Oleh: NS Risno
ensrisno@gmail.com
BUKAN karena kayanya yang menyebabkan Qarun dilaknat dan diazab Allah. Nabi Sulaiman lebih kaya lagi daripada Qarun. Namun demikian, beliau tetap dicintai dan dikasihi Allah Subhanahu wa ta’ala.
Pada zamanRasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam, para sahabat Nabi, seperti Abu Bakar ash Sidiq, Usman bin Affan, Abdurrahman bin Auf, Thalhah bin Ubaydillah dan yang lainya juga banyak yang memiliki kekayaan yang melimpah. Namun mereka tetap juga dicintai Allah dan Rasulnya.
Yang membuat Qarun dicela dan diazab Allah adalah karena kesombongannya. Allah telah menganugerahkan kepada Qarun perbendaharaan harta yang melimpah ruah, namun ia tidak mau bersyukur. Banyaknya harta yang dimiliki dianggapnya hasil dari usahanya semata dan sama sekali tidak ada hubunganya dengan Allah.
Ketika datang nasihat kepadanya, “Janganlah engkau terlalu bangga. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang membanggakan diri,” (QS: Al Qasas ;76), “Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang dianugerahkan Allah kepadamu,tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sungguh Allah tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan,” (QS ;Al Qasas ; 77), dengan anggkuh dan sombongnya Qarun menjawab; “Sesungguhnya aku diberi harta itu, semata mata karena ilmu yang ada padaku,” (QS; Al Qasas ; 78).
Maka, datanglah azab Allah. Qarun bersama seluruh harta kekayaannya dibenamkaan Allah ke dalam perut bumi.
“Maka kami benamkan dia (Qarun) bersama rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak ada baginya satu golongan pun yang akan menolongnya selain Allah, dan dia tidak termasuk orang orang yang dapat membela diri,” (QS ; Al Qasas ; 81).
Kisah Qarun ini diabadikan Allah di dalam surat Al Qasas, ayat 76 sampai 82, tentunya dengan tujuan agar menjadi peringatan bagi orang-orang sesudahnya. Ketika memiliki harta dan kekuasaan janganlah berlaku sombong, angkuh dan membangga-banggakan. Ingatlah, harta dan kekuasaan adalah pemberian Allah maka bersyukurlah. Harta dan kekuasaan adalah barang titipan dari Allah, ia bisa diambil atau dicabut sewaktu waktu oleh yang punya. Harta dan kekuasan juga merupakan amanah yang pasti akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah. Wallahu ‘alam. []
Magetan, Syawal 1438 H
Kirim RENUNGAN Anda lewat imel ke: islampos@gmail.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word.