“Dan apabila dikatakan kepadanya: ‘Bertakwalah kepada Allah’, bangkitlah kesombongannya yang menyebabkannya berbuat dosa. Maka cukuplah (balasannya) neraka Jahannam. dan sungguh neraka Jahannam itu tempat tinggal yang seburuk-buruknya.” (QS Al-Baqarah [2]: 206)
Dalam banyak kesempatan Rasulullah saw selalu menasihati dan mewasiati para sahabat dengan takwa. Mereka pun merespons dengan baik dan mereka amalkan dalam keseharian. Inilah yang menjadikan mereka manusia unggul dan generasi terbaik sepanjang zaman.
Diriwayatkan, suatu hari Khalifah Harun Ar-Rasyid didatangi seseorang dan dinasihati, “Wahai Khalifah, Ittaqillah, takutlah kepada Allah!” Harun Ar-Rasyid langsung tersungkur pingsan. Ketika siuman, para pembantunya bertanya, “Mengapa ketika dikatakan kepadamu “Ittaqillah” engkau pingsan?” Khalifah menjawab, “Aku takut seperti orang yang disinggung oleh Allah dalam ayat… (kemudian beliau membaca ayat di atas).”
Hampir setiap pekan para khatib Jumat selalu berpesan kepada kaum Muslimin untuk bertakwa kepada Allah, tapi apakah pesan dan wasiat ini dapat mengubah perilaku dan keadaan umat?
Maka, yang harus kita lakukan adalah mengondisikan anak, istri, suami dan keluarga besar kita untuk menjadi orang-orang takwa. Jangan biarkan anggota keluarga kita menolak takwa agar kita sekeluarga bahagia di dunia dan akhirat.
Seperti dikutip dari Majalah Ummi Online Menolak takwa berarti ia menolak banyak kebaikan, yang sesungguhnya sangat ia butuhkan, di antaranya:
1. Menolak adanya solusi atas segala permasalahan yang dihadapinya. Sebab Allah swt menjanjikan jalan keluar dari segala problematika orang yang bertakwa, “Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar” (QS Ath-Thalaaq [65]: 2).
2. Menolak limpahan rezeki karena hanya dengan takwa Allah akan menganugerahi seseorang rezeki yang melimpah dan tanpa diduga sebagaimana firman-Nya, “Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya” (QS Ath-Thalaaq [65]: 3). Gambaran konkretnya, bisa jadi seseorang memiliki gaji bulanan yang menurut logika matematika tidak mencukupi segala kebutuhananya. Namun, karena ia bertakwa, Allah memberkahi rezekinya sehingga cukup memenuhi kebutuhan diri dan keluarganya atau ia mendapatkan rezeki yang tidak pernah ia prediksi atau sangkana.
3. Menolak kemudahan urusan, padahal hanya dengan takwa Allah memudahkan semua urusan sebagaimana janji-Nya, “Dan barang siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya” (QS Ath-Thalaaq [65]: 3).
4. Terakhir, yang paling menyengsarakan, orang yang menolak takwa berarti sama dengan menolak surga. Sebab, di dalam A- Qur’an telah dipatenkan oleh Allah swt dalam banyak ayat, bahwa surga hanya dipersiapkan bagi orang-orang yang bertakwa, “Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa” (QS Ali ‘Imran [3]: 133). Dan firman-Nya, “Dan didekatkanlah surga itu kepada orang-orang yang bertakwa pada tempat yang tiada jauh (dari mereka)” (QS Qaaf [50]: 31). Ayat lainnya, “Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa itu berada dalam taman-taman (surga) dan mata air-mata air “ (QS Adz Dzaariyaat [51]: 15), dan lain-lain.[]