PADA tubuh manusia, kulit memiliki banyak fungsi, mulai dari pelindung otot, pengontrol suhu tubuh, hingga menjadi indikator pertama timbulnya suatu penyakit dalam tubuh.
Pada fungsi indikator timbulnya penyakit ini misalnya adalah ketika kulit kita pucat dapat merupakan tanda anemia yang menunjukkan kekurangan zat besi yang cukup untuk membuat hemoglobin, yang bertanggung jawab untuk transportasi oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh.
Dari fakta tersebut, kita bisa tahu bahwa sistem dalam tubuh kita ini telah sedemikian rupa Allah SWT rancang dengan sangat lengkap.
Berhubungan dengan kulit, ada salah satu ayat dalam Al-Qur’an yang menarik perhatian para ulama dan ilmuwan, khususnya mereka yang memiliki spesialisasi disiplin ilmu kedokteran kulit. Ayat ini menjelaskan tentang pedihnya siksa neraka. Dan salah seorang pakar kulit, Prof. Tagada Sahlul, dari Universitas Chiang Mai, menjadi beriman (masuk Islam) setelah membaca dan memahami ayat ini,
إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا بِآيَاتِنَا سَوْفَ نُصْلِيهِمْ نَارًا كُلَّمَا نَضِجَتْ جُلُودُهُمْ بَدَّلْنَاهُمْ جُلُودًا غَيْرَهَا لِيَذُوقُوا الْعَذَابَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَزِيزًا حَكِيمًا
“Sesungguhnya, orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Kami, kelak akan Kami masukkan mereka ke dalam neraka. Setiap kali kulit mereka hangus, Kami ganti dengan kulit yang lain, agar mereka merasakan azab. Sesungguhnya Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana,” (QS. An-Nisa: 56).
Imam ath-Thabari menafsirkan ayat ini dengan mengutip beberapa riwayat dari para sahabat. Salah satunya adalah, yang diungkapkan oleh Ibnu al-Mubarak dari al-Hasan, yang menjelaskan tentang kalimat “kullamaa nadhijat juluuduhum, baddalnaahum juluudan ghairahaa (setiap kali kulit mereka hangus, Kami ganti dengan kulit yang lain),” dia mengatakan, “Kulit orang-orang kafir itu terbakar dan menjadi hangus sekitar tujuh puluh ribu kali dalam sehari.”
Ibnu Katsir dalam tafsirnya mengungkapkan cerita yang diriwayatkan dari Ibnu Umar, tentang Umar bin Khathab dan seseorang yang membacakan ayat ini di hadapannya. Ketika orang itu membaca kullamaa nadhijat juluuduhum, baddalnaahum juluudan ghairahaa (setiap kali kulit mereka hangus, Kami ganti dengan kulit yang lain), Umar berkata, “Ulangi bacaan itu untukku,” orang itu pun mengulangi bacaan pada ayat tersebut.
Pada saat yang bersamaan Mu’adz bin Jabal sedang bersama Umar. Mu’adz berkata, “Aku mengetahui tafsirnya. Setiap jam, kulit mereka diganti kulit baru sebanyak seratus kali.”
Umar berkata, “Seperti itulah aku mendengar (tafsirnya) dari Rasulullah SAW.”
Dalam kitab Tafsir al-Baidhawi disebutkan, “Kulit yang hangus terbakar itu akan kembali menjadi baru, yaitu dengan hilangnya semua bekas luka bakar, sehingga kulit itu kembali pulih seperti sediakala.”
Beberapa pandangan para penafsir tersebut mewakili inti makna yang diuraikan oleh para mufasir al-Qur’an.
Allah SWT menciptakan kulit dengan struktur dan sistem yang luar biasa. Secara topografis, kulit manusia sangat berbeda dengan kulit berbagai jenis makhluk lain, seperti hewan mamalia dan reptil. Sebagaian kulit hewan memiliki banyak bulu yang melapisi sebagian besar permukaan kulit tubuhnya. Sedangkan pada kulit manusia, bulu tidak menyebar dengan kuantitas yang rata di seluruh permukaan kulit. Ada permukaan kulit yang memiliki kuantitas bulu yang tipis serta jarang-jarang, ada pula bagian pada permukaan kulit yang memiliki kuantitas bulu yang cukup lebat. Seperti kumis, janggut, alis, dan bulu mata pada wajah. Tidak hanya akibat efek dan fungsi-fungsi biologis tertentu yang menyebabkan tumbuhnya kumis, janggut, alis dan bulu mata, tetapi juga fungsi-fungsi estetika yang memang telah Allah SWT atur sedemikian rupa. []
BERSAMBUNG
Sumber: Kerajaan Al-Qur’an/Hudzaifah Ismail/Penerbit: Penerbit Almahira/2012