, dia terus memakainya sejak itu.
“Tentu saja, ada perasaan khawatir, terutama orangtua dan rekan-rekan di tempat kerja. Orangtua mungkin bisa saja mengusir sayadari rumah atau bos di tempat kerja akan memecat saya”
Namun, jauh di dalam hatinya, Aziza yakin bahwa apa pun yang terjadi, itu adalah kehendak Allah. “Karena Allah sendiri tahu apa yang terbaik bagi saya. Saya sangat bersyukur untuk semua itu.”
“Alhamdulillah orangtua dan rekan-rekan saya menerimanya sebagai seorang muslim tanpa masalah. Karena Allah tahu apa yang ada di dalam hati kita, apa yang kita pikirkan dan berapa banyak yang kita minta kepada-Nya dengan tulus.”
Setelah setahun memeluk Islam, Aziza menikah dengan seorang pria muslim taat dari Kuwait. Melalui suami dan keluarganya, Aziza semakin memperdalam agama Islam.
Sumber: On Islam