Tugas istri menurut bapak tadi adalah mendidik anak. Tapi bayangkan,bagaimana bisa istrinya mendidik anak, mencerdaskan anak, saat bayinya nangis, bapaknya diam saja dan duduk minum kopi.
SUATUÂ hari saya berkunjung ke sebuah keluarga. Tujuannya menengok bayi mereka yang baru lahir. Basa basi ngobrol sana sini, tiba tiba ada kalimat yang keluar dari mulut sang Ayah, kira kira begini, “Kalau kelakuan anak saya gak bener, yang harus disalahkan adalah istri saya, dia kan tugasnya didik anak, kalau anak saya kelaparan, gak punya pakaian layak, gak hidup di tempat layak, yang salah saya bapaknya”. Saya lirik sang istri yang nampak tertunduk.
Sekilas pernyataan ini nampak benar sekali, namun jika membaca ayat Al Quran surat at tahrim ayat 6 yang sebagian artinya adalah peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka. Maka pernyataan bapak tadi jauh dari benar sama sekali.
Suami adalah kepala keluarga, pemimpin rumahtangga, jika ada yang salah pada istri dan anak maka yang patut disalahkan lebih dulu ya suami, bapaknya.
Tugas istri menurut bapak tadi adalah mendidik anak. Tapi bayangkan,bagaimana bisa istrinya mendidik anak, mencerdaskan anak, saat bayinya nangis, bapaknya diam saja dan duduk minum kopi, ibu sibuk kesana kemari, bayi yang ada di tahapan trust vs mistrust jadi terabaikan oleh ibunya. Saat bayi nangis ibu tak segera meresponnya. Akhirnya banyak sel otak bayi yang tak dimanfaatkan ibu masuk ke program penghapusan.
Kenapa ibu abai? Ibu sibuk memasak, nyuci piring, nyuci baju, ngejemur, nyapu rumah, nyapu halaman, ngepel, gosek wc, ngangkat jemuran, nyetrika, klasifikasi barang, ngelap perabotan, mandiin anak, nyuapin anak, nyiapin kebutuhan suami dan anak.
Nah, bayi tumbuh besar, ibu makin abai. Ah asal anak anteng aja, biar kerjaan beres, kasih anak tablet, nonton tv, makanan instant serba manis, sebab kerjaan nambah numpuk, kalau anak rewel nanti gak beres. Akhirnya makin besar anak makin gak beres, otak depan terganggu. Malah ada yang bermasalah, terlambat bicara, emosional, sulit fokus, gak bisa kontrol gerakan. Nah, itu semua akibat ibu yang abai. Salah ibu, sibuk dengan urusan rumahnya.
Lalu, dimana bapak? Bapak asyik aja urus diri sendiri, cukup dengan memberi uang, yang kadang pas pasan, gak sesuai antara pemberian dengan harga barang yang melambung tinggi. Tetap saat ada yang salah pada anak, bapak menunjuk ibu nya yang salah.
Bapak, pernah tahu bagaimana rasanya punggung si ibu saat dibaringkan di tempat tidur, semua terasa remuk, tarik napas aja susah. Tapi ibu tak berkeluh kesah.
Nah, kalau bapak ada yang tanya, “Mas, istrinya kerja dimana?”, jawabnya, “Istri saya gak kerja”.
Istigfar mas, itu daftar pekerjaan istri ko seabrek bilang gak kerja. Lantas istrimu itu tiduran kah sepanjang hari? Apa rumah bersih, baju rapi, makanan tersedia disulap penyihir baik?
Tugas istri ternyata berat sekali. Jikalau tak ikhlas sungguh amat merugi. Namun, jika suami mengerti, mendidik anak itu berat, maka ia akan meringankan tugas lain dengan membantu mengerjakannya atau setidaknya meringankan beban istrinya. []