KEBOHONGAN akhir-akhir ini bila kita renungi adalah sesuatu yang tidak bisa lepas dari kehidupan sehari-hari. Tanpa kita sadari, terkadang tak satu hari pun kita lewati tanpa kebohongan kecil kepada suami, istri, anak dan orang tua kita di dalamnya.
Mungkin tidak semua dari kita yang berlaku demikian-hal ini patut kita syukuri bersama-, namun apabila kita terlanjur terbiasa berbohong, hendaknya kita segera bertaubat dan berusaha dengan keras untuk menghilangkan kebiasaan buruk ini. Caranya adalah dengan senantiasa berdzikir dan beristighfar di sela-sela waktu kosong kita. Karena kebiasaan berbohong ini apabila dibiarkan, dikhawatirkan akan memudahkan kita untuk bisa berbohong dengan skala yang lebih besar. Apalagi jika profesi kita mengandalkan kemampuan berbicara.
Mencari rizki atau memperoleh dunia dengan cara yang sesuai dengan syariat bukanlah perbuatan aib. Contohnya, mencari kehidupan dengan mengajar, memberikan penjelasan kepada orang lain, atau berargumentasi, seperti profesi seorang pengacara, guru, dan yang lainnya yang memang mengandalkan kemampuan berbicara.
Namun, apabila seseorang mencari makan dengan lisannya, baik dengan cara menjilat orang lain, bersumpah palsu dalam jual-beli atau pun berbohong, maka perbuatannya itu sungguh tercela.
Suatu ketika, Umar ibn Sa’ad ibn Abi Waqqash punya keperluan dengan ayahnya, Sa’ad ibn Abi Waqqash. Ia lalu menyampaikannya kepada sang ayah lewat syair-syair berisi pujian dan sanjungan yang biasa disampaikan orang untuk meraih apa yang mereka inginkan. Sa’ad ibn Abi Waqqash belum pernah mendengar syair-syair seperti itu. Karenanya, ketika anakanya itu selesai bicara, Saad bertanya, “Anakku, apa bicaramu sudah selesai?” Umar menjawab, “Ya, sudah.”
Sa’ad pun berkata , “Engkau tidak terlalu jauh dengan apa yang engkau perlukan. Aku sendiri tidak lebih zuhud darimu sejak aku mendengar apa yang engkau ucapkan tadi. Aku pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda, ‘Kelak akan ada satu kaum yang mencari makan dengan lidah mereka, sebagaimana sapi makan dari tanah’,” (HR Ahmad. Syaikh al-Arna’ uth menilai riwayat ini hasan.)
Abdullah ibn Amr meriwayatkan, bahwa Rasulullah SAW bersabda,
“Di antara tanda semakin dekatnya Kiamat adalah diangkatnya orang-orang jahat, disingkirkannya orang baik, kata-kata kotor mulai banyak diucapkan, amal dibagus-baguskan, dan kejelekan menyebar luas.”
Abdullah ibn Amr lalu bertanya kepada Rasulullah SAW, “Apa yang dimaksud dengan kejelekan?” Beliau menjawab, “Semua yang ditulis kecuali Al-Quran.” (HR. Ath-Thabrani. Menurut al-Haitsamani dalam Majma’ az-Zawa’id, bahwa para penyampai riwayat ini adalah perawi hadits sahih.) []
Sumber: Kimat Sudah Dekat?/Dr. Muhammad al-‘Areifi/Penerbit: Qisthi Press/2011