Dalam hidup kita, pastilah terjadi banyak masalah dan ujian. Terkadang kita merasa hidup begitu berat bahkan seolah tak pernah terlihat jalan keluar. Kita sudah lelah menemukan “apa-mengapa-bagaimana” semua ini bisa terjadi.
Kita mungkin akan selalu bertahan menjalaninya dengan perasaan yang beraneka ragam. Mungkin pasrah, mungkin dengan berharap kelak ada jalan keluar, mungkin dengan putus asa, dll. Maka jika kita sudah sampai batas yang tidak bisa ditoleransi oleh akal kita, jangan pernah lupa bahwa sesungguhnya Allah memang memberikan banyak “masalah” untuk manusia.
(155) Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar, (156) (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata, “Innalillahi wa inna ilaihi roji’un (sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali.)” (157) Mereka itulah yang memperoleh ampunan dan rahmat dari Tuhannya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.
(QS. Al-Baqarah: 155-157)
Lalu, kemanakah kita akan mengembalikan semua “masalah” ini?
(5) Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya. (6) Sekali-kali tidak! Sungguh, manusia itu benar-benar melampuai batas, (7) apabila melihat dirinya serba cukup. (8) Sungguh, hanya kepada Tuhanmulah tempat kembali.
(QS. Al-‘Alaq: 5-8)
Memang, proses seseorang dalam memandang dan menghadapi masalah serta cara “mengembalikan” masalah itu sendiri berbeda-beda. Sesungguhnya, jika setiap permasalahan dikembalikan kepada Allah, maka hati akan menjadi lapang.
(109) Dan milik Allahlah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi, dan hanya kepada Allah segala urusan dikembalikan.
(QS. Ali ‘Imran: 109)
(28) … orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan berdzikir (mengingat) Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.
(Qs. Al-Ra’du: 28)
Akal kita yang terbatas seringkali akan menyadari bahwa relijiusitas memudahkan kita untuk mendapatkan hidup yang bermakna. Jika kita menemui situasi hidup yang memunculkan tantangan sekaligus permasalahan, maka selain berusaha untuk mengatasinya, kita akan cenderung mengembalikannya (tawakal) kepada Tuhan pemilik kekuatan (laa haulaa wa laa kuwwata illaa billaah).
Tenangkan Hati dan Jangan Panik
Setelah kita tahu kemana harus mengembalikan “masalah” dalam hidup kita, mari kita bersama-sama menenangkan pikiran dan hati kita dan janganlah panik mencari jalan keluarnya. Bagaimana agar hati tenang dan tidak panik? Kita tinggal mengingat nikmat yang telah diberikan Allah.
(18) Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya. Sungguh, Allah benar-benar Maha Pengampun, Maha Penyayang.
(QS. An-Nahl: 18)
Nikmat Allah sangatlah luas. Bahan, udara yang gratis ini adalah nikmat yang tak terkira. Tubuh yang sehat adalah nikmat yang tak terkira. Pikiran yang waras adalah nikmat yang tidak terkira. Apakah justru kita sendiri yang akan membuatnya sakit? Yuk, mari kita bangkit dalam menjalani hidup yang tidak pernah mulus ini, Sahabat Ummi. Semangat!
(11) …. Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan mereka sendiri. …
(QS. Ar-Ra’d: 11).
Pembaca Islampos yang dirahmati oleh Allah mudah2an kita semua dapat sabar ketika diberi cobaan dan ujian oleh Allah SWT. Aamiin Allahumma Aamiin.[]