JEMBER– Taufik Hidayat, 20, satu dari lima korban selamat dari kecelakaan maut yang tejadi di jalan raya kawasan Hutan Panginuman, Gilimanuk, Bali pada Sabtu malam lalu (17/6/2017). Sunarsih, ibu korban, mengetahui kabar tersebut pukul sembilan malam (pukul 22.00 waktu Indonesia tengah, red).
Dayat selamat, diduga karena terus mendekap Al-Qur’an yang dibawanya dari rumah. Itu berdasarkan perintah sang ibunda yang merasa memiliki firasat buruk, sehingga sempat melarang anaknya untuk pergi.
“Seperti ada yang mbisiki, ‘jangan boleh anaknya pulang. Begitu’,” tutur Sunarsih.
Karenanya, Sunarsih mencari alasan. Yakni agar Dayat menunda kepulangannya karena khawatir akan berbuka di jalan. Tapi, Dayat sang anak tetap memaksa untuk pulang.
Selama perjalanan, Hidayat memeluk Alquran sesuai permintaan ibunya. Saat tertidur di dalam Isuzu Elf pun Dayat terus memeluk Alquran.
Dia duduk di barisan kursi paling belakang. Sampai akhirnya mobil yang ditumpangi 13 orang itu tabrakan dengan truk pengangkut semen.
Alquran pun terlepas dari dekapan Dayat. Dia dievakuasi keluar mobil oleh orang-orang yang menolongnya.
Beberapa jam kemudian, Dayat sudah ikut menyalati jenazah rekannya, Suwari yang meninggal dunia akibat kecelakaan itu. Dayat memang sudah bisa bercerita, tapi tidak begitu lancar.
Dia mengaku memaksa ikut rombongan mobil yang menuju Jember itu karena ongkosnya lebih murah. Selain itu, mobil yang disopiri Subagiyo itu juga lebih praktis karena menjemput dan mengantar penumpangnya hingga rumah rumah. Modelnya persis sistem travel.
Setiap penumpang dipungut ongkos Rp 130 ribu. Satu mobil ada 11 penumpang ditambah seorang sopir dan sopir cadangan.
Sejak awal Sunarsih tidak setuju ketika anaknya akan pulang pada Sabtu lalu. Meski demikian, dia mengaku tidak punya alasan kuat melarang anaknya yang pengin pulang kampung untuk berlebaran. []
Sumber: www.jpnn.com