SETIAP lebaran, masyarakat Indonesia biasa mengucapkan “Minal aidin wal faizin” yang diartikan “Mohon maaf lahir dan batin.” Padahal sebenarnya ucapan itu kurang tepat. Mengapa demikian?
Dalam beberapa literarur disebutkan, kata “Minal aidin wal faizin” biasa diucapkan oleh para sahabat Rasulullah SAW untuk memberi ucapan selamat kepada mereka yang baru saja pulang dari sebuah peperangan.
Masyarakat Madinah mengucapkan selamat kepada pasukan yang datang dengan ucapan tersebut yang artinya “Selamat atas kemenangan kalian.” Baik yang pulang dengan selamat ataupun yang gugur di medan pertempuran tetap diberi ucapan selamat karena hakekatnya yang gugur juga telah mendapatkan kemenangan dengan memperoleh ampunan dan tempat mulia di sisi Allah SWT yaitu surga.
Nah, berbeda dengan di Indonesia. Kata “Minal Aidin wal faizin” digunakan karena umat Muslim dianggap telah berperang melawan hawa nafsu selama berpuasa di bulan Ramadhan. Ungkapan ini biasa diucapkan para ulama Indonesia, yang mengibaratkan setelah Idul Fitri tiba umat Islam baru saja kembali dari medan laga setelah berperang melawan hawa nafsunya sendiri.
Namun kita belum menemukan literatur dan sejarah yang menunjukkan Nabi Muhammad saw, sahabat dan tabiin mengucapkan minal aidin wal faizin pada hari raya Idul Fitri.
Memang bukan larangan mengucapkan hal ini asalkan bukan menjadi sebuah keyakinan dan keharusan untuk mengucap yang demikian dalam silaturahim dan bermaaf-maafan.
Namun, perlu kita ketahui bahwa minal aidin wal faizin bukan berarti “Mohon maaf lahir batin,” melainkan yang lebih tepat adalah “Selamat atas kemenangan kalian karena telah kembali dari peperangan besar.” []
Sumber: http://mirajnews.com/2017/06/meluruskan-istilah-istilah-seputar-idul-fitri.html