JIKA keinginan bapak dan ibu berbeda, siapa yang harus diikuti? Mudah-mudahan hadist ini bisa menjawab permasalahan tersebut, “Seorang lelaki datang kepada Rasulullah SAW lalu berkata, “Ya Rasulullah siapakah orang yang paling berhak untuk saya layani dengan sebaik-baiknya?’ Beliau menjawab, ‘Ibumu.’ Ia bertanya lagi, ‘Lalu siapakah?’ Beliau menjawab, ‘Ibumu.’ Orang itu sekali lagi bertanya, ‘Kemudian siapakah?’ Beliau menjawab lagi, ‘Ibumu.’ Orang tadi bertanya pula, ‘Kemudian siapa lagi?’ Beliau menjawab,’Ayahmu.’ (HR. Bukhari dan Muslim).
Apa saja yang ditanggung seorang bapak bisa dirasakan oleh anak. Ia melihat bapaknya lelah dalam bekerja. Namun, seorang anak tidak bisa melihat apa yang dirasakan oleh seorang ibu ketika ia mengandung selama sembilan bulan, tidak bisa merasakan sakitnya melahirkan, dan tidak bisa melihat ibunya begadang sepanjang malam sedangkan ia menangis karena sakit atau penyakit. Tidak teringat tentang sesuatu dan ibunya ketika ia membersihkan kotoran atau menggendongnya siang dan malam. Apa maksud dari dari kelebihan antara ibu dan bapak? Apakah dalam ketaatan perintah atau dalam hal berbuat baik menemani mereka?
Imam Ahmad berkata, “Ketaatan untuk bapak dan berbakti untuk ibu. Taat kepada kedua orangtua wajib. Taat dan melaksanakan perintah bapak didahulukan karena ia adalah seorang pemimpin dan ia tempat kembalinya nasab. Akan tetapi, itu tidak mengurangi penghoramatan kepada ibu. Berbakti kepada ibu, menghormatinya, membantunya, berbuat baik kepadanya, lebih utama tapi tidak mengurangi hak bapak dalam penghormatan dan perbuatan baik.
DR. Musthofa Siba’i berkata, “Ibu yang kuat adalah ibu yang menunjukkan simpati kepada anak kecil. Bapak yang kuat adalah yang mampu memecahkan permasalahan. Dengan rahmat Allah, ini semua ada pada mereka berdua.”
Datang seorang badui kepda Rasulullah SAW, ia berkata, “Bapakku ingin mengambil hartaku.” Rasulullah SAW bersabda, “Hartamu untuk bapak-baoakmu. Sesungguhnya sebaik-baik apa yang kamu makan adalah dari apa yang kamu cari, dan sesungguhnya harta anak-anakmu adalah dari apa yang kamu cari. Maka, makanlah dengan bahagia.” (HR. Ahmad). []
Sumber: Bermalam di Surga/ Dr. Hasan Syam Basya/ Gema Insani