Oleh: Hamzah Assaduddin
JARANG punya waktu untuk berbicara dengan abi, biasanya terkendala waktu karena kesibukan kita masing-masing. Di rumah bertemu pun hanya seperti halte, saya di rumah abi pergi, abi di rumah saya pergi.Ya inilah nasib jika abi pun harus berbagi dengan umat, karena abi pun bukan hanya milik keluarga ini, terlebih saya seorang.
Tapi memang diluar kesibukan kita masing-masing, kami sediakan waktu khusus untuk berdiskusi, ya diskusi internal bapak-anak. Apapun jadi bahan pembicaraan kita, mulai dari sosial, politik, kondisi panggung kita masing-masing bahkan tak jarang sampai “rencana“ kedepan pun jadi lahapan kita.
Oke diskusi dengan abi dimulai, abi mulai melihat-lihat kondisi kamar saya, dilihat-lihat dengan cermat, kemudian kembali ke ruang keluarga.
Deg-deg serr, abi mbuat kesimpulan.
“Ternyata kamar kamu berantakan juga ya, buku-buku itu kalau habis dibaca dikembalikan, jangan cuma dibiarin gitu, Ini kalau mau diusut-usut bisa jadi masalah, gimana jadinya kalau calon-calon penerima estafet kebiasaan-kebiasaannya seperti ini, ini terkait kondisi umat kedepan”.
Diam ane seribu bahasa, abi melanjutkan,
“Jangan seperti katak yang direbus!!”
“Hah, Katak yang direbus, maksudnya apa? Siapa juga yang mau”
Abi melanjutkan,
“Ibarat katak yang direbus, ia gak sadar kalau suhu sekitar yang naik itu membunuhnya secara perlahan. Suhu yang naik secara perlahan itu membuatnya tidak sadar kalau lingkungannya itu bertambah buruk. Yang ia sadari adalah ia beradaptasi terus dengan lingkungan itu sehingga suatu saat tiba-tiba ia tersadar ketika lingkungan itu sudah tidak terkendali dan ujung-ujungnya mati.
Sama seperti kita, ambil contoh: kerapian dalam kamar, ia bisa secara perlahan membunuh karakter baikmu, sama seperti cerita katak, karena sedikit-sedikit sudah menjadi kebiasaan gak kerasa kalau lingkungannya bertambah buruk,…yang ia sadar kalau tau-tau ia sudah terbentuk karakter/perilaku buruk seperti ceroboh, malas, dan kotor. Karena kebiasaan yang kecil berubah menjadi kebiasaan yang besar yang kemudian membentuk karakter seseorang.
Insya Allah kalau sudah menjadi kebiasaan untuk merapikan kamar, dan menjadikan kamar bersih dan memulai kebiasaan-kebiasaan kecil lainnya, itu akan membentuk kepribadian yang baik dan bagus, karena mengubah sesuatu itu tidak secara tiba-tiba tapi perlahan-lahan, yang perlu itu pembiasaan, jangan menunggu kebiasaan itu membunuh karaktermu karena itu sama dengan membunuhmu,”
Abi melanjutkan,”Kalau udah merasa berat untuk melakukan suatu kebaikan(walau kecil) itu sudah bisa jadi jihad tersendiri bagimu…”
Nyess,. udah “fly” nih hati, jadi inget ketika Rasulullah SAW bersabda setelah pertempuran Badar, “Kita kembali dari jihad yang kecil menuju jihad yang terbesar, (Para sahabat bertanya, “Apakah itu ya Rasul?), yaitu jihad melawan hawa nafsu,” (HR. Muslim).
So, coba kita sisihkan waktu kita, barang 30 menit untuk sekadar merapikan kamar, tinggalkan laptop sejenak dan tengoklah ke belakang, ruangan Anda sudah bersih dan rapi? Kalau belum yuk kita sisihkan waktu sedikit untuk mengawali sebuah kebiasaan, katanya mau membangun peradaban, di mulai dari yang kecil dulu ya. []