RIYADH–Raja Salman bin Abdulaziz al-Saud mengangkat Pangeran Mohammed bin Salman sebagai putra mahkota Kerajaan Arab Saudi tahun 2017. Pangeran Mohammed merupakan Wakil Perdana Menteri Arab Saudi sekaligus Menteri Pertahanan yang paling muda, yakni 32 tahun.
Lahir pada 31 Agustus 1985, Pangeran Mohammed bin Salman merupakan anak kandung Raja Salman. Ibunya, Putri Fahda bin Sultan bin Hathleen berasal dari suku Ajman, anak Pangeran Rakan bin Hathlen.
Di usianya yang masih muda, Pangeran Mohammed menikah dengan Putri Sarah bin Mashhoor bin Abdulaziz Al Saud pada 2008. Dari pernikahan itu, ia dikaruniai tiga orang anak.
Selama pendidikan awal di Riyadh, Pangeran Mohammed seringkali masuk ranking 10 besar dari pelajar-pelajar terbaik. Bahkan, ia juga meraih peringkat kedua, mahasiswa lulusan berprestasi Universitas King Saud.
Seusai lulus kuliah hukumnya, Pangeran Mohammed mendirikan sejumlah perusahaan dan oganisasi sebelum diangkat menjadi pejabat Kerajaan Arab Saudi. Salah satunya MiSK Foundation, organisasi non profit yang mendorong pendidikan dan kepemimpinan para pemuda Saudi.
Karena prestasinya itu, Forbes Timur Tengah memberikan penghargaan “Personality of the year” kepada Pangeran Mohammed pada 2013. Penghargaan itu juga diberikan atas perannya sebagai ketua King Salman Youth Center dalam memajukan para pemuda Saudi.
Di bidang politik, Pangeran Mohammed mempunyai pengalaman sebagai penasihat penuh bagi dewan menteri selama dua tahun sejak 2007. Hingga akhirnya, pada 2009, ia diangkat menjadi penasihat Raja Salman yang saat itu masih menjabat Gubernur Riyadh.
Ia pernah menjadi ahli komisi kabinet Saudi dan sebagai konsultan paruh waktu sampai Maret 2013. Pangeran Mohammed ditunjuk sebagai Menteri Pertahanan pada 23 Januari 2015. Pada tahun yang sama pula ia menjadi wakil putra mahkota.
Salah satu gerakan Pangeran Mohammed yang paling berkesan saat jadi menteri pertahanan adalah memimpin operasi Decisive Storm di Yaman. Hanya dua bulan usia ia ditunjuk. Operasi itu dilakukan untuk memerangi pemberontak Houthi di Yaman yang didukung Iran.
Pada April 2016, ia memperkenalkan Visi 2030. Ini merupakan visi Saudi pada masa depan yang bertujuan menjadikan Kerajaan Arab Saudi sebagai pusat Arab dan Islam di dunia. Saudi juga ingin menjadi pusat investasi pembangkit listrik dan pusat wilayah yang menghubungkan tiga benua.
Ia juga membuat inisiatif reformasi berupaya mencari sumber ekonomi baru dan privatisasi ekonomi yang tak tergantung pada minyak bumi. Pada 2030, inisiatif bertujuan untuk membangun sistem e-government. []
Sumber: Al-Jazeera