“Ketahuilah oleh kalian, sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan sesuatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megahan di antara kalian serta berbangga-banggaan dengan banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang karenanya tumbuh tanam-tanaman yang membuat kagum para petani, kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning lantas menjadi hancur. Dan di akhirat nanti ada adzab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu,” (Al-Hadid: 20).
KISAH ini berawal pada saat saya bertemu dengan seorang kawan di rumahnya. Sambil silaturahim saya ingin mengajaknya berbisnis.
“Pak, ayo ikut bisnis dengan saya?”
“Saya tidak mau,” jawabnya mantap.
Kemudian saya tanya, “Kenapa?”
Jawabnya, “Saya takut kaya.”
Saat itu saya kaget, ternyata ada orang yang takut kaya. Dia sangat paham, kalau menjalankan bisnis resikonya kaya. Lalu saya tanya, “Kenapa anda takut kaya?”
“Saya takut hubbuddunya. Saya takut cinta kepada dunia,” katanya.
Dalam hati saya, luar biasa kawan saya ini, ia orang shalih. Dalam hati saya berdoa, “Ya Allah sesungguhnya orang shalih seperti inilah yang harusnya kaya, karena kalau kekayaan dipegang sama orang-orang shalih, insyaAllah rahmatan lil’alamin. Tapi sayangnya orang shalih nya tidak mau kaya. Orang kayanya tidak mau shalih.”
Kemudian saya bertanya, “Apakah hubbudunya, penyakitnya orang kaya saja?”
“Tidak, orang miskinpun banyak yang menderita penyakit hubbudunya,” jawabnya.
“Kalau begitu masalahnya bukan di kaya atau miskinnya, tapi bagaimana sikap kita terhadap harta,” tambahku.
Dengan alasan ini, banyak umat Islam tidak mau bekerja, tidak mau bekerja keras, tidak mau berusaha menjadi orang kaya, tidak mau menjadi orang besar. Umat Islam terlalu besar untuk punya cita-cita kecil. Umat Islam harus kaya seperti kayanya Abu Bakar as shiddiq. Seperti kayanya Umar bin khaththab dan seperti kayanya Utsman bin Affan. Karena kekayaan merekalah, Islam bisa berjaya.
Rosulullah mengajarkan kita untuk berdoa, “Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kekufuran dan kefakiran dan aku berlindung dari azab kubur.”
Yang menjadi masalah bukan seberapa banyak kita mendapatkan uang tapi uang itu dari mana dan untuk apa.
Kata Rosulullah kita tidak boleh iri kecuali pada tiga orang, yaitu orang berilmu yang mengamalkan dan mengajarkannya, orang yang mati syahid dan orang kaya yang dermawan. Ingatlah kita adalah harapan masa depan umat. []
Sumber: Kisah Penuh Hikmah