SAAT anak telah memasuki usia sekolah dasar, daya nalarnya pun meningkat seiring dengan bertambahnya pelajaran dan informasi yang ia dapatkan.
Salah satu akibat dari kondisi ini, ia mampu membuat alasan yang dari satu sisi tampak masuk akal dalam membantah orangtua. Misalnya, ketika orangtua mengingatkannya untuk sholat, ia beralasan, “Katanya anak kecil nggak punya dosa. Jadi nggak apa-apa kan, kalau aku nggak sholat??”
Ungkapan semacam ini cukup mengejutkan bagi sebagian orangtua. Dan sangat disayangkan bahwa kadang, karena bingung, tanggapan yang diberikan adalah berupa kebohongan seperti, “Nggak, lah…! Walau pun anak kecil, tetep dosa lho, kalau nggak sholat!”
Hal pertama yang perlu ditekankan bagi para orangtua dalam menghadapi “dalil” semacam ini, adalah hendaknya mempertahankan “sikap ilmiah” saat menjawabnya. Ketika Anda tidak tahu bagaimana pandangan yang sesungguhnya dalam Islam, lebih baik Anda menunda jawaban dan berkata pada anak, “Iya Nak, ibu juga nggak tahu. Coba nanti ibu tanya sama ustadz, apa benar kayak begitu.”
Jangan lupa, bila kita memberi jawaban berupa kebohongan, sama artinya dengan memberi contoh kepada anak untuk melakukan hal yang sama. []
Sumber: Majalah Al-Mawaddah Vol. 96