Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
USTADZ, saya selalu dibingungkan menyikapi pengemis yang berkeliaran di jalan-jalan, bahkan datang ke rumah. Mengingat, saya melihat mereka tampak pura-pura, masih sehat, juga seperti sering disampaikan di media bahwa mereka ada yang mengkoordinir, atau “tipu-tipu”. Sementara saya juga memahami bahwa Islam sangat memotivasi berbagi, bersedekah kepada yang membutuhkan. Mohon tanggapan ustadz. Dan, terima kasih atas jawaban ustadz.
Mirna Amalia, Bandung
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Benar, fenomena mencari hidup dengan jalan memiskinkan diri, atau menipu banyak terjadi, khususnya di kota-kota besar. Bahkan seperti di Jakarta ada perda khusus yang melarang pemberian kepada para peminta-minta di jalanan. Demikian beberapa MUI telah menyatakan fatwa larangan itu. Menuerut hemat saya, yang pertama kita lakukan bila ingin bersedekah adalah kita harus yakin bahwa yang kita beri adalah benar-benar berhak.
Dan, bila kita melihat ia tampak pura-pura atau tipu-tipu, sindikat, maka tidak memberikan justru lebih utama. Karena masih banyak yang lebih berhak mendapatkannya, dan juga dapat bermakna kita menolong dia, menolong untuk tidak melakukan kezaliman. Rasulullah saw pernah bersabda, “Tolonglah saudaramu yang dizalimi dan yang menzalimi, sahabat bertanya, wahai rasulullah, kalau orang yang dizalimi patut kita tolong, tapi bagaimana menolong orang yang menzalimi. Rasul menjawab, engkau mencegahnya dari melakukan perbuatan zalim.” (HR. Tirmidzi) Dalam arti, dengan kita tidak memberi semoga mereka berpikir “pekerjaan” meminta-minta atau mengemis tidak menjanjikan lagi, dan dapat merubah pemikiran untuk berhenti menjadi pengemis tipu-tipu. Terlebih Nabi saw mengancam pekerjaan meminta-minta yang tidak didasarkan pada kebutuhan mendesak. “Meminta tidak boleh kecuali untuk tiga orang: (1) yang benar-benar fakir (2) yang terkena denda berat (3) yang harus membayar tebusan besar.”
Oleh karena itu, sejatinya lebih utama memberikan sedekah, zakat, infak kita melalui amil yang terpercaya. Terlebih amil yang terpercaya biasanya melakukan survey terlebih dahulu untuk menilai para mustahik, tidak asal-asalan. Dan untuk para pelaku pengemis tipu-tipu, ingatlah sabda Rasulullah saw berikut, “Siapa yang membuka pintu meminta-minta bagi dirinya, Allah buka tujuh puluh pintu kefakiran untuknya.” (HR. Tirmidzi)
Wallahu’alam. []
___________________
Rubrik “KONSULTASI” di www.islampos.com diasuh oleh H. Atik Fikri Ilyas, Lc, MA, Ketua Lembaga Dakwah LAZ Shadaqah Perekat Umat (SPU) Purwakarta, Alumnus Universitas Al-Azhar Kairo & Universitas Amer Abdel Kader Aljazair, mahasiswa program Doktoral Tafsir Hadits UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Silakan kirim pertanyaan Anda ke redaksi@islampos.com atau zhouaghi@yahoo.co.id