Oleh: Mustaqim Aziz
@mustaqimaziz2
KEMAKSIATAN sekalipun dianggap kecil dapat membinasakan pelakunya, menunda pertolongan Allah datang padanya, dan akan mendatangkan murka Allah padanya. Kemaksiatan adalah hal yang membahayakan bagi manusia, dampaknya bisa langsung dirasakan oleh pelakunya.
Imam Malik pernah berpesan kepada Imam Syafi’i dan memberikan nasehat kepada muridnya itu, beliau berkata “Aku melihat, Allah telah meletakkan sinar di dalam hatimu. Janganlah kau padamkan sinar itu dengan kegelapan maksiat, sebab sinar itu akan terus melemah apabila kegelapan maksiat menguat, hingga hati menjadi bagaikan malam gulita. Banyak sekali sesuatu yang dapat membinasakan manusia, tapi ia tidak dapat melihat seperti orang buta yang keluar pada malam hari dijalan yang berbahaya.”
Begitulah maksiat yang diibaratkan oleh Imam Malik, maksiat dapat membutakan hati, seperti butanya seseorang yang buta matanya lalu keluar dimalam hari yang berbahaya. Bagaimana jadinya bila ada seorang yang buta penglihatannya berjalan di malam hari yang gelap gulita?
Maksiat juga dapat mendatangkan keresahan hati, mendatangkan kesulitan, melemahkan jiwa dan raga, mengikis keberkahan, menghalangi ketaatan, juga dapat menghalangi datangnya rezeki. Dalam Musnad diterangkan bahwasannya Rasulullah pernah bersabda “Seorang hamba tidak mendapatkan rezeki karena dosa yang ia kerjakan”.
Adapula maksiat yang pelakunya tidak diberikan maaf dan tertutup pintu tobat baginya. Dialah orang yang kata Imam Ibnul Qayyim Aljauziyyah dalam kitab Ad-Da’u wa ad Dawa “Merasa bangga setelah berbuat maksiat hingga mengobral kisahnya kepada orang lain”. kemudian beliau mengutip hadist Rasul yang diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari:
“Semua umatku diberi maaf kecuali orang yang berbuat dosa terang-terangan. Sesungguhnya Allah menutupi aib seorang hamba-Nya, namun pada pagi harinya, ia justru membeberkan sendiri apa yang ia lakukan. Ia berkata ‘Aku telah berbuat ini dan itu pada hari ini dan itu.’ Maka, ia telah membuka pintu rahasia dirinya, padahal semalam ia ditutupi oleh Tuhannya.”
Tidak ada kemaksiatan yang paling besar selain menyekutukan Allah dengan sesuatu yang lain, termasuk mencela syariat-Nya yang mulia. Hari ini, kita bisa menyaksikan tidak sedikit orang yang berbondong-bondong mengatakan bahwa “Syariat islam itu usang dan tak pantas untuk ditegakkan”. Padahal, mereka yang mengatakan hal tersebut adalah orang yang mengaku sebagai seorang muslim. Boleh jadi, “Mereka itulah orang yang membeli kesesatan dengan petunjuk, maka tidaklah beruntung perniagaan mereka dan tidaklah mereka mendapat petunjuk,” (Q.S Al-Baqarah: 16).
Inilah orang yang rusak akalnya, yang menuntunnya dengan hawa nafsu. Sebagian ulama salaf mengatakan “Tiada seorang pun yang melanggar perintah Allah kecuali akalnya berkurang.”
Hati-hatilah dengan kemaksiatan, karena kemaksiatan dapat merugikan kita, merusak amalan ibadah, dan membawa kita pada kehinaan. Hasan Bashri mengatakan “Bagaimanapun keadaannya, sesungguhnya kerendahan dan kehinaan tidak akan pernah berpisah dari hati mereka. Allah tidak suka merendahkan manusia kecuali orang yang melanggar perintah-Nya”.
Jauhilah kemaksiatan, sekecil apapun itu. Khawatirlah apabila kita telah menganggap biasa dosa-dosa yang kita lakukan. Bisa jadi, itu adalah azab yang Allah timpakan kepada kita, karena sesungguhnya “Hukuman terberat atas sebuah dosa” kata Ibnul Jauzi dalah Shaidul Khatir “adalah perasaan tidak berdosa.” Wallau’alam bishawab. []