Oleh : Armadi Puli
ALLAH SWT berfirman di dalam Al-Qur’an surat Luqman ayat 20 : (tidaklah kamu memperhatikan bahwa Allah telah menundukkan apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi (untuk kepentingan) mu dan meyempurnakan nikmat-Nya untukmu lahir dan bathin. Tetapi diantara manusia ada yang membantah tentang (keesaan) Allah tanpa ilmu atau petunjuk dan tanpa kitab yang memberi penerangan).
Dalam ayat tersebut dengan jelas Allah mengungkapkan kepada manusia bahwa seluruh ciptaannya yang ada di langit dan yang ada di bumi diperuntukkan untuk kepentingan manusia. Oleh sebab itu Allah memberi tanggung jawab kepada manusia untuk mengelola Alam semesta atau sering kita kenal dengan istilah imarotul ard (mengelola bumi).
Setelah menggabungkan kandungan ayat dan penjelasaannya dapat ditarik kesimpulan bahwa setiap makhluk diciptakan untuk kepentingan manusia maka tinggal satu pertanyaan yang harus dijawab, untuk apa manusia hidup ?. mendengar pertanyaan itu, kita diingatkan kembali kepada perkataan buya Hamka: “…kalau hidup hanya sekedar mencari makan maka kera di hutanpun mencari makan…) dari ungkapan tersebut terkandung makna yang tersirat yang begitu dalam bahwa manusia diciptakan Allah SWT bukan hanya sekedar memuaskan kenikmatan perut dan apa yang dibawah perut akan tetapi tujuan hidup manusia jauh dari sekedar memenuhi hawa nafsu.
Berbicara tentang tujuan hakiki manusia maka kita dihadapkan kepada tiga golongan manusia yang mempunyai cara pandang masing-masing tentang tujuan hidupnya.
Golongan pertama: orang jahil (bodoh). orang jahil yang dimaksud disini adaah orang yang tidak mengindahkan agama, tujuan mereka dalam mengarungi kehidupan ini hanyalah untuk makan dan memuaskan hawa nafsu mereka. Maka tidak ada istilah pengabdian kepada agama ataupun kepada sesama manusia.
Golongan kedua : orang-orang pintar yang mempunyai kecerdasaan dalam mengelola apa yang ada di bumi akan tetapi kecerdesaan tersebut membuat tujuan mereka hanya sebatas makan untuk melanjutkan kehidupan (materialism). Tidak ada nilai-nilai kebaikan yang mereka pikirkan untuk dilakukan dan tidak ada nilai-nilai kebaikan antara sesama manusia yang mesti mereka lakukan.
Golongan terakhir : orang-orang yang beriman kepada Allah yang mempunyai tujuan yang sangat jelas yaitu hidup hanya untuk mengabdi dan berbuat baik kepada Allah SWT karena mereka yakin bahwa manusia diciptkana untuk mengenal dan mengibadahi Allah serta menjadi Kholifah (wakil) Allah di dunia. Ini adalah sebaik-baik tujuan dan semulia-mulianya tujuan hidup. Mendapatkan kehidupan yang layak dan tidak layak tidak menjadikannya menghujat takdir begitu juga dengan kenikmatan atau musibah yang diterima tidak menjadikannya keluar dari kebaikan karena tujuan hakiki dari kehidupannya hanya khidmah (pengabdian) kepada Allah SWT.
Tiga golongan manusia yang mempunyai tujuan hidup yang berbeda memberikan pilihan dan ajaran kepada kita bahwa tujuan hidup kita masing-masing hanyalah pilihan. Mengikuti golongan pertama membuat kita hanya memikirkan apa yang bisa dilakukan untuk memenuhi kebutuhan sedangkan yang kedua menjadikan kita hanya mempunyai ambisi-ambisi duniawi yang tak pernah selesai akan tetapi golongan terakhir menjadikan hidup lebih berarti dan bermakna, setiap aktivitasnya mempunyai nilai-nilai kebaikan disisi Allah dan setiap gerak langkahnya memberikan nilai-nilai kebaikan kepada orang lain, dia hidup penuh dengan makna.
Pada akhirnya hidup menjadi pilihan kita masing-masing dan menjadi keinginan kita masing-masing tidak ada yang bisa menginterpensi karena pada dasarnya kita adalah makhluk yang merdeka yang bebas memilih tujuan hidup. []