Oleh: Fitri Amalia
ENTAH sejak kapan tiap diri yang pergi selalu rindu untuk pulang. Jika sudah ingin pulang tak lagi peduli jarak dan waktu. Meski harus menyeberangi lautan, berdesakan.
Bahkan harus menghabiskan uang tabungan. Semua pengorbanan dilakukan untuk satu kata ‘pulang’. Lalu jika bisa pulang ke rumah dengan membawa bekal yang cukup, alangkah bahagianya.
Rumah, apapun bentuknya akan selau jadi sesuatu yang spesial. Ibu, ayah, adik, juga mertua jadi sesuatu yang dirindukan. Begitu pula mereka, anak-anak, kakak, juga ponakan yang pergi jadi sosok yang dirindukan untuk kembali pulang. Kenapa? Mungkin karena kami keluarga, darah yang sama. Saya bagian dari mereka, dan mereka bagian dari saya.
Bicara pulang, bicara darah yang mengalir. Aliran darah yang kita punya kini adalah bagian dari darah nenek, nenek, nenek, lalu ber ujung pada Adam dan Hawa. Darah ini juga berasal dari mereka. Lalu di mana kampung mereka, Adam dan Hawa? Di mana sejatinya rumah yang mereka rindukan? Adalah Surga jawabannya. Rumah Adam dan Hawa, tempat meraka pertama diciptakan. Yang tersebab sebuah kesalahan mereka merantau di dunia. Beranak-pinak di sini.
Mungkin itulah mengapa diri ini, anak-anak adam juga merindu surga. Karena sejatinya surgalah kampung kita. Tempat kembali yang dirindukan, tempat asal yang semoga kelak di sana kita diperkenankan menyapa nenek dan kakek sejati kita, bersebelahan dengan pengajar sejati kita. Dan terutama menjumpai Pencipta diri ini.
Lalu seperti halnya para perantau yang mengerahkan segenap tenaga, rela berdesakan untuk pulang. Juga sebagaimana para perantau yang sibuk bekerja mempersiapkan segala bekal demi sebuah kata ‘Pulang’. Sudahkah diri ini berusaha berbekal untuk pulang ke kampung akhirat kelak menuju Surga yang dirindukan?[]
* * *
Hari ini dunia adalah nyata, akhirat hanya cerita.
Tapi setelah mati
Dunia hanya cerita, akhirat adalah nyata*
___________
* Potongan ceramah Ustadz Adi Sucipto
Kirim RENUNGAN Anda lewat imel ke: islampos@gmail.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word.Â